Oleh Pebri Hardiansyah Pohan
Judul Buku : MATA-MATA : 16 Skandal Spionase di Indonesia & Dunia
Penulis : Ali Zaenal & Nailal Fahmi
Genre : Mistery-Thriller
Penerbit : mediakita
Tahun Terbit : 2012
Halaman : 186 halaman
Plot cepat, kisah penuh intrik dan kejutan di tiap pergantian situasi,bercampur dalam cerita spionase.
Dalam sejarah, kegiatan spionase atau mata-mata berpengaruh sangat besar. Mata-matalah yang menjadi senjata intelijen negara-negara dan organisasi-organisasi yang ikut berperang, yaitu pada perang dunia pertama hingga perang dunia kedua. Sebut saja Sidney Reilly. Karakter yang menginspirasi Ian Fleming untuk menciptakan James Bond ini berandil besar dalam sebuah perang yang berkecamuk sebelum perang dunia pertama pecah tahun 1914.
Sidney Reilly (1874-1925) merupakan seorang mata-mata yang tergolong hedonis. Ia cukup piawai memainkan perannya sebagai pengusaha sementara ia mencuri informasi dari negara yang berbisnis dengannya (contohnya Rusia dan Jepang), lalu tentu saja menjual informasi itu ke negara lain yang ingin membayar Reilly. Semua dilakukan Reilly untuk mengeruk keuntungan yang besar.
Selain mengungkap kisah Sidney Reilly, buku ini juga mengungkap lima belas spionase lainnya. yaitu Christopher Marlowe, Margaretha Zelle, Vera Atkins, Empat Mata-Mata Cambridge, Klaus Fuchs, James Angelton, Allen Lawrence Pope dan lain-lain. Semuanya ditulis dengan gaya naratif yang tidak kaku, bahkan di beberapa kisah Ali Zaenal dan Nailal fahmi membumbuinya dengan dialog, deskripsi tempat, deskripsi waktu dan suasana yang membuat kita bisa membayangkan kejadian saat itu.
Motif orang-orang yang dikisahkan dalam buku ini cukup beragam. Didominasi oleh motif uang, ada juga yang bersifat patriotis. Seperti James Angelton yang di tunjuk CIA (Central Intelligence Agency) untuk menjalankan badan rahasia CI (Contra Inteligent).
Angelton dihantui rasa takut akan dikhianati hingga akhirnya dia pensiun. Tahun1949 Angelton sempat berteman akrab dengan Kim Philby yang merupakan rekan spionasenya di CIA. Saking akrabnya, mereka selalu makan siang bersama setidaknya sekali dalam seminggu dan saling menelepon tiga-empat kali seminggu. Persahabatan mereka berlangsung nyaman selama dua tahun. Hingga akhirnya Philby membelot ke Uni Soviet tahun 1951. Angleton terkejut atas penipuan telak itu hingga akhirnya trauma.
Sejak saat itu Angleton tak memercayai siapa pun yang ditemuinya dan menuduh empat puluh agen CIA sebagai mata-mata Rusia. Dalam analisa terakhir, ketakutan Angletonlah yang menjadi masalah. Mencemari seluruh CIA hingga memengaruhi kebijakan pemerintah Amerika mengenai Uni Soviet selama perang dingin.
Ini merupakan buku bacaan berat yang diolah menjadi ringan. Ali Zaenal dan Nailal Fahmi mampu merubah topik spionase yang berat dengan berbagai analisis yang rumit menjadi cukup ringan dan tidak membuat pembaca binggung.
Sayangnya, terasa sekali bagaimana kedua penulis ini sulit untuk mendapatkan informasi. Banyak informasi yang perlu dipertanyakan, seperti Vera Atkins, yang dijadikan pejabat intelijen bagian “France” padahal ia memiliki pemahaman mengenai situasi di Inggris, Jerman dan Rumania. Kenapa Maurice Buckamster, atasan Vera di Special Operation Executive menempatkannya ke Perancis?
Atau sepenting apa pilot-tentara bayaran Amerika? Allen Lawrence Pope sampai John F Kennedy memerintahkan Jaksa Agung Amerika Serikat, Robert Kennedy untuk bertemu Soekarno dan meminta pembebasan Pope. Belum lagi banyak permintaan Soekarno, seperti pencabutan embargo senjata terhadap Indonesia, yang dikabulkan demi menebus pope.
Informasi yang didapatkan kedua penulis kebanyakan dari Internet. Walaupun di kata pengantar buku, penulis mengatakan bahwa keakuratan data yang dipaparkan dapat dipercaya, namun dari daftar pustaka buku ini dapat dilihat ada sebuah website berbentuk blog dan beberapa lainnya dari wikipedia.com yang tentu saja sulit dipercaya keakuratan datanya.
Kegamangan penulis juga terlihat dalam beberapa kisah di buku ini. Beberapa di antaranya, penulis memaparkan beberapa versi akhir hidup Sidney Reilly yang tidak diketahui secara pasti.
Walaupun ekspektasi di awal tidak tercapai, untuk mengetahui kisah hidup keenam belas spionase secara terperinci dan jelas tidak tercapai, intrik dan bentuk plot yang cepat tidak tergambarkan, namun buku ini tetap bisa menjadi bacaan yang informatif. Mengingat kehidupan dan kegiatan spionase cenderung ditutup-tutupi.
Terlebih buku ini hanya 186 halaman yang memuat enam belas kisah mata-mata yang tidak mungkin dapat menggambarkan tiap kisah secara terperinci dan jelas.