Oleh: Dewi Annisa Putri
Judul | : The Autopsy of Jane Doe |
Sutradara | : Andre Ovredal |
Penulis Skenario | : Ian B. Goldberg, Richard Naing |
Pemeran | : Brian Cox, Emile Hirsch, Ophelia Lovibond, Olwen Catherine Kelly, dan Michael McElhatton |
Rilis | : Desember 2016 (Amerika)
Mei 2017 (Indonesia) |
Durasi | : 99 menit |
Andre Ovredal kembali menyuguhkan film horor setelah terakhir kali menyutradarai Trollhunter pada 2010 lalu. Setidaknya, jeda waktu yang dibutuhkannya untuk kembali memproduksi film lagi tak sia-sia dengan rilisnya The Autopsy of Jane Doe.
Andre Ovredal merupakan sutradara asal Norwegia yang tujuh tahun lalu sukses menggarap film Trollhunter. Film bergenre drama dan horor tersebut sukses sehingga berhasil mendapatkan sepuluh penghargaan, serta masuk dalam dua belas nominasi berbagai ajang penghargaan film internasional.
Pada 2016 lalu, Ovredal kembali menggarap film horor. Film barunya ini bercerita tentang misteri kematian seorang mayat perempuan yang tak diketahui identitasnya dan akhirnya disebut Jane Doe (Olwen Catherine Kelly). Di mana Jane Doe (jika perempuan) atau John Doe (jika laki-laki) merupakan sebutan bagi orang yang tak diketahui identitasnya, baik dalam suatu kasus, diskusi, atau untuk mayat.
Cerita film yang pertama kali diluncukan di Toronto International Film Festival pada September 2016 lalu ini, dimulai dengan adegan polisi sedang memeriksa sebuah rumah di Virginia, Amerika Serikat. Rumah tersebut merupakan tempat kejadian perkara pembunuhan satu keluarga.
Selain menemukan beberapa orang tergeletak dengan bercakan darah di mana-mana, seorang polisi menemukan mayat perempuan—Jane Doe—setengah terkubur di ruang bawah tanah. Anehnya, mayat tanpa identitas ini tidak mengenakan sehelai pun busana dan kulitnya bersih tanpa jejak luka sedikit pun.
Sheriff Bruke (Michael McElhatton) lalu membawanya pada Tommy (Brian Cox) dan Austin (Emile Hirsch), ayah dan anak yang bekerja di bagian autopsi jenazah. Sejak Jane Doe datang, keanehan demi keanehan pun mulai terjadi di ruang autopsi. Secara perlahan, Austin dan Tommy berhasil mengungkap identitas Jane Doe.
Dalam waktu cukup singkat, film terbaru Ovredal ini berhasil memenangkan lima penghargaan film bertaraf internasional. Di antaranya, kategori best picture dalam Austin Fantastic Fest 2016, best picture dalam Fantastic Fest Jury Award, serta best film dalam Molins de Rei Horror Film Festivasl 2016. Film ini juga menang dalam Sitges-Catalonian International Film Festival 2016 dan menduduki posisi kedua di Toronto International Film Festival 2016 untuk kategori people’s choice award.
Tak hanya itu, The Autopsy of Jane Doe juga masuk dalam sembilan nominasi ajang penghargaan film lainnya. Seperti nominasi Best Horror Film di Academy of Science Fiction, Fantasy and Horror Films 2017; dan nominasi best limited release film di Fangoria chainsaw awards 2017. Di iHorror Awards, film ini masuk dalam tiga nominasi sekaligus, yaitu best direct release horror, best horror director, dan best actor horror film khususnya untuk peran Emile.
Sambutan baik terhadap film ini tak cuma-cuma didapatkan oleh Ovredal. Awalnya, ia terinspirasi membuat film ini setelah hadir di acara screening film The Conjuring pada 2013. Ia lalu menelepon agensinya dan meminta mereka untuk membuat atau mencarikan skrip horor untuk digarapnya. Sebulan kemudian, skrip film ini ditunjukkan kepadanya dan Ovredal langsung tertarik.
Menggarap film ini, Ovredal tampaknya cukup berusaha keras agar semua sesuai dengan yang diinginkannya. Meski mendapatkan kritikan pedas karena menampilkan seluruh tubuh Kelly di kamera, namun ia mengaku sengaja melakukannya karena memang begitulah yang selalu terjadi di ruang otopsi. Ovredal hanya ingin filmnya terlihat natural.
Untuk mengakalinya, Ovredal berusaha menghindari unsur seksual pada filmnya. Ia sengaja memilih Kelly yang berparas cantik, agar penonton lebih fokus dan tertarik melihat wajahnya daripada tubuhnya.
Tokoh Jane Doe yang diperankan Kelly, yang ternyata memiliki latar belakang hidup suram, membuat penonton lebih terarah untuk memperhatikan ekspresi datar wajahnya, daripada tubuhnya yang hanya terbujur kaku. Khusus untuk Kelly, Ovredal meminta kamerawannya selalu mengambil setiap gambar Jane Doe dari angle yang lebih terlihat klinis agar tak terkesan sensual.
Sementara itu, Kelly yang hanya berakting terbujur kaku selama film berlangsung banyak dipuji media internasional. Harus menjalani proses shooting berjam-jam dengan tubuh tak bergerak dan telanjang, ia bahkan sering kali ia harus menahan napas. Namun, karena ketenangannya ini, Jane Doe berhasil tampil wajar sebagai jenazah.
Baik Ovredal, Kelly, Brian Cox, maupun Emile Hirsch, secara perlahan tapi pasti, berhasil membangun kengerian dalam film berdurasi satu setengah jam ini. Meski hanya berlatarkan ruang otopsi di sepanjang film, penonton terus dibuat penasaran dengan kejadian aneh yang muncul.
Saat ini, Ovredal tengah menggarap film barunya, Mortal, yang akan dirilis tahun depan. Semoga saja sutradara ini akan kembali memberi kejutan dalam film-film berikutnya.