Oleh: Rara Maura Hasibuan
Menstrual Cup bermanfaat bagi lingkungan hidup dan kesehatan reproduksi, namun tidak semua mendapatkan kenyamanan
Penggunaan menstrual cup atau cawan menstruasi terbilang sudah biasa di kalangan para wanita khususnya pemerhati kesehatan reproduksi dan aktivis lingkungan hidup. Sesuai namanya, menstrual cup ini berbentuk mirip dengan tampon, yakni memasukkannya ke dalam vagina. Tidak seperti tampon maupun pembalut yang menyerap darah haid, menstrual cup bekerja dengan menampung darah dengan bentuk cup atau cawan. Sesuai dengan fungsinya, menstrual cup berfungsi untuk mengumpulkan darah menstruasi, bukan untuk menyerap.
Seperti yang kita kenal, pembalut sekali pakai sering disebut-sebut sebagai salah satu penyebab kerusakan alam dan lingkungan. Pembalut juga bisa menghasilkan gas metana dan mengandung pemutih pada bantalannya sehingga dapat mencemari tanah dan air. Bayangkan bila satu perempuan memakai pembalut 2-3 kali sehari, maka mereka bisa menyumbangkan limbah 200-300 pembalut setiap tahunnya, menurut data dari National Geographic.
Menstrual cup juga terbuat dari bahan silikon yang tidak mengandung pemutih maupun pewangi. Hal ini yang membuat menstrual cup lebih unggul dibandingkan pembalut biasa, karena dinilai lebih ramah lingkungan yang bisa dipakai berulang kali dalam jangka waktu yang cukup lama tergantung pemakaian. Menstrual cup juga dinyatakan aman karena minimnya resiko alergi maupun infeksi.
Selain ramah lingkungan dan minimnya resiko yang ditimbulkan, menstrual cup juga bermanfaat untuk keseimbangan pH dan bakteri di vagina, karena hanya menampung darah. Hal ini berbeda dengan penggunaan tampon dan pembalut yang menyerap darah haid juga cairan di vagina, sehingga akan mengganggu pH dan bakteri di vagina.
Hal-hal tersebut memberitahukan bahwa menstrual cup adalah solusi terbaik untuk permasalahan reproduksi wanita dan lingkungan hidup. Tetapi, benarkah demikian?
Menstrual Cup dan Dramanya
Menstrual cup dianggap benar jika pemakainnya juga benar, dimana jika penggunanya memakai sesuai dengan ketentuan, seperti dicuci dengan air yang bersih, disterilkan dengan cara direndam air panas atau direbus, dan dicuci dengan sabun khusus.
Dibalik itu semua, masih banyaknya masyarakat Indonesia yang belum mengetahui informasi-informasi ini karena tidak semua mempunyai akses informasi yang memumpuni. Terutama pada daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Serta ditambahnya ketakutan diri yang belum bisa menggunakan menstrual cup karena pemakaiannya yang cukup sulit bagi yang belum pernah menggunakannya. Hal ini yang menjadikan menstrual cup masih jarang digunakan dan masih terabaikan.
Selain itu, para wanita juga harus mempertimbangkan kenyamanan dan keserasian dalam menggunakannya. Banyak wanita yang masih ragu dengan keamanan menstrual cup bagi kesehatan vagina mereka. Dan tidak sedikit juga yang menganggap bahwa menstrual cup ini pengganti pembalut yang nyaman dan bisa memberikan dampak positif terhadap lingkungan.
Tidak Semua Kalangan Bisa Memakainya
Namun persoalan lainnya adalah ketika mereka mengetahui harga dari menstrual cup ini membuat tidak nyamn di kantong untuk beberapa pihak, dimana untuk harga per satuannya sekitar dari ratusan ribu hingga jutaan tergantung dari bahan yang dipakai. Adapun e-commerce online yang menawarkan harga murah, tetapi kualitasnya juga harus dipertanyakan apakah terbuat dari bahan yang baik untuk area reproduksi kita dan apakah aman juga untuk lingkungan seperti dengan tujuan awal menstrual cup ini diciptakan.
Kita juga tahu bahwa semakin mahal harganya semakin bagus pula kualitas yang akan diberikan. Dan apakah mereka akan mampu membelinya? Yang bahkan untuk membeli kebutuhan sehari-hari saja terkadang belum terpenuhi.
Bagaimana dengan Memberi Secara Gratis?
Akses untuk informasi adanya menstrual cup saja masih belum banyak didapat oleh masyarakat terkhusus pada wanita, terutama pada daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) dan adapun hal yang harus dijadikan patokan yakni akses terhadap fasilitas sanitasi baik dari akses air bersih maupun lingkungan tempat tinggal mereka. Bisa kita bayangkan jika menstrual cup ini tidak dirawat dengan baik, hal ini akan lebih beresiko kedepannya karena akan menimbulkan berbagai infeksi maupun penyakit yang akan mengancam kesehatan reproduksi perempuan.
Lalu, Apa Pilihannya?
Adanya pendapat bahwa kemunculan menstrual cup ini disebut-sebut diperuntukkan hanya untuk kalangan atas, dimana persoalan ekonomi lah yang menghambatnya. Belum lagi cara penggunaannya yang terbilang cukup rumit dan juga untuk cara merawat menstrual cup itu sendiri. Tawaran yang tepat untuk hal ini yaitu kembali kepada pilihan masing-masing. Mungkin beberapa perempuan masih takut dan ada juga yang masih tidak nyaman untuk menggunakannya karena tidak terbiasa. Serta ada juga yang menjadi beberapa pertimbangan seperti agama dan keyakinan, budaya, ekonomi, dan juga ketersedian jenis pembalut yang ada dan kenyamanan pada saat menggunakannya