Oleh: Vanisof Kristin Manalu
Judul | : Okja |
Sutradara | : Bong Joon Ho |
Penulis Skenario | : Bong Joon Ho dan Jon Ranson |
Pemeran | : Seo Hyun Ahn, Paul Dano, Tilda Swinton |
Rilis | : 19 Mei 2017 |
Durasi | : 120 menit |
Genre | : Action, Adventure, Drama |
Sulit mengubah kebiasaan si manusia yang serakah. Selalu ingin dimanja dengan fasilitas terbaik. Setengah tak sadar bahwa ada hak yang terabaikan. Semoga suguhan kisah ini laik dicermati dan boleh ambil sikap.
Pernahkah Anda menanyakan dari mana makanan yang ada di depan Anda sebelum menyantapnya? Atau berapa kali Anda mengkonsumsi makanan dalam sehari? Setidaknya Anda akan berpikir dua kali untuk jadi konsumtif setelah menonton film ini.
Sebuah keluarga tinggal jauh dari kehidupan moderen, memilih hidup sederhana di tengah pegunungan luas. Hamparan tumbuhan hijau dan kegiatan rutin yaitu bermain dengan seekor babi selalu menemani seorang gadis kecil bernama Mija (Seo Hyun Ahn). Mija tinggal dengan seorang pamannya bernama Heebong (Hee Bong Byun) yang usia sudah menginjak lebih dari setengah abad.
Babi yang dimaksud di sini bukan seperti babi biasanya. Ukurannya sangat besar dan bentuknya seperti perpaduan antara badak dan kuda nil. Mija memberi nama babi tersebut dengan sebutan Okja. Babi ini merupakan titipan dari sebuah perusahaan makanan terbesar di dunia, Perusahaan Mirando namanya. Perusahaan ini memproduksi makanan instan dengan bahan utamanya adalah daging babi.
Alih-alih sedang terjadi krisis pangan, perusahaan ini menemukan babi super di Chile. Sebanyak 26 bayi babi super di kirim ke peternakan di negara belahan dunia dengan tujuan untuk dikembangbiakkan lewat penelitian. Perusahaan Mirando tetap memonitori perkembangan babi super tersebut lewat teknologi canggih.
Setelah sepuluh tahun kemudian, Perusahaan Mirando kembali untuk mengambil babi super titipan tersebut. Babi tersebut akan mengikuti kontes babi super yang diselenggarakan oleh Perusahaan Mirando. Salah satunya adalah Okja, sahabat Mija sejak kecil.
Tanpa sepengetahuan Mija, Pamannya menyerahkan Okja dibawa oleh anak buah Lucy (Tilda Swinton), Pemimpin Perusahaan Mirando untuk kembali ke New York mengikuti kontes. Kontes babi super ini dimenangkan oleh Okja, dengan bobot tubuh tergemuk dan setelah diambil sebagian tubuhnya untuk dicicip, rasanya sangat lezat. Okja pun dinobatkan menjadi ikon Perusahaan Mirando.
Setelah mengetahui perbuatan pamannya, Mija marah dan nekat mengejar Okja dengan tabungan seadanya. Saat misi pencarian berlangsung, Mija bertemu dengan sekelompok orang yang berniat untuk membantunya. Animal Liberation Fornt (ALF) adalah sebuah grup pecinta hewan yang dipimpin oleh Jay (Paul Dano).
Paul Dano meminta Mija untuk bergabung dengan misi mereka mengekspos kekerasan hewan yang dilakukan oleh Perusahaan Mirando dengan memanfaatkan Okja. Setelah berhasil menyusup ke perusahaan, Paul melarang Mija untuk ikut melanjutkan misi sebab Paul takut kalau Mija tak sanggup menerima kenyataan mengenai keberadaan Okja. Namun Mija tetap bersikeras ikut.
Dugaan Paul benar, saat di rumah potong perjalanan Mija terhenti sejenak setelah melihat kenyataan di balik Perusahaan Mirando. Sekumpulan daging tergantung dengan darah segar yang masih menetes. Sesaat ia ingin muntah setelah melihat yang terjadi di depannya. Ribuan babi super sedang menunggu giliran untuk di potong dengan sadis.
Dari sekian banyak babi, kekuatan ingatan dan pengenalan satu sama lain selama sepuluh tahun mempertemukan Okja dan Mija tepat sebelum Okja di potong. Mija membeli Okja dengan emas hasil penjualan Okja oleh pamannya.
Kisah ini memang bukan diangkat dari kisah nyata. Namun cerita yang serupa banyak terjadi dalam kisah nyata. Contoh perusahaan yang digambarkan pada film Okja memproduksi makanan seperti Hotdog dan sosis dengan embel-embel terbuat dari hewan pilihan yang alami dan daging yang segar.
Memang bobot tubuh hewan yang digambarkan oleh Bong Joon Ho sang Sutradra kurang masuk akal untuk ukuran babi. Sementara pengkloningan ini dilakukan agar perusahaan dapat meraup keuntungan yang banyak dari tiap satu ekor babi. Fakta yang sebenarnya ditutupi agar konsumen tak jijik saat menyantapnya. Konsumen mengalir untung cair, begitulah diibaratkan.
Film ini sangat kental akan pesan moral. Kalau kita perhatikan dewasa ini kuantitas konsumtif manusia semakin meningkat. Bisa jadi film garapan Bong ini dapat memengaruhi penonton untuk mengubah perilaku konsumtif. Dikabarkan bahwa Ahn Seo-Hyun tidak selera makan daging saat syuting adegan berlangsung di rumah potong lantaran bau amis yang sangat mengganggu. Bahkan sutradara Bong mengakui saat jumpa pers bahwa dirinya puasa dua bulan tidak makan daging.
Yup, benar-benar film yang unik dilihat dari temanya yang dapat menimbulkan opini yang mendalam bagi penonton. Anda yang masih doyan menyantap daging dengan segala olahannya lebih baik mengurungkan niat untuk menonton film ini atau Anda lebih memilih untuk Vegetarian. Itu adalah tanggapan sebagian besar penonton mengenai film ini. Saya sepakat saja, karena saya juga mulai saat itu berpikir beberapa kali sebelum mengkonsumsi daging olahan. Untuk vegetarian, sepertinya masih jauh dari pikiran saya.
Film ini mungkin elok apabila saya bandingkan dengan film The Herd karya Melanie Light. Lebih seram lagi, karena film ini juga mengangkat tema mirip film Okja yaitu mengenai kebiasaan manusia yang konsumtif. The herd yang berlatarkan peternakan sapi menceritakan kisah sapi-sapi yang diperah untuk diambil susunya yang digunakan sebagai bahan utama kosmetik. Bedanya, sapi-sapi di sini digantikan oleh perempuan sebab sapi hampir punah. Perempuan dipaksa untuk hamil agar menghasilkan air susu yang banyak, kalau bayinya laki-laki akan dibunuh.
Gaya penceritaan kedua film ini sangat berbeda. Bong menyuguhkan film ini dengan komedi dan latar yang enak dipandang mata, belum lagi aksi Ahn Seo-Hyun saat menyelamatkan Okja yang penuh drama dan action. Sementara Melanie Light menyuguhkan film yang menakutkan untuk ditonton karena targetnya sasaran dari keserakahan manusia adalah manusia itu sendiri.