Oleh Gio Ovanny Pratama
BOPM WACANA — Peran pers dewasa ini murni menjadi bisnis atau industri. Ini dikarenakan perkembangan arus informasi yang begitu cepat telah membawa perubahan pada peran pers dan media. Akses berita bisa didapat dimana saja dan kapan saja sehingga tak bisa dibendung. Hal tersebut disampaikan oleh Bonnie Triyana, Pemimpin Redaksi Majalah Historia, salah satu pemateri pada Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PJTLN) yang diselenggarakan oleh Pers Mahasiswa Kreatif Unimed, di Aula Mess Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Sumatera Utara (Sumut), Rabu (8/5).
Bonnie menjelaskan peran pers sekarang lebih mementingkan untung rugi ketimbang nilai berita dan peran sesungguhnya. Sedangkan dapur redaksi itu harus bersih dari berbagai kepentingan bisnis. “Di sinilah yang terpenting, orang sering bilang pers yang tak mengikuti kemauan masyarakat tak akan laku, justru ini salah, sebab media tersebut akan pusing sendiri,” katanya
Menurutnya peran pers pada abad 20-an tidak hanya sebagai alat propaganda saja tetapi juga penyebar penggunaan Bahasa Melayu yang kemudian menjadi cikal penggunaan bahasa Indonesia. Sedangkan waktu itu masih banyak koran berbahasa Belanda. Dengan terbitnya Koran berbahasa Melayu tersebut akan meningkatkan jumlah penyebaran bahasa Indonesia di kemudian hari.
Silvia Ningsih salah seorang peserta dari Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Genta Andalas berpendapat pers yang ideal adalah pers yang memang memberitakan fakta. Untuk mengungkap serta memastikan fakta tersebut agar menjadi kepuasan umum. “Intinya saya ingin pers ini menjadi control social,” katanya.