Oleh: Shella Rafiqah Ully
BOPM WACANA | Mahasiswa Program Studi (prodi) Peternakan Fakultas Pertanian (FP) mengeluhkan fasilitas laboratorium seperti kurangnya alat dan bahan serta sumber daya laboran. Saat ini dari empat laboratorium yang tersedia, prodi hanya memiliki satu laboran yang sesuai dengan kualifikasi.
Putri Suwarni, mahasiswa Departemen Peternakan 2010 mengatakan untuk beberapa mata kuliah, mahasiswa harus membeli bahan praktikum sendiri seperti ayam untuk praktik di laboratorium nutrisi dan pakan ternak. Ia juga mengeluhkan kurangnya fasilitas alat pada laboratorium pemuliaan dan reproduksi untuk mata kuliah reproduksi inseminasi buatan. “Kalau praktikum kami cuma bisa lihat gambar aja, jadinya enggak maksimal,” jelasnya.
Hal senada juga diungkapkan Arief Permana Mahasiswa FP 2008. Selain kurangnya fasilitas berupa alat dan bahan praktikum, Ia juga mengeluhkan kurangnya sumber daya laboran. Kurangnya jumlah laboran berdampak pada pengawasan langsung terhadap laboratorium ketika praktikum. Posisi yang ditanggulangi oleh asisten laboratorium tidak efektif karena menurutnya, bagaimanapun juga asisten laboratorium adalah mahasiswa yang masih dalam tahap belajar dan terkadang belum begitu menguasai. “Dengan adanya laboran, kalau ada yang salah kan bisa langsung dibenarkan,” ungkap Arief.
Ketua Jurusan Prodi Peternakan, Ma’ruf Tafsin tidak membantah hal tersebut. Namun, Ia mengatakan terkait ketersediaan bahan praktikum berupa barang hidup seperti ayam dan organ tubuh ternak memang tidak disediakan oleh fakultas. Hal ini dikarenakan sistem penyediaan bahan praktikum di USU yang menggunakan sistem kontrak. “Enggak mungkin kita beli ayam sekarang, pelihara selama tiga bulan baru kemudian kita pakai,” paparnya, Sabtu (26/10).
Ma’ruf juga membenarkan belum ada penambahan fasilitas alat selama tiga tahun terakhir, sehingga beberapa alat peraga memang tidak tersedia bahkan ada yang rusak. Sejauh ini prodi sudah mengirimkan perencanaan anggaran berupa penyediaan alat dan bahan praktikum serta penambahan jumlah laboran hanya saja masih menunggu realisasi pihak fakultas ataupun universitas.
Ia mengatakan prodi hanya bertugas mengajukan kebutuhan dan rencana anggaran sedangkan realisasi tersebut kembali lagi pada prioritas fakultas. Jika kebutuhan tersebut sudah dipenuhi, pasti tidak akan lagi membebani mahasiswa.