Oleh: Suratman
Kisah dominan jejak langkah tentu membosankan. Tapi bagaimana jika alam, kehidupan perkampungan, serta cita rasa adat disatukan sebagai paket dari kisah tersebut.
“Woi mau masuk atau enggak. Sepala kau bayar sendiri ya,” ujar Miftahul Fauzan Arif Hasibuan di depan loket penjualan tiket memanggil saya.
Teriakan Miftha, teman kampus saya itu sontak membuat terkejut. Saya yang tengah asik duduk di pinggiran jalan sambil melihat-lihat sekitaran Museum T.B. Silalahi Center lantas bergegas ke loket.
Di tengah perjalanan, mood saya sebenarnya sudah rusak setelah tahu salah satu tujuan wisata kami—saya dan ketujuh teman kampus adalah museum. Singkatnya, saya memang tidak suka ke museum karena itu membosankan, hanya ada ‘benda-benda tua’, ‘cerita-cerita tua’, dan ‘kesan tua’.
Berlokasi di Jalan Pagar No 88, Desa Silalahi, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Dapat ditempuh selama 7-8 jam jika dari Kota Medan dengan jarak tempuh 250 kilo meter.
Ihwalnya museum jejak langkah, kebanyakan tokoh utama yang mendominasi pastinya, namun lain halnya dengan museum satu ini. Di bangun pada 2006 lalu dan diresmikan tahun 2011 oleh presiden pada saat itu Susilo Bambang Yudhoyono, museum ini memiliki berbagai sisi pemuas paket wisata kamu.
Bernostalgia dengan Si Jendral Penggembala Kerbau
Memasuki pelataran museum, patung replika Letjen TNI (Purn) T.B. Silalahi lengkap dengan pakaian perwiranya didampingi seekor singa siap menyapa kamu untuk pertama kalinya. Beberapa kendaraan tempur seperti tank komando dan helikopter juga diletakan di sisi patung Sang Jendral.
Lima puluh meter tepat di belakang patung replika Sang Jendral, berdiri pula bangunan putih dengan sentuhan tradisional ukiran gorga. T.B. Silalahi Center, itu merupakan bangunan utama di museum ini. Memasuki gedung utama, T.B. Silalahi Center dengan konsep modernnya dijamin tidak akan membuat kamu bosan saat berkeliling-keliling sembari bernostalgia menyelami kehidupan si jendral pengembala kerbau ini.
Dengan dominasi rasa kemiliteran yang kental, kamu dapat merasakan gedung ini benar-benar menggambarkan sisi kehidupan jendral asal Balige ini di dunia militer. Panel-panel penjelas yang disediakan tak luput membantu kamu memahami kehidupan T.B. Silalahi. Ada sejarah karir di kemiliteran, saat menjabat sebagai menteri negara, pendidikan, dan bagaimana kehidupan sosial beliau.
Melengkapi kisah, koleksi pribadi juga turut menghiasai gedung utama ini; kendaraan pribadi dan dinas, seragam dinas, berbagai bintang jasa, tanda kehormatan, senjata api, lembar ijazah, akte kelahiran, cindera mata dari berbagai negara, koleksi buku, lukisan-lukisan, perhiasan, bahkan bangku yang digunakan saat di Sekolah Rakyat ada.
Sekiranya tidak perlu bertemu langsung dengannya, berada di gedung ini saya mendapatkan banyak informasi tentang beliau.
Berbicara Batak dengan Sentuhan Modernitas
Usai bernostalgia dengan T.B. Silalahi di gedung utama dengan berbagai kisahnya, saya lantas diboyong menuju gedung berlantai empat tepat di sisi Timur Laut T.B. Silalahi Center. Tampak lebih megah dengan gaya modern dipoles sentuhan tradisional, serta pemandangan Danau Toba yang adiluhung.
Museum Batak Balige, gedung berlantai empat seluas 3.356 m2 yang menjorok ke sisi Danau Toba ini akan membuat decak kagum. Di lantai pertama, mengusung konsep outdoor di sini pengunjung akan dapat merasakan keindahan Danau Toba, bentangan sawah, serta semilir angin pedesaan.
Pilar-pilar beton, patung-patung, dan ada pula papan permainan ular tangga dengan cerita Batak yang bisa kamu mainkan.
Masih penasaran dengan isi gedung ini, saya lantas naik ke lantai dua untuk menukarkan tiket ke receptionist. Setibanya di lantai ini, pandangan saya langsung terbelalak saat melihat jalan landai yang membuncah ke lantai atas. Sederhana, tetapi kesan modernnya benar terasa sekali.
Tiba di lantai tiga, dinding-dinding kaca yang dibuat telanjang tanpa kain penutup siap menyajikan keindahannya Danau Toba buat kamu. Dengan polesan modern disatukan keindahan alam benar-benar menyuguhkan sesuatu yang berbeda.
Kesan kolot cerita masa lampau tersisihkan oleh sentuhan moderenitas. Tak ayal, setiap pengunjung hanya memasang raut-raut kegembiraan dengan rasa penasaran untuk menikmati museum ini.
Di lantai seluas 1340 m2 ini ada ruang pamer tetap, ruang pamer benda khusus, ruang audio visual, dan ruang edukasi. Laiknya museum etnis, benda-benda hasil cipta seperti senjata dan alat perang, peralatan kecantikan, berbagai baju adat Batak, artefak, dan parsombaon sudah tentu ada.
Selain itu, tidak hanya ulasan-ualasan kehidupan etnis Batak saja yang dapat kamu nikmati, bagi pencinta swafoto, spot foto siluetable dengan latar persawahan, Danau Toba, dan birunya langit siap memenuhi penyimpanan gawaimu.
Menikmati Kebatakan Ala Kampung Adat
Jika ingin menikmati kebudayaan suatu etnis, memang tidak cukup hanya mengulas sejarahnya saja tanpa langsung ke perkampungannya. Huta Batak sebagai museum berkonsep outdoor juga disediakan di sini buat kamu yang benar-benar ingin merasakan kebatakan ala perkampungan adat Batak.
Perkampungan yang hanya ditinggali oleh sekelompok kecil masyarakat Batak satu marga ini akan menyuguhnya bagaimana hidup di perkampungan Batak masa lampau. Ada rumah adat yang disebut ruma dan sopo dibangun secara berhadapan berusia lebih dari ratusan tahun hasil sumbangan marga Batak di Kawasan Danau Toba, makam leluhur, dan pohon Hariara yang dikeramatkan orang Batak zaman dahulu. Di salah satu rumah juga tedapat patung Sigale-gale.
Tak terasa, asik mengelilingi Museum T.B. Silalahi Center melihat-lihat setiap sudutnya, dan tak lupa menjepretkan kamera gawai untuk mengabadi moment. Kisah jendaral si pengembala kerbau asal Balige, sejarah masyarakat Batak, hidup di perkampungan Batak, hingga keindahan alam Danau Toba benar-benar membius hinga kami lupa waktu.
Bagaimana, kamu tertarik mengunjungi Museum T.B. Silalahi Center sebagai salah satu tujuan wisata kamu. Saya jamin kamu tidak akan menyesal, dengan harga tiket cuma Rp10.000 saja kamu akan benar-benar terpuaskan dengan konsep modernnya dan keadiluhungan alam.
Bersih, nyaman, asri, modern, dan kesan tradisional yang melekat menjadi daya tarik yang pantas. Tak salah, prediket museum terbaik Indonesia 2011 dari sisi aspek daya tarik oleh Cipta Waard dan museum swasta terbaik Indonesia 2014 dari Anugerah Cagar Budaya dan Permuseuman bisa didapatkan museum ini.