BOPM Wacana

Kesalahan dalam Memahami Punk yang Sebenarnya

Dark Mode | Moda Gelap
Ilustrasi | Muhammad Ghazi Al Ghifari Lubis
Ilustrasi | Muhammad Ghazi Al Ghifari Lubis

Oleh: Muhammad Ghazi Al Ghifari Lubis

“Wah, anak punk banget gaya lo.”

Seringkali kalimat diatas terdengar saat ada orang yang menggunakan jaket berbahan kulit ataupun rantai yang digantungkan pada celananya, padahal mereka tidak mengetahui filosofis dari punk itu sendiri. Memang punk identik dengan kedua hal diatas namun memberikan label “anak punk” kepada orang lain tidak bisa hanya dilihat dari cara berpakaiannya saja. Lalu apakah yang disebut dengan punk itu?

Sejarah Punk

Merujuk pada laman superlive.id. Punk bermula pada akhir tahun 1970-an, pada masa itu di kota London, Inggris terjadi krisis ekonomi yang melahirkan gerakan-gerakan perlawanan dari kalangan pekerja. Mereka merasa dieksploitasi untuk kepentingan kelompok-kelompok tertentu. Gerakan ini pun mereka lakukan dengan berbagai cara seperti melalui demonstrasi, musik, fashion hingga pameran seni untuk memprotes kebijakan pemerintah pada masa itu yang dianggap menghalangi kebebasan tiap individu.

Akibat dari ideologinya yang fenomenal dan berlandaskan kebebasan dalam mewujudkan pemikirannya, punk menyebar dengan sangat cepat, termasuk ke Indonesia. Di Indonesia sendiri punk masuk pada akhir tahun 1980-an melalui skena musik metal namun sayangnya punk di Indonesia mengalami perubahan ideologi, tidak sama seperti di Inggris sebagai bentuk perlawanan dari kaum marjinal terhadap kapitalisme.

Anti Kemapanan dan Anarkisme

Mampu memenuhi kebutuhan finansial dianggap menjadi sebuah ukuran kemapanan seseorang. Hal ini memunculkan ketimpangan antara kaum kelas atas dengan kaum kelas bawah, mereka menganggap ulah pemerintah yang menyebabkan tingkat pengangguran dan kriminalitas semakin tinggi. Akibatnya kaum kelas bawah merasa kecewa dan memunculkan gerakan anti kemapanan yang berorientasi pada kritikan terhadap pemerintah.

Di Indonesia anarkisme kerap dianggap sebagai perbuatan perusakan dan kekerasan. Padahal menurut Mikhail Bakunin, seorang pemikir anarkisme yang mempercayai jika potensi manusia akan sampai pada titik tertinggi dan memberikan manfaat bagi yang lainnya jika tidak hidup dalam belenggu otoritas. Maka dari itu punk menganut pemikiran anarkisme karena telah hilangnya kepercayaan mereka terhadap penguasa atau otoriter. Konsep do it yourself (DIY) yang dipahami dalam kehidupan punk bermakna tanpa kekangan, terbebas dari segala otoritas para otoriter dan menciptakan peraturan mereka sendiri. Bahkan mereka juga menciptakan fashion sendiri yang khas sebagai realisasi anti kemapanan dan simbol perlawanan.

Berperan dalam Perkembangan Fashion

Pakaian berupa jaket kulit, celana jeans ketat yang penuh sobekan, sepatu boots hingga aksesoris rantai diakui datangnya dari punk. Munculnya punk tidak bisa dipungkiri telah membawa gaya fashion baru pada masa itu, bahkan sampai dengan saat ini cara berpakaian layaknya “anak punk” masih ngetrend dikalangan muda-mudi.

Vivienne Westwood alias godmother of punk merupakan seorang desainer terkenal dari Inggris, ia memiliki peran yang sangat besar dalam lahirnya skena punk yang saat itu sedang tumbuh besar di Inggris, khususnya dalam urusan fashion. Berawal dari kedekatannya dengan band punk legendaris asal Inggris, yaitu Sex Pistols. Westwood memiliki sebuah toko di London yang bernama SEX, tokonya tersebut menyediakan pernak-pernik punk hingga kaos-kaos yang memiliki slogan anti kemapanan dan penuh perlawanan yang saat itu masih dianggap tidak lazim.

Membawa Genre Baru dalam Dunia Musik

Muncul berbagai gerakan perlawanan dari kalangan pekerja akibat kekecewaan mereka terhadap para otoriter, salah satunya melalui musik. Punk menyindir pemerintah atau otoriter melalui lirik-lirik dari lagu yang mereka ciptakan. Selanjutnya berkembang menjadi sebuah kekecewaan para musisi rock kelas bawah kepada industri musik yang kala itu dikuasai oleh musisi rock kelas atas. Lagu-lagu punk yang mereka ciptakan adalah teriakan terhadap kejamnya dunia, dalam setiap liriknya mengisahkan kemarahan, frustasi dan kekecewaan rakyat terhadap para penguasa.

Saat ini citra punk sendiri dinilai buruk oleh masyarakat dikarenakan penampilannya yang compang-camping dan diisi dengan kegiatan-kegiatan negatif yang meresahkan, tetapi jika ditinjau lebih dalam punk sendiri lebih dari itu. Punk telah melahirkan sebuah ideologi dan gaya hidup baru, berangkat dari sebuah gerakan kaum marjinal yang menuntut keadilan terhadap para penguasa di negaranya dan berusaha melepaskan sesuatu yang membelenggu pada diri mereka hingga pada akhirnya punk sendiri telah menjadi sebuah sub-kultur.

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar Facebook Anda

Muhammad Ghazi Al Ghifari Lubis

Penulis adalah Mahasiswa Antropologi Sosial FISIP USU Stambuk 2022. Saat ini Ghazi menjabat sebagai Redaktur Pelaksana BOPM Wacana.

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4