Oleh: Aulia Adam
Judul | : Horns |
Sutradara | : Alexandre Aja |
Naskah | : Keith Bunnin |
Pemain | : Daniel Radcliffe, Juno Temple, Max Minghella |
Tahun rilis | : 2014 |
Daniel Radcliffe membuktikan dirinya sebagai aktor betulan di film ini. Selain total jadi setan, ia juga benar-benar buang jauh aksen british–nya demi jadi pria Amerika asli.
Adegan film pertama dibuka oleh sepasang muda-mudi yang sedang bermesraan di bawah pohon besar; sepertinya di hutan.Ialah Merrin yang diperankan si seksi Juno Temple, dan Ignatius Perrish yang diperankan mantan bocah sihir, Daniel Radcliffe.
Keduanya memang seperti muda-mudi yang sedang mabuk kepayang satu sama lain.
Ada dialog mesra yang kelewat mesum di antara mereka berdua. Intinya keduanya saling mencinta hingga maut yang memisahkan.
Adegan berganti. Sosok Ig, panggilan Ignatius, terkapar mabuk di lantai rumahnya. Ia mengintip ke luar rumah, dan seperti dugaannya, sekelompok wartawan dan warga sekitar sudah berkumpul di depan sana. Membawa beberapa tulisan mengejek tentang pembunuhan dan pembunuh.
Ig memang jadi tersangka utama tewasnya Merrin. Pacar yang menurutnya sangat ia cintai. Gadis itu ditemukan tewas dengan kepala pecah dihantam benda tumpul, tepat di bawah rumah pohon yang biasa jadi tempatnya pacaran dengan Ig. Mayat Merrin juga sudah divisum, dan ternyata si pembunuh memerkosa Merrin sebelum membunuhnya.
Ig merasa tak mungkin membunuhnya. Tapi semua orang di kota itu, termasuk ibu dan ayahnya yakin kalau ialah si pembunuh. Hanya Lee (Max Minghella), sahabatnya dan Terry Perish (Joe Anderson), abang Ig yang percaya kalau dia bukan pembunuh Merrin.
Tapi hanya dua orang yang mempercayainya? Yang benar saja. Apakah ia memang sebajingan itu?
Ig benar-benar marah pada dirinya sendiri.Sekaligus pada Tuhan.Di suatu malam, dalam keadaan mabuk, Ig mengencingi patung Bunda Maria yang ada di bawah rumah pohon tempat mayat Merrin ditemukan.Keesokan harinya hal aneh terjadi pada Ig. Di kepalanya tumbuh sepasang tanduk. Persis seperti tanduk setan.
Semua orang bisa melihatnya. Tapi merasa biasa-biasa saja. Seolah-olah tanduk itu memang ada sejak Ig lahir.
Ig berkunjung ke rumah sakit untuk menanyakan benda apa yang tumbuh di kepalanya itu. Tapi beberapa kejadian aneh lainnya terjadi. Mendadak semua orang yang berada di dekat Ig terang-terangan bercerita tentang dosa-dosanya pada Ig. Beberapa lainnya bahkan bercerita pada Ig tentang rencana jahat mereka. Seolah-olah Ig memang hadir untuk mendengarkan pikiran-pikiran jahat semua orang-orang itu.
Anehnya lagi, orang-orang ini akan mengikuti saran Ig dengan sangat sadar. Misalnya ketika dokter yang ingin membedah tanduk di kepala Ig bertanya, “Bolehkah aku bercinta dengan susterku?”
Ig yang dalam keadaan terbius ternyata mengangguk. Dan ketika sadar, ia melihat dokternya sedang bercinta dengan si suster.
Menyadari kekuatan barunya ini, Ig memanfaatkannya untuk mengungkap siapa pembunuh Merrin sebenarnya. Dan kekuatan itu ternyata sangat membantu. Orang-orang jadi lebih terbuka pada Ig. Ia tak hanya semakin dekat dengan pembunuh Merrin yang sebenarnya, tapi karena kekuatan Ig, ia jadi tahu pikiran-pikiran orang sekitarnya tentang dirinya.
Ig jadi tahu kalau ayahnya ternyata tak pernah bangga punya anak sepertinya. Ia jadi tahu kalau ibunya juga malu punya anak seperti ia, dan berharap Ig pergi jauh dari kehidupan keluarganya. Karena status Ig yang merupakan tersangka telah merusak hidup sang ibu.
Tentu hal ini membuat Ig semakin tertekan. Ia sadar kalau tak ada orang di dunia ini yang begitu mencintai dirinya sebagaimana Merrin mencintainya. Kekuatan itu membantunya mengetahui mana orang yang baik padanya dengan tulus, dan mana yang hanya berpura-pura.
Tapi kekuatan Ig tak berlaku pada Lee. Teman sekaligus pengacaranya itu bahkan tak bisa melihat tanduk besar yang tumbuh di kepala Ig. Ig mengambil teori bahwa orang baik seperti Lee memang tak akan bisa melihat tanduk setan di kepalanya. Tapi teori Ig gagal dibuktikannya pada Terry, abangnya yang ia kira juga orang baik.
Terry bahkan akhirnya mengakui bahwa ia adalah orang terakhir yang melihat sosok Merrin. Bahkan batu yang menghantam kepala Merrin sempat singgah di tangannya. Lagi, Ig dikhianati orang yang dikiranya baik padanya.
Alur maju-mundur jadi hidangan utama dalam film ini.Alur begini yang akhirnya membuat kita paham kronologi pembunuhan Merrin.Bahwa ternyata, Lee memakai kalung suci milik Merrin yang melindunginya dari kekuatan Ig. Dan Lee-lah yang ternyata memerkosa Merrin dan kemudian membunuh gadis malang itu.
Film yang diangkat dari novel Joe Hill berjudul sama ini memang bercerita tentang hubungan akrab manusia dan setan.
Sosok Ignatius yang mendadak punya tanduk adalah personifikasi dari setan. Kemampuannya untuk membuat orang-orang bercerita tentang dosa mereka juga metafora dari keakraban manusia dan setan. Menggambarkan betapa dekatnya kita dengan tindakan-tindakan irasional dan ceroboh yang bermula dari nafsu.
Cerita brilian dari Joe Hill ini berhasil diterjemahkan dengan baik ke dalam layar lebar oleh Alexandre Aja, sang sutradara. Para pemain seperti Daniel Radcliffe dan Juno Temple juga berhasil menghidupkan suasana cerita dengan penampilan akting mereka yang penuh emosi. Bahkan setiap karakter pendukung berhasil membangun suasana manusia-manusia hipokrit yang jadi tema utama film ini.
Pantas saja Joe Hill, sang pencipta kisah Horn ini bilang kalau penampilan Radcliffe sebagai Ig Perrish adalah penampilan terbaiknya di layar lebar sejauh ini. “Dialah Ig Perrish yang luar biasa!” kata Joe Hill.