Oleh: Ipak Ayu H Nurcaya
Apa yang anda pikirkan ketika mendengar kata toge?. Pasti, sejenis kecambah kacang hijau yang sering dijadikan sayuran. Tapi tidak untuk toge panyabungan ini. Ia minuman tradisional yang segar khas Mandailing, Ibu kota Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara.
Toge dan taoge dua hal yang berbeda, meski dari pengucapannya terasa sama. Taoge merupakan jenis sayuran kecambah. Sementara toge, atau lebih dikenal dengan nama toge panyabungan adalah sejenis minuman yang berupa campuran berbagai macam cendol. Namun sering orang salah persepsi kalau dengar toge panyabungan. Dikira sayuran kecambah asal Panyabungan.
Toge panyabungan adalah minuman khas Mandailing Natal. Sering disajikan saat acara adat Mandailing ataupun saat bulan Ramadhan seperti ini. Rasanya manis dari gula aren dan gurih santan menjadi kuah khas minuman ini, ditambah dengan segar es membuatnya menjadi menu yang dicari untuk buka puasa.
Bagi masyarakat Medan dan sekitarnya untuk mendapatkan jenis minuman khas Mandailing ini tak perlu jauh-jauh. Di daerah pinggiran Jalan Gereja, Kecamatan Medan Barat ada sebuah lapak yang hampir sepuluh tahun menjual toge panyambungan. Di bulan ramadhan seperti ini, biasanya masyarakat memburunya untuk menu buka puasa.
Khodijah Nasution, 43 Tahun penerus usaha kedua orang tuanya berdagang toge panyabungan. Jika dihari biasa ia membuka lapaknya pukul 11.00 WIB di Bulan Ramadhan ia akan mulai melayani pembeli pukul 15.00 WIB. Namun jangan heran jika anda menyambangi lapak Khodijah pada pukul 18.00 WIB dan tak bisa lagi mendapatkan toge panyabungan. “Iya, kalau Ramadhan sebelum jam buka puasa biasanya sudah habis,” katanya.
Lapak bongkar sederhana Khodijah hanya berjejerkan satu bangku panjang, satu meja kayu yang sudah tua dan sebuah lemari kaca yang panjangnya tidak lebih dari satu meter. Ia dibantu dengan suami dan dua orang anaknya melayani setiap pembeli. Satu bungkusnya ia jual seharga Rp 9 ribu. Jika dihari biasa ia hanya dapat menjual kurang lebih 200 bungkus, di musim Ramadhan inilah keuntunganya berlipat ganda. “Kadang sehari bisa habis sampai 600 bungkus,” kata Khodijah.
Ragam Isi Toge Panyabungan
Toge panyabungan mirip dengan cendol. Seperti cendol apada umumnya, rasa gurih didapat dari santan kelapa, sementara manisnya dari gula aren. Beda cendol biasa dan toge ini hanya di campuran isi. Selain itu rasa toge panyabungan lebih alami karena biasanya memakai bahan-bahan alami tanpa pemanis buatan atau pewarna makanan.
Toge panyabungan dicampur dengan lupis, makanan berbentuk segitiga yang terbuat dari ketan. Kemudian ada ketan hitam, cendil, tapai, dan cendol yang direndam santan. Isi toge bisa dikatakan lebih berat dan mengenyangkan. Karena itu cocok sekali menghilangkan haus dan lapar saat puasa.
Bagi Dhana Anjani, salah seorang mahasiswa Universitas Sumatera Utara toge panyabungan merupakan hidangan yang unik ketika berbuka puasa. Tekstur cendil dan cendol yang kenyal menjadi isi favoritnya. “Awalnya dengar pertama dulu kirain toge, kacang hijau itu rupanya minuman isi cendol,” katanya.
Namun Dhana mengaku tidak telalu sering menyantapnya. Selain mengenyangkan, menikmati toge panyambungan juga membuat moodmakannya berkurang.
Jadi, bagi anda yang masih penasaran dengan keunikan minuman tradisional khas Mandailing ini, menjadikannya menu buka puasa merupakan pilihan yang tepat. Tidak hanya di lapak milik Khadijah, di setiap titik penjualan jajanan khas buka puasa di Medan akan banyak anda temui pedagang yang menawarkan menu ini. Tapi tetap perlu diingat, ini toge bukan taoge!