BOPM Wacana

The Great Wall of Koto Gadang, Tembok Besar Cina Ala Bukittinggi

Dark Mode | Moda Gelap

Oleh: Gio Ovanny Pratama

Tak perlu jauh-jauh ke Cina jika ingin menyaksikan The Great Wall of Cina yang menjadi salah satu keajaiban dunia. Cukup datang ke kota Bukittinggi Anda bisa merasakan sensasi tembok besar Cina tersebut ditambah suguhan pemandangan Grand Canyon ala Bukitinggi, Ngarai Sianok.

Salah satu sudut tampilan dari The Great Wall of Koto Gadang, menghubungkan kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam.| Gio Ovanny Pratama
Salah satu sudut tampilan dari The Great Wall of Koto Gadang, menghubungkan kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam.| Gio Ovanny Pratama

Januari lalu, Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo), Tifatul Sembiring datang ke kota Bukittinggi. Tujuan kedatangannya ke kota wisata itu adalah meresmikan obyek wisata baru bernama Janjang Koto Gadang atau The Great Wall of Koto Gadang.Janjang dalam bahasa minangkabau berarti jenjang.

Sejatinya The Great Wall of Koto Gadang ini telah ada sejak lama. Dulu disebut sebagai janjang saribu (jenjang seribu) karena jumlah anak tangga yang berada di daerah ini berjumlah seribu. Kemudian oleh perantau minang yang kemudian menjadi penyandang dana utama sepakat memperbaiki janjang saribu ini dengan tambahan arsitektur bangunan mirip tembok besar di Cina.

The Great Wall ini menghubungkan dua daerah di Sumatera Barat. Membentang dari kota Bukittinggi hingga kecamatan IV Koto di Kabupaten Agam. Tepatnya di daerah wisata yang telah terkenal sebelumnya, Ngarai Sianok. Dibangun di tengah-tengah perbukitan menjadikan pemandangan di sekitarnya menjadi sangat indah.

Lokasinya yang berdekatan dengan Lubang Jepang membuat obyek wisata ini sangat mudah untuk diakses. Cukup naik angkot atau mengendarai sepeda motor sudah bisa menikmati suguhan alam dan replika salah satu keajaiban dunia ini.

Tampak pohon-pohon yang lebat tumbuh di sisi jalan The Great Wall of Koto Gadang.| Gio Ovanny Pratama
Tampak pohon-pohon yang lebat tumbuh di sisi jalan The Great Wall of Koto Gadang.| Gio Ovanny Pratama

Janjang Koto Gadang ini memiliki panjang 1,5 kilometer, 500 meter pertama pengunjung harus melewati jalanan menurun menuju sebuah jembatan yang menjadi pintu masuk janjang. Pengunjung tak dipungut biaya kontribusi untuk masuk. Jalanannya sangat mulus, jalan selebar dua setengah meter ini telah diberi paving block sehingga jalannya terlihat bersih dan rapi. Di sekeliling jalan terhampar sawah milik penduduk, terlihat dinding ngarai yang menjulang tinggi sebab jalanan menurun tersebut sebenarnya mengarah ke dasar ngarai.

Kemudian 1000 meter berikutnya, pengunjung harus menyiapkan tenaga ekstra untuk menaiki seribu anak tangga menuju ke puncak ngarai. Itulah dia janjang Koto Gadang atau The Great Wall Of Koto Gadang tersebut. Keseluruhan anak tangga tersebut tak serta-merta langsung seribu. Seribu anak tangga tersebut terbagi-bagi atas beberapa kelompok jenjang. Satu kelompok terdiri atas lima sampai tiga puluh anak tangga. Jarak antar kelompok jenjang juga bervariasi, mulai dari tiga hingga lima meter dengan lebar jalan sebesar dua meter.

Tak sedikit pengunjung yang harus berhenti di tengah jalan untuk beristirahat sejenak akibat kelelahan menaiki anak tangga. Namun ketika beristirahat rasa lelah tersebut langsung tergantikan dengan suguhan pemandangan alam nan elok. Tentu saja semakin tinggi mendaki maka semakin indah pula pemandangan yang tampak. Pemandangan yang lebih indah bakal tersuguhkan jika telah sampai di puncak jenjang atau puncak ngarai.

Di puncak, beberapa kios makanan telah siap menyediakan bermacam makanan dan minuman untuk mengembalikan stamina, atau sekadar duduk-duduk sambil menikmati pemandangan Ngarai Sianok di tempat duduk yang tersedia. Beberapa toko souvenirjuga tersedia bagi pengunjung yang ingin memburu oleh-oleh.

Angin kencang di puncak seakan bergantian menyapa pengunjung. Pemandangan kota Bukittinggi bisa terlihat dari kejauhan, Gunung Singgalang pun tepat menjulang tinggi di belakang pengunjung jika melihat ke arah kota. Butuh waktu setengah jam untuk sampai ke puncak. Di puncak ini juga ada monumen peringatan tempat lahirnya pahlawan nasional, H Agus Salim.

Semakin sore, pengunjung semakin ramai memadati The Great Wall ini, sebab udara sejuk dan segar akan bisa dinikmati ketika pagi atau mulai siang menjelang sore. Sedangkan jika pengunjung datang di siang hari matahari cukup terik mampu membuat tubuh berkeringat.

Desi Rahayu salah seorang pengunjung menilai obyek wisata baru ini sangat menarik. Menurutnya pemandangan alam di sana sangat indah, ia sendiri sudah enam kali ke Janjang Koto Gadang ini. Namun masihmenurutnya perlu sesuatu yang bisa membuat tempat ini lebih menarik, “Sesuatu yang bisa dijadikan maskot tempat ini, seperti hewan atau apa gitu,” harapnya.

Pemandangan Ngarai Sianok dari puncak.| Gio Ovanny Pratama
Pemandangan Ngarai Sianok dari puncak.| Gio Ovanny Pratama

Berbeda dengan Desi, Hafiz Fikri salah seorang pengunjung berpendapatJanjang Koto Gadang masih butuh sentuhan dari pemerintah daerah setempat baik dari segi pengelolaan dan keberadaan fasilitas umum sebagai pelengkap daerah ini. “Tempat ini bisa jadi lebih menarik jika ada perhatian lebih dari pemerintah setempat,” ungkapnya.

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4