Oleh: Ferdiansyah
Sering mengalami kesemutan? Sebaiknya segera periksa ke dokter, karena ia adalah ciri awal penyakit yang membuat kerusakan syaraf yakni neuropati. Dalam bahasa medis ia disebut parestesia, yakni suatu sensasi yang dirasakan tanpa ada stimulus dari luar. Sensasi parestesiaini tidak hanya rasa `kesemutan’, tetapi juga rasa panas, rasa seperti tertusuk-tusuk, dan`greyengan’.
Pada dasarnya, kesemutan merupakan suatu gejala manifestasi dari gangguan sistem saraf sensorik akibat rangsang listrik di sistem itu tidak tersalur secara penuh karena macam-macam sebab.
Yang paling sederhana misalnya, jalan darah tertutup akibat satu bagian tubuh tertentu ditekuk terlalu lama. Rasa kesemutan ini pun dapat dirasakan di tangan, di kaki, di muka, maupun di seluruh bagian tubuh kita.
Kesemutan yang tidak disertai gejala-gejala lain seperti flu atau tidak dapat mengontrol buang air kecil biasanya menandakan adanyagangguan pada reseptor di kulit atau di cabang-cabang saraf tepi. Walau demikian, kita malah harus lebih waspada jika mengalami kesemutan disertai flu, tidak dapat mengontrol buang air kecil atau penyakit lainnya karena itulah gejala awal neuropati.
Neuropati merupakan kondisi kerusakan saraf yang dapat disebabkan trauma pada saraf. Dapat juga disebabkan efek samping dari suatu penyakit sistemik. Selain kesemutan, gejala neuropati ditunjukkan dengan nyeri, mati rasa, kram, kulit hipersensitif atau kelemahan tubuh.
Secara umum, neuropati seringkali tidak disadari sebagai penyakit melainkan dipandang sebagai kondisi umum akibat komplikasi dari penyakit lain.
Gamblangnya, neuropati merupakan gangguan saraf yang dapat terjadi pada usia lanjut, pasien diabetes, trauma pada saraf, serta kekurangan vitamin neurotropik seperti B1, B6, dan B12. Semua orang berisiko terkena neuropati. Hanya saja, risiko bisa lebih tinggi atau rendah, tergantung dari berbagai faktor, seperti gaya hidup dan riwayatkesehatan keluarga.
Neuropati sering terjadi pada dua kondisi. Pertama, pada orang berusia lanjut. Penelitian yang dilakukan melalui Neuropathy Service Point(NSP) di 15 rumah sakit di Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makassarmenyebut satu dari empat orang berusia di atas 40 tahun menderita neuropati. Buktinya, dari 7.301 pasien yang memeriksakan kondisi saraf di NSP tahun lalu, 2.165 atau sekitar 29,7 persen pasien mengidap gejala neuropati.
Semakin bertambah umur, cenderung seseorang mengalami lebih banyak gangguan saraf. Jika ia tidak diterapi dengan benar, neuropati dapat mengarah pada penyakit saraf yang lebih berat seperti kelumpuhan.
Kondisi kedua yang rawan neuropati adalah pada penyandang diabetes. Biasa disebut neuropati diabetikum. Seratus persen penderita diabetes berisiko menderita neuropati diabetikum dan setengah dari pasien diabetes menderita neuropati diabetikum.
Neuropati dapat dicegah dengan melakukan gaya hidup sehat, mengupayakan gizi seimbang dan konsumsi vitamin neurotropik, vitaminB1, B6, dan B12 sejak dini. Vitamin ini lebih banyak menjaga dan menormalkan fungsi saraf dengan memperbaiki gangguan metabolisme sel saraf dan memberi asupan yang dibutuhkan sehingga saraf dapat bekerja dengan baik.
Tidak minum teh, susu, dan kopi seusai menyantap makanan,khususnya makanan yang mengandung vitamin B, seperti pada sayuran, kacang, beras merah, daging, dan ikan juga jadi langkah pencegahan selanjutnya. Teh, kopi, dan susu memperlambat proses penyerapan vitamin B di dalam tubuh.
Para dokter juga menyarankan segera luruskan kaki jika Anda sudah duduk bersila kurang lebih 10 hingga 15 menit. Saran dokter ini juga bisa dikombinasikan dengan mengonsumsi vitamin neuropatik di atas .
Tetapi, jika kesemutan tidak juga hilang, mungkin ada suatu penyakit lain, dan untuk mengetahui penyebab pasti, tentu harus ada evaluasi terlebih dahulu.