Oleh: Widiya Hastuti
Hawa sejuk, pemandangan indah dengan secangkir kopi menjadi kombinasi pas untuk refresh diri yang disuguhkan sudut kecil Tanah Gayo
Oleh: Widiya Hastuti
Hawa sejuk, pemandangan indah dengan secangkir kopi menjadi kombinasi pas untuk refresh diri yang disuguhkan sudut kecil Tanah Gayo
Di Kabupaten Aceh Tengah, Takengon terdapat bukit kecil yang menjadi objek wisata yang ramai dikunjungi. Bur Gayo begitu masyarakat setempat menyebutnya. Secara bahasa, Bur berarti gunung dalam bahasa Gayo, sedangkan Gayo merupakan suku asli yang mendiami Aceh Tengah. Jadi Bur Gayo adalah Gunung Gayo
Libur hari raya Idul Fitri lalu saya juga tertarik untuk mengunjungi bukit yang telah termashur namanya itu. Menjelang Zuhur, saya berangkat ke Takengon yang berjarak tiga puluh kilometer dari Bener Meriah dengan waktu hampir satu jam perjalanan naik sepeda motor. Matahari bersinar cukup terang namun tidak bisa menghilangkan hawa sejuk yang menyelimuti Dataran Tinggi Gayo ini.
Sepanjang perjalanan saya terus disuguhi keindahan pemandangan. Pada suatu daerah yang disebut Kampung Bukit, saya bisa melihat kabupaten Bener Meriah dari ketinggian. Dengan Gunung Merapi Burni Telong yang gagah memagarinya di sebelah barat.
Hingga di kampung Singah Mata saya kembali melihat keindahan alam kota Takengon. Danau Lut Tawar yang indah seolah-olah berada di bawah jalan dengan kota Takengon yang membingkainya. Dari kejauhan, terlihat tulisan Gayo High Land dan Tanoh Gayo dari baja pada sebuah bukit di samping Danau Lut Tawar. Bukit tersebut adalah Bur Gayo.
Bur Gayo terletak di Kampung Bujang, Kecamatan Lut Tawar. Tidak jauh dari pusat kota Takengon. Hanya dibutuhkan waktu lima belas menit untuk sampai pada pusat wisata Bur Gayo.
Sepeda motor saya mulai menanjaki punggung gunung. Jalan yang saya lalui tidak sulit, telah diaspal dengan rapi. Jalanan yang cukup lebar juga memungkinkan mobil untuk naik ke puncak bukit. Banyak kendaraan yang melintasi jalan tersebut. Sepertinya pengunjung Bur Gayo. Jalan tersebut juga dapat tembus ke kampung pedemun menuju Danau Lut Tawar.
Pada sisi jalan banyak orang berjualan. Meminum kopi gayo sambil meikmati pemandangan juga menjadi tren. Menjadikan banyak penjual kopi keliling menggunakan mobil yang singgah di Bur Gayo.
Pada punggung bukit, saya disuguhi pemandangan yang sangat indahnya. Kota Takengon pada sebelah barat terhampar luas tampak dari ketinggian. Atap rumah dari seng yang telah berwarna coklat menjadi daya tarik tersendiri. Banyak pengunjung yang berhenti di sana untuk berfoto atau hanya menikmati pemandangan. Saya terus melanjutkan perjalanan hingga ke puncak bukit.
Pada puncak bukit kami memarkirkan sepeda motor. Tidak ada biaya masuk ke objek wisata Bur Gayo, hanya uang parkir yang dipungut pemuda desa bujang sebagai uang keamanan menitipkan kendaraan. Saya pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sejauh seratus meter menuju pucak bukit. Pada hari-hari biasa yang tidak terlalu ramai, sepeda motor dapat melintasi jalan setapak ini hingga ke puncak bukit.
Di sini terdapat satu titik lagi yang menyuguhkan pemandangan Danau Lut Tawar pada sebelah utara. Danau Lut Tawar dengan bukit Burni Kelieten mengintip di antara pohon-pohon pinus membuat pengunjung takjub memandangi danau yang tenang. Bur Gayo memang dikelilingi banyak pohon terutama pohon pinus. Pada puncaknya juga ditanami dengan nanas. Yang dijual dengan harga murah saat panen.
Dari halaman lintasgayo.com disebutkan Bur gayo dijadikan objek wisata resmi dengan pembuatan grfiti Gayo High Land pada 2011 lalu. Kemudian grafiti Tanoh Gayo kembali dibangun pada November 2014 menyambut lebaran.
Pemuda kampung Bujang berinisiatif menghias Bur Gayo. Tampak payung menghiasi jalan menuju puncak Bur Gayo. Ayunan, dan panggung yang menjorok ke jurang menjadi objek utama berfoto. Pengunjung sampai harus antre untuk berfoto di ayunan, panggung, dan pada objek yang menarik
Banyak pengunjung yang mendatangi Bur gayo. Dari dalam maupun luar kota Takengon. Salah satu pengunjung, Revi Kayana, dari luar kota Takengon mengatakan baru pertama kalinya mengunjungi Bur Gayo. Ia mengaku sering mendengar namanya dan melihat Bur Gayo dari Takengon namun tidak untuk mendaki ke puncaknya. “Gak nyangka pemandangannya secantik ini, nanti pasti bakal datang lagi,” ujarnya.
Pada puncak Bur Gayo, tepat di grafiti Gayo High Land saya melihat Takengon dan Danau Lut Tawar sangat menakjubkan. Jalan meliuk pada pungung-punggung bukit bagai aliran sungai yang direnangi kendaraan yang tampak kecil. Sawah memagari danau tampak hijau kekuningan sedangkan pada bukit-bukit perkebunan kopi membentang memberikan warna hijau tua.
Bagi Anda yang memiliki kesempatan mengunjungi ‘Kota di Atas Awan’ tersebut jangan lupa untuk singgah ke Bur Gayo. Rasakan sejuk hawa dan indahnya pemandangan Gayo dari ketinggian.
Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).
Oleh: Widiya Hastuti* USU harusnya cepat tanggap terhadap dampak ekonomi akibat Covid-19. Tapi, yang terjadi kebingungan dari pegawai birokrat sendiri. Korbannya tentu mahasiswa. Kebijakan mengenai uang kuliah...
2020 menjadi awal bagi masyarakat Indonesia hidup berdampingan dengan pandemi. Covid-19 membuat kita harus terbiasa hidup berjarak. Banyak yang berubah sekolah, pekerjaan, bahkan budaya. Kita menemukan kebiasaan baru...
Oleh: Widiya Hastuti “kekerasan terhadap perempuan bukan hanya permasalahan perempuan, laki-laki terlibat di dalamnya. Mereka harus peduli untuk itu.” 25 November hingga 10 Desember diperingati sebagai 16 Hari...
Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU). Sebelumnya BOPM Wacana merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Sumatera Utara dengan nama Pers Mahasiswa SUARA USU yang berdiri pada 1 Juli 1995.
AYO DUKUNG BOPM WACANA!
Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan media yang dikelola secara mandiri oleh mahasiswa USU.
Mari dukung independensi Pers Mahasiswa dengan berdonasi melalui cara pindai/tekan kode QR di atas!
*Mulai dengan minimal Rp10 ribu, Kamu telah berkontribusi pada gerakan kemandirian Pers Mahasiswa.
*Sekilas tentang BOPM Wacana dapat Kamu lihat pada laman "Tentang Kami" di situs ini.
*Seluruh donasi akan dimanfaatkan guna menunjang kerja-kerja jurnalisme publik BOPM Wacana.
#PersMahasiswaBukanHumasKampus