BOPM Wacana

Mythomania: Bukan Bohong Biasa

Dark Mode | Moda Gelap

Oleh: Vanisof Kristin Manalu

Ilustrasi: Krismon Duha

Kebiasaan terlalu sering berbohong bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental. Salah satunya disebut mythomania, di mana manusia tidak lagi sadar dirinya sedang berbohong.

Bagi orang yang tidak terbiasa berbohong, ketika ia melakukan perbuatan demikian maka jiwanya tidak akan tenang. Hati nuraninya pasti menolak. Namun, bagi orang yang sudah terbiasa, tidak akan mengetahui kalau ia sudah berbohong. Anda termasuk golongan yang mana?

Terlalu sering berbohong bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental karena perbuatan tersebut sangat berlawanan dengan hati nurani. Oleh karena itu, kebiasaan ini akan menjadi beban pikiran bagi orang yang tidak terbiasa berbohong. Sistem saraf dalam otak akan menjadi tegang dan dapat menyebabkan sakit kepala.

Apabila terus berlanjut, maka dapat berakibat pengerasan pembuluh darah yang menyebabkan penyumbatan sampai menjadi gagal jantung dan stroke. Pun penyakit menahun lainnya seperti kanker.

Banyak sekali orang terlalu menyepelekan hal ini karena dampak yang dirasakan tidak langsung berat. Keenakan berbohong membuat orang-orang salah langkah. Untuk mendapatkan ketenaran, kekayaan, dan pangkat tak ada yang salah dengan perbuatan ini. Itu adalah awal dari masalah di atas.

Pertama kali berbohong, manusia pasti akan merasakan khawatir, badan lemas, gelisah, dan gemetar karena takut ketahuan. Namun apabila sudah terbiasa berbohong, semua itu tak lagi dirasakan. Tidak ada masalah apabila ketahuan apalagi merasakan malu, santai saja.

Kecenderungan berbohong tanpa disadari ini disebut juga dengan Mythomania. Istilah ini diperkenalkan oleh seorang psikiater bernama Ferdinand Dupre pada 1905.

Mythomania merupakan berbohong bukan untuk mengelabui atau menipu orang lain, tapi justru untuk membantu dirinya memercayai kebohongannya sendiri. Berbeda dengan pembohong biasa yang merasa sadar ketika berbohong, namun orang yang mengidap mythomania tidak mengetahui atau tidak menyadari bahwa ia sedang berbohong.

Ia tidak mampu membedakan kenyataan dalam imajinasi dengan kenyataan yang sebenarnya. Artinya, ia tidak akan merasa orang lain terganggu akan kebohongannya. Penderita mythomania hanya mencari dan melakukan apapun agar lingkungan sekitar mampu menerima keberadaannya tanpa ada masalah dan merasa menderita.

Penyebab mythomania adalah banyaknya kegagalan dalam hidup seperti gagal dalam ulangandalam mengerjakan skripsi, hingga saat mencari pekerjaan. Segala hal yang ia lalukan akan mencerminkan dirinya baik dan diterima oleh lingkungan sekitar. Sehingga menjauhkan dirinya dari image buruk yang nyatanya sulit diterima oleh orang lain bahkan dirinya sendiri.

Seorang pembohong biasa pada umumnya memiliki alasan yang masuk akal. Berbeda dengan penderita mythomania yang memiliki pesona dan mampu memanipulasi orang lain, pandai menemukan kalimat dan sikap yang tepat dengan tujuan supaya dicintai dan demi mencapai tujuannya.

Orang lain yang berpapasan pada seorang penderita mythomania akan percaya pada citra diri yang ia buat. Namun, ketika sadar dengan kebohongan yang ia buat, biasanya kita akan mengajukan berbagai pertanyaan agar ia mengungkapkan hal yang sebenarnya. Tetapi, ia akan semakin banyak menciptakan kebohongan baru tanpa meninggalkan kebohongan lama.

Trik yang kerap dilakukan sangat mudah untuk dipercayai karena penderita mythomania melakukannya secara gamblang dan sangat percaya diri. Jika Anda menemui seorang seperti ini, lebih baik menghindar. Namun, bila ingin menolong dapat sekadar mengingatkan untuk tidak berbohong dan mendatangi psikiater. Karena, yang dapat menyembuhkan adalah dirinya sendiri.

Moch Iqbal Fadillah, Konsultan Psikolog mengatakan bahwa berbohong dikendalikan oleh alam sadar seseorang. Jadi cara untuk mengobati penyakit tersebut adalah dengan menyadarkan diri sendiri dan mendatangi psikolog, dengan begitu dapat dilakukan hypnotherapy untuk membantu  mengatasi masalah ini.

Penyakit ini juga timbul karena seseorang tidak menananmkan norma agama dalam dirinya Jadi, untuk menghindarinya harus lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Serta, sugestikan diri dan menanamkan nilai-nilai yang positif dalam diri.

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4