Oleh: Nurhanifah
BOPM WACANA – Yulhasni, Sutradara Ruang 3 Tanpa Bendera mengatakan pertunjukan teater yang ditampilkan merupakan kritik sosial untuk kemerdekaan Indonesia yang ke-71. “Kita ingin sampaikan fakta, bahwa meski telah merdeka, penggusuran-penggusuran dan perampasan tanah masih terus terjadi,” terangnya usai pertunjukan teater di Taman Budaya Sumatera Utara, Selasa (16/8).
Yulhasni sampaikan kemerdekaan Indonesia bukan hanyalah merdeka dari penjajah, tapi harusnya merdeka dari perampasan tanah yang memang hak masyarakat. Kisah Codoik, pemeran utama, merupakan refleksi dari penggusuran tanah di masa lalu, di mana ayah dan ibunya dibunuh untuk mendapatkan tanah tersebut. Pun, kisah Codoik masih dirasakan dan dilihat di Indonesia. “Lihat saja di berita-berita,” ujarnya.
Maria Pardede, pengunjung dari Sekolah Menengah Atas Negeri 12 memberikan apresiasi atas pertunjukan tersebut. Ia bilang pesan kemerdekaan tersampaikan sangat baik dan ditampilkan dengan baik. “Sebuah kritik yang menggelitik, lucu tapi bikin merinding,” ucapnya.
Yulhasni menambahkan, pertunjukan ini merupakan permintaan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara untuk memperingati hari Kemerdekaan Indonesia. Pun, penamaan Ruang 3 Tanpa Bendera dikarenakan pertunjukan ini memiliki tiga ruang yaitu pertunjukan teater, drama radio, dan pembacaan cerpen.