Oleh Fredick Broven Ekayanta Ginting
BOPM WACANA — Dewasa ini peran media massa di Indonesia untuk memberitakan suatu isu dinilai tidak adil dan sarat akan pemberitaan yang justru dapat berdampak negatif di masyarakat. Dampak negatif itu terkait dengan pengetahuan yang berkembang di masyarakat terhadap satu isu. Redaktur Harian Analisa Sugiatmo menyampaikan hal tersebut ketika menjadi pemateri dalam Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar (PJTD) bertema Cermat Menggali, Cerdas Publikasi di Aula Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Sabtu (11/5).
Sugiatmo mencontohkan kasus korupsi yang diangkat oleh sejumlah media selama ini. “PKS (Partai Keadilan Sejahtera –red) korupsinya satu miliar dibesar-besarkan, Bank Century yang korupsinya satu triliun tidak,” tegasnya. Tak hanya itu, ia mengatakan bahwa media kerap ikut melibatkan sejumlah kerabat dekat dari tersangka korupsi hingga merugikan mereka yang sebenarnya tidak terlibat.
Media yang demikian dinilai Sugiatmo hanya memburu berita semata yang dapat menarik perhatian masyarakat luas. “Seperti kasus AA Gym. Ia kan melakukan hal yang halal. Tapi dibesar-besarkan dan akibatnya buruk bagi si AA Gym di masyarakat,” katanya.
Untuk itu, Sugiatmo meminta agar setiap masyarakat cerdas dalam menilai setiap pemberitaan yang dikeluarkan oleh media massa. Selain itu, untuk menjaga agar media massa tetap memegang teguh prinsip-prinsip jurnalistik yang benar setiap wartawan harus memahami dan melaksanakan kode etik jurnalisme