Oleh: Izzah Dienillah Saragih
Laskar Pelangi (LP) bukan sekadar sastra. Ia mungkin lebih dari itu. Ia menjadikan sebuah desa di ujung Timur Belitong (yang juga pulau kecil pecahan Provinsi Sumatera Selatan) bernama Manggar, dikenal oleh orang-orang di penjuru Indonesia atau mungkin dunia.
Ia lah jejak-jejak perjuangan Andrea Hirata, penulis sekaligus pusat dalam cerita LP ketika menaklukkan mimpi-mimpinya. Tak cukup lewat sastra dan layar lebar, Andrea tetap berhasrat agar nilai-nilai kebaikan dari LP bisa menginspirasi dunia. Maka didirikanlah sebuah rumah tempat Andrea mengabadikan kata-katanya. Museum Kata, begitu ia menamainya.
Museum ini terletak di sebuah jalan, yang dinamai dengan Jalan Laskar Pelangi. Di rumah bernuansa putih dan bergaya Melayu terdapat sebuah plang jingga menyolok bertuliskan Museum Kata Andrea Hirata dan backdrop Laskar Pelangi menjadi pembeda ia dengan rumah-rumah penduduk di sekitarnya. Indonesia’s Most Inspiring Place, begitu taglinemuseum yang berdiri sejak 2011 lalu.
Begitu masuk ada potret besar hitam-putih Andrea dengan kata-kata “Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu”. Itu semacam kata-kata sakti bagi orang-orang yang percaya pada kekuatan mimpi. Lalu di sebelah potret hitam-putih itu, terdapat tulisan besar mengenai sejarah pembuatan novel LP, serta sejarah pendirian Museum Kata ini.
Kesemua tulisan itu disajikan dalam versi bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Tampaknya museum ini dipersiapkan untuk dikunjungi oleh siapa saja dari belahan dunia manapun. Sayang, ketika saya berkunjung Andrea tidak sedang ada di Gantong. Kalau tidak, perjalanan mengelilingi Museum Kata ini akan lebih menarik karena biasanya ia dengan senang hati menghantar tamu melihat-lihat museum.
Museum ini sendiri terbagi menjadi lima ruangan. Ruang pertama tempat figura foto Andrea tadi disebut ‘Welcome Room’. Di ruangan selanjutnya, ada penggalan novel Laskar Pelangi, yaitu kisah cinta pertamanya dengan A-Ling, Buaya Bodenga, Sekolah Laskar Pelangi yang dibingkai besar-besar lengkap dengan ilustrasi foto yang apik.
Kemudian ada lukisan wajah Lintang, sahabat Andrea yang pintar, bersemangat tinggi namun harus putus sekolah karena keadaan ekonomi. Di sekitar lukisan wajah Lintang, ada lukisan wajah orang-orang terdekat Andrea yang konon menginspirasi lahirnya LP, namun lukisan Lintang-lah yang menjadi sentral dilengkapi dengan tulisan “Do I inspire you?”. Kata-kata serta lukisannya sungguh menggugah hati dan sedap dipandang.
Di sudut ruangan ini pula, terdapat 24 sampul buku LP yang telah diterbitkan di 24 negara dengan bahasa yang berbeda-beda pula. Betapa kisah ikal, si bocah pemimpi dari negeri antah berantah bernama Indonesia bisa mendunia adalah sebuah hasil perwujudan mimpi Andrea Hirata yang sesungguhnya.
Di belakang terdapat ruang menulis. Kamar sederhana dengan meja belajar yang di atasnya ditaruh potret kedua orangtua dan sebuah Al-Quran tua besar. Mungkin Andrea ingin menyampaikan, betapa kesederhanaan atau keterbatasan bukan excuse untuk tidak bisa berbuat lebih.
Di belakang terdapat ruang penulis Internasional yang terpisah dari gedung induk. Yaitu ruangan yang berisikan potret penulis-penulis internasional yang menginspirasi Andrea menulis, seperti Paulo Coelho, Leo Tolstoy, dan sebagainya. Di sisi kanan ruangan terdapat quotedengan kata kunci dreams dari tokoh-tokoh terkenal seperti Mahatma Gandhi, Bono U2, dan sebagainya. Terpajang juga beragam pencapaian LP di dalam dan mancanegara. Ada potongan artikel dari koran nasional maupun luar negeri tentang LP, kumpulan komentar dunia untuk LP, pujian dari tokoh dunia termasuk pengarang “Slumdog Millionaire”.
Selain itu Andrea menyediakan tempat khusus untuk mengabadikan Budaya Ngupi oleh Masayarakat Melayu Belitong melalui ruangan yang dinamai “Kupi Kuli’. Ruangan ini merupakan replika warung kopi di Manggar, yang juga terkenal sebagai kota 1001 kopi. Disebut kopi kuli karena konon kopi tersebut dikonsumsi oleh para kuli timah agar tak mudah lapar, “Supaya kuli-kuli itu kenyang terus” ujar Rika keponakan Andrea yang juga bertugas mengelola museum sambil tertawa.
Cat pada dinding kayu dibiarkan mengelupas. Barang-barang lawas milik Andrea seperti radio dan telepon kuno, lampu petromaks, iklan enamel, serta sampul album “Satria Bergitar” Rhoma Irama turut menghidupkan suasana jadul dan penuh nostalgia.
“Pembangunan museum ini berasal dari ide pakcik (Andrea-red)”, ujar Rika. Menurut Rika, pamannya ingin melestarikan nilai-nilai kebaikan dalam Laskar Pelangi dan diwujudkan lewat museum ini.Penaklukkan mimpi-mimpi Andrea, ia patrikan di Museum ini.
Bangunan ini dibeli oleh Andrea dari salah seorang pegawai Perusahaan Negeri Timah.
Terkadang, ruangan ini juga dijadikan tempat pelatihan menulis dan fotografi untuk masyarakat luar, seperti yang diselenggarakan pada Desember lalu.
Andrea mengabadikan tiap kata, jejak langkah, Budaya Melayu, pencapaian LP ataupun dirinya pribadi dengan sangat apik di museum ini. Museum ini sangat menginspirasi dengan kata-katanya untuk terus bermimpi dan berbuat sesuatu yang besar. Karena seorang Andrea Hirata bisa membuktikannya, lewat kekuatan mimpi. Museum ini sangat direkomendasi untuk Anda kunjungi ketika sedang berada di Belitong. Sedikit saran, ketika berkunjung kesini Anda harus memiliki waktu yang cukup luang. Minimal satu jam. Sebab materi bacaan di sini lumayanbanyak, sehingga membutuhkan waktu untuk membaca kata tiap kata, ataupun menjelajah tiap sudut dengan saksama.