BOPM Wacana

Ahli Bahasa USU: Arti Kata Pribumi Tak Terkait Etnis

Dark Mode | Moda Gelap
Mulyadi, Ahli Bahasa USU.  | Ilustrasi: Suratman

Oleh: Dewi Annisa Putri

Bicara dari sudut pandang bahasa, pribumi tidak terkait dengan etnis seseorang. Ahli Bahasa USU pun angkat bicara.

Pidato Anie Baswedan saat hari pelantikannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, Senin dua pekan lalu menjadi perbincangan hangat di media. Berhasil membuat satu kata muncul di trending topic di Twitter dan menjadi kata yang paling banyak dicari di mesin pencarian Google.

Senin itu, Anies menyampaikan pidato yang ditulisnya sendiri di depan para pendukung. Dari pidato sepanjang lima halaman tersebut, hanya satu kata yang diperdebatkan; pribumi. Anies bahkan berujung dilaporkan ke unit Reserse Kriminal Kepolisian Republik Indonesia.

Lantas, apa yang salah dari naskah pidato Anies tersebut? Ada yang keliru dari kata Pribumi?

Menjawab dari sudut pandang bahasa Indonesia, Mulyadi, Ahli Bahasa USU, mengatakan tak ada yang salah dan perlu diperdebatkan dengan pidato tersebut. “Dalam bahasa enggak ada yang haram, adanya tabu,” ujarnya.

Mulyadi berangkat dari analisisnya terhadap arti kata pribumi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tertera di kamus, pribumi berarti penghuni asli; yang berasal dari tempat yang bersangkutan. Sementara penghuni berarti orang yang mendiami (rumah dan sebagainya).

Artinya, yang dimaksud penghuni asli sebagai arti kata pribumi sejatinya mengarah pada tempat lahirnya seseorang. Terlepas ia berdarah atau berketurunan etnis manapun. Sementara, dari tempat yang bersangkutan tentu berarti negara Indonesia.

Maka menurut Mulyadi, penghuni asli paling tepat diartikan mengacu pada orang-orang yang mendiami suatu tempat sejak dia lahir.

“Gak ada disebutkan di KBBI mengacu ke etnis-etnis asli di Indonesia,” ujarnya.

Sebagai perbandingan, Mulyadi menyebut istilah penutur asli atau penutur jati. Istilah ini digunakan untuk orang yang menguasai bahasa ibunya—atau bahasa yang pertama kali dikenalkan padanya sejak lahir.

“Kalau lahir di Sumatera Barat dan pertama kali diajari bahasa Minangkabau, kamu penutur asli bahasa Minangkabau. Kalau lahir di daerah tapi diajari bahasa Indonesia, ya penutur asli bahasa Indonesia. Begitu juga penghuni asli,” jelas tenaga pengajar linguistik Fakultas Ilmu Budaya USU yang telah mengabdi selama 26 tahun ini.

Oleh karena itu, Mulyadi mengatakan orang yang dikatakan pribumi bukan hanya orang Indonesia yang berdarah etnis-etnis Indonesia. Begitu pun pada istilah nonpribumi yang belum tentu orang-orang keturunan asing.

“Ini bukan soal etnisnya,” kata Mulyadi.

Lebih lanjut, Mulyadi menjelaskan pribumi berarti orang yang lahir di Indonesia. Siapa pun. Meski orang tuanya berasal dari etnis Minang, Batak, Jerman, Jawa, Perancis, Melayu, atau pun Tionghoa.

Ia mencontohkan Lim Sioe Liong atau Sudono Salim. Pendiri Salim Group tersebut lahir di Fujian, China. Di umur 20, ia datang ke Medan, membuka usaha, dan akhirnya menetap di Indonesia.

Menurut Mulyadi, meski hingga tutup usia di umur 95 tahun ia telah berstatus warga negara Indonesia, Salim tidak bisa  dikatakan pribumi. Namun, tiga anak lelaki dan satu anak perempuannya adalah pribumi karena lahir di Indonesia.

“Ketika seseorang pertama kali menghuni, itulah penghuni asli. Biar nenek moyang yang orang luar, tapi kalau dia lahir di Indonesia, dia pribumi,” jelas Mulyadi.

Mulyadi tak menampik kenyataan bahwa saat ini persepsi terhadap kata pribumi yaitu orang-orang keturunan semua etnis asli asal Indonesia. “Memang dari segi sejarah, itu dikotomi yang dibuat Belanda,” ujarnya.

Penulisan maupun pengucapan kata pribumi tentu tetap bisa dikatakan salah bila memang bermaksud menyindir golongan tertentu dan membawa isu SARA. Sebab hal itu yang membuat adanya perbedaan antara satu dan lainnya.

“Keturunan apapun, mereka penghuni asli yang lahir di Indonesia adalah pribumi. Jadi kenapa musti baper?” pungkasnya.

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4