Oleh Hasnatul Dina
Judul Buku: Beauty Sleep
Pengarang: Amanda Inez Poernama
Jumlah Halaman: viii + 224 hlm
Cetakan: I, Juni 2013
Penerbit: GagasMedia
Harga: Rp 43.000,-
Sengaja atau tidak, ide cerita yang digunakan Amanda Inez dalam novel perdananya ini sangat mirip dengan kisah Sleeping Beauty yang biasa kita dengar waktu kecil. Kisah mengenai perempuan yang tertidur dalam keadaan koma serta kemiripan judul yang dipakai akan segera mengingatkan kita pada dongeng Putri Tidur yang legendaris itu. Apalagi desain kover yang menggunakan ilustrasi sesemakan (dalam kisahnya, Putri Tidur juga diceritakan tertidur dalam istana yang dikerumuni semak belukar).
Bercerita dari sudut pandang orang pertama tunggal, Inez memposisikan sebagai tokoh utama pria yang memanggil dirinya Si Bodoh. Diceritakan ia datang dari sebuah kota kecil di Amerika Utara (tepatnya di mana, tidak disebutkan) dan dibesarkan di sebuah panti asuhan. Si Bodoh tidak mempunyai banyak teman. Satu-satunya temannya adalah Zack, anak laki-laki sebaya yang orangtuanya merupakan donatur panti asuhan. Begitu lulus SMA, Zack berniat mengubah hidup, pergi ke Indonesia untuk menggeluti bisnis yang ditekuni pamannya, perdagangan narkoba. Atas permintaan Ibu Zack, Si Bodoh ikut ke Indonesia, tapi lalu ditinggalkan begitu saja di bandara untuk kemudian terlunta-lunta di Jakarta.
Di Jakarta, ia bekerja sebagai anggota pemadam kebakaran. Suatu hari, ia terlibat dalam pemadaman kebakaran sebuah gedung pos tua di pinggir kota dan berhasil menyelamatkan satu paket berisi surat-surat dan kartu pos. Surat-surat dan semua kartu pos itu dikirimkan seorang ibu kepada anak perempuannya. Penemuan ini membawa Si Bodoh kepada anak perempuan yang dijulukinya Tuan Putri.
Tuan Putri adalah seorang gadis buta yang sangat menyukai bunga matahari. Ia kehilangan penglihatan setelah sebuah kecelakaan mobil yang juga merenggut nyawa ayahnya. Sepeninggal ayahnya, ia tinggal bersama bibi dan kakak sepupunya, Daniel. Si Bodoh mengenal Tuan Putri sebagai gadis yang tangguh, yang mampu menerima kondisinya, bahkan mengatakan:
Bahagia adalah pilihan. Tak peduli di mana pun aku berada, aku bisa saja merasa sedih dan tertekan. Namun, setelah itu, aku belajar bagaimana untuk menerima segala sesuatu apa adanya. Aku tidak lagi ingin menyiksa diriku sendiri. Bahagia adalah saat kau membuat segala yang (kau) punya menjadi yang terbaik. (hlm. 31).
Apakah kau tahu, bahwa hal-hal terindah di dunia ini tidak bisa dilihat dengan mata? Apa kau tahu, bahwa hatimu bisa melihat hal yang jauh lebih indah dari apa pun di dunia ini? (hlm. 34).
Tuan Putri meminta Si Bodoh membacakan semua surat yang ditulis ibunya, perempuan asal Belanda yang lebih memilih karir ketimbang keluarga. Sementara itu, Si Bodoh menyaksikan jika sejatinya Tuan Putri tidak setangguh yang ia bayangkan. Kebutaan membuatnya melakukan hal yang berdampak pada terjebaknya ia dalam kondisi koma. Dan kini Tuan Putri yang menyukai bunga matahari berubah menjadi seperti bunga matahari yang layu.
Setiap kali si Bodoh menengoknya, terbersit harapan untuk menemukan Tuan Putri terbangun dari komanya. Tapi harapannya selalu kandas.Sampai saatnya surat terakhir selesai dibacakan dan Si Bodoh mesti mengucapkan selamat tinggal, Tuan Putri belum mengangkat pelupuk matanya. Apa yang akan dilakukan si Bodoh untuk Tuan Putri pada kali penghabisan? Apakah Tuan Putri akan bangkit dari keadaan koma ataukah ia akan terlelap selamanya ? Apa yang pernah dikatakan Tuan Putri, pada masa-masa ketangguhannya, menggema dalam benaknya.
Doa yang tulus dan dengan cinta, adalah kekuatan besar yang bisa menyelamatkan siapapun, termasuk orang yang mendoakannya. (hlm. 193).
Meskipun ending novel ini sangat mudah ditebak, namun gaya penulisan yang digunakan Inez seolah mampu menghipnotis pembaca untuk terus menyelesaikan halaman demi halaman. Membaca novel ini, pembaca seolah diajak menjadi Tuan Putri yang sedang mendengarkan curahan hati Si Bodoh. Curahan hati yang bekisah tentang cinta, kebaikan hati, ketabahan, pengampunan, iman dan semangat untuk hidup. Bagian epilog ditulis menggunakan sudut pandang orang ketiga. Dibagian ini kita baru akan mengetahui jati diri Si Bodoh dan Tuan Putri yang sesungguhnya. Kejutan yang benar-benar telah dipersiapkan penulis bagi pembaca. Lewat novel debutnya ini Inez berhasil mencuri perhatiaan penggemar bacaan romance di Indonesia. Sangat pas dijadikan bacaan ringan yang bisa dilahap sekali duduk.