BOPM Wacana

Bertamu ke Rumah Bung Karno di Bengkulu

Dark Mode | Moda Gelap

Oleh: Renti Rosmalis

Ia menjadi salah satu tempat pengasingan Soekarno dari sekian banyak tempat pengasingan sang Proklamator di nusantara. Tapi ia menjadi spesial karena di masa pengasingan inilah Bung Karno bertemu Ibu Negara Pertama.

Tahun 1938-1942. Masih dalam suasana pengasingan empat tahun sebelumnya di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur, Soekarno dipindahkan ke Bengkulu lantaran Bengkulu saat itu dianggap daerah terpencil yang rawan penyakit malaria. Di sana, Soekarno tinggal di sebuah rumah yang sebelumnya milik seorang pedagang Tionghoa, Lion Bwe Seng. Empat tahun dalam pengasingan ia habiskan dengan menularkan perjuangan ke masyarakat sekitar. Selain itu, di masa pengasingan ini juga ia bertemu wanita pujaan hatinya, Fatmawati. Menjadikan sepenggal kisahnya sebagai nilai sejarah yang pantas untuk dikenang.

Saat ini rumah kediaman Soekarno saat pengasingan di Bengkulu 1938-1942 telah menjadi objek wisata sejarah yang dapat dikunjungi oleh umum. Letaknya yang berada di tengah kota Bengkulu mempermudah akses menuju ke sana. Tepatnya terletak di kawasan perumahan warga di Jalan Soekarno-Hatta, Kecamatan Gading Cempaka, Kelurahan Anggut Atas, Kota Bengkulu. Selain itu karena rumah kediaman Soekarno berada tepat di pinggir jalan yang dilalui angkutan umum sehingga mudah untuk menemukannya.

Rumah seluas 162 meter persegi (8×19) ini berdiri di lahan berukuran 50×110 meter. Dulu, luas keseluruhan rumah ini mencapai ukuran 4 hektar. Selain rumah utama, ada pula beberapa bangunan lain. Beberapa bangunan lain yang masih ada sekarang dijadikan gudang. Namun, dengan berjalannya waktu, oleh Pemerintahan Provinsi Bengkulu lahan itu dibagi-bagi untuk rumah penduduk dan sebagian untuk instansi pemerintah setempat. Meski telah dibagi, rumah ini tetap saja memiliki lahan yang cukup luas untuk satu rumah.

Rumah Bung Karno memiliki halaman depan yang sangat luas. Mulai dari pintu gerbang menuju rumah yang cukup jauh akan ada keindahan taman bunga dan lampu-lampu taman. Tepat di depan tangga rumah Bung karno, berjarak sekitar empat meter ada tiang bendera yang mengibarkan bendera Merah Putih. Hanya saja pada hari itu bendera tak nampak di tiangnya. Dari halaman, angin sepoi-sepoi terasa membelai. Ya karena rumah ini berada dekat dengan pantai, hanya berjarak sekitar lima menit menggunakan kendaraan bermotor.

Dari halaman terbentang jalanan berbatu menuju teras rumah Bung Karno. Rumah ini berbentuk empat persegi dengan atap limas dan berdinding papan cat putih polos. Sebelum masuk, pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp 3 ribu. Ini digunakan untuk biaya pemeliharaan.

Sebelum pintu utama rumah, ada sebuah kamar kecil yang berada di sebelah teras. Dulunya kamar ini digunakan sebagai ruang kerja, begitu yang tertulis di atas pintu kamar. Sekarang kamar itu berisikan sepeda tua yang pernah digunakan Bung Karno pada masa itu dan beberapa foto-foto. Ada foto Fatmawati, foto surat-surat cinta dari Bung Karno untuk Fatmawati dan foto Bung bersama kerabat.

Meski ukuran bangunan rumah ini tidak terbilang besar, namun pembagian ruang dan penataan benda-benda bersejarah di dalamnya cukup rapi dan teratur. Mulai dari ruang tamu. Di ruang ini terdapat meja dan kursi kayu keluarga Bung Karno, dan di belakangnya terdapat dua lemari kayu berpintu kaca yang menyimpan buku-buku yang menuliskan tentang Bung Karno. Buku dalam keadaan baik dan masih baru. Bukan buku koleksi Bung Karno.

Selain di ruang tamu, di kamar tidur tamu yang berada di sebelah kanan ruang tamu tersimpan pula buku-buku yang merupakan koleksi Bung Karno dalam dua lemari kayu. Keadaan buku yang di kamar inilah yang cukup memprihatinkan. Koleksi buku-buku milik Bung Karno tersebut meliputi buku jenis ensiklopedia, data kepemimpinan Jong Java, Alkitab, dan buku-buku lainnya. Namun sayang, buku-buku yang sebagian besar berbahasa belanda tersebut dalam kondisi yang rapuh dan kusam termakan usia. Sebagian besar dari koleksi buku ini rusak parah. Selain buku, dalam kamar ini tersimpan juga lemari pakaian.

Di dalam rumah ini terdapat tiga kamar tidur, dua kamar terdapat di sebelah kanan ruang tamu, dan satu kamar terdapat di belakang ruang tamu. Berhadapan dengan kamar sebelah kiri. Sekarang kita beranjak ke kamar kedua yaitu kamar tengah.

Kamar ini merupakan kamar yang digunakan oleh Bung Karno. Berukuran sekitar 5×4 meter. Di dalamnya terdapat ranjang besi yang digunakan Bung Karno untuk tidur, lemari hias yang di atasnya terdapat lukisan Bung Karno. Dan satu lemari pakaian yang berpintu kaca. Lemari ini menyimpan pakaian yang digunakan oleh kelompok sandiwara Tonil Monte Carlo, kebaya, dan payung tua yang terbuat dari kertas. Semuanya telah usang dan memudar.

Kamar terakhir adalah kamar yang berada tepat di depan kamar Bung Karno. Tertulis di sana adalh kamar tidur yang dulunya digunakan oleh Sukarti, Ratna Juami, Fatmawati. Kamar ini terlihat kosong hanya berisi satu ranjang besi sehingga di dindingnya hampir dipenuhi dengan foto-foto berukuran besar yaitu foto Bung Karno beserta Ibu Inggit, keluarga, kerabat dan Fatmawati.

Kedua kamar terakhir adalah ruang terakhir yang ada di dalam rumah. Setelahnya adalah bagian belakang rumah. Bagian belakang ini terdapat teras dengan sepasang kursi santai. Di teras belakang ini terdapat meja-meja yang menjual souvenir, makanan, foto-foto Bung Karno dan keluarga. Di belakang juga terdapat halaman yang cukup luas dan sebuah sumur tua yang masih bisa digunakan. Dan ada pula lima petak bangunan yang memanjang ke belakang. Bangunan ini terdiri dari kamar mandi, gudang dan dapur.

Novrizal Siregar, wisatawan asal Medan ini mengutarakan kepuasannya berkunjung ke rumah kediaman Bung Karno. Menurutnya perawatan yang dilakukan oleh petugas dapat menjaga kelestarian rumah bersejarah ini. Apa lagi ditambah dengan penjual souvenir dan oleh-oleh yang berada dekat dengan rumah Bung Karno mempermudah pengunjung. “Untuk orang berjiwa patriotisme seperti saya, jadi senang berkunjung ke sini,” ujarnya sambil tertawa.

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4