Senioritas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya keadaan lebih tinggi dalam pangkat, pengalaman, dan usia; prioritas status atau tingkatan yang diperoleh dari umur atau lamanya bekerja. Namun, sering sekali senioritas yang terjadi di kampus kini berkonotasi negatif. Banyak senior yang semena-mena hanya karena jabatan atau usia mereka. Tak jarang juniornya mendapatkan perlakuan tak baik dari para senior ini.
Yang terbaru ada kasus diklat yang dilakukan oleh Menwa UNS. Pelatihan dasar dengan alasan melatih mental yang dilakukan oleh senior ini membuat korban hingga meninggal dunia. Itu adalah salah satu contoh bahwa senioritas belum lah benar-benar hilang dan masih menjamur. Serta sederet kasus serupa di seluruh kampus-kampus Indonesia yang banyak diberitakan di media atau yang belum terungkap.
Sebenarnya tak jarang juga ditemukan senior yang seperti kakak sendiri, tapi sayangnya tertutupi oleh senior yang menyalahgunakan kekuasaannya tersebut.
Berikut beberapa tanggapan mahasiswa USU tentang senioritas yang terdapat di kampus.
Wira Surya Cendika Simanjuntak – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 2018
Saya kurang setuju dengan senioritas yang ada di kampus. Karena itu membuat si junior dendam sama senior, dan bakal begitu sampai ke stambuk-stambuk bawahnya. Bukannya dekat tetapi jadi ada ketakutan tersendiri buat si junior. Perlakuan yang tidak disadari yang sebenarnya sudah menunjukkan perlakuan senioritas mungkin seharusnya bisa dihilangkan. Si senior tidak perlu melakukan apa yang dialaminya dulu. Lebih tepatnya merangkul junior jauh lebih efektif yang membuat hubungan senior dan junior ini jadi akrab. Dengan catatan si junior tetap sopan kepada seniornya. Bukan hormat, namun sopan.
Nikita M. B Situmeang – Fakultas Hukum 2019
Tidak. Karena menurut saya di lingkungan kampus kita semua ya sama. Kalau bicara senioritas kan cenderung memberi tekanan ke orang yang dianggap lebih lemah. Karena misal aku mahasiswa baru dan kamu yang jadi penghuni kampus kamu malah dengan seenak hati nyuruh dan meminta kan itu gak adil dong.
Sekarang situasi kampus menurutku masih ada aja mahasiswa yang merasa dirinya superior dari yang lain di lingkup senioritas. Menurut aku itu gak adil dan merupakan sebuah tindakan yang berlebihan terhadap orang lain. Di kampus malah aku akui sebagai manusia ya sifat alamiah untuk menghargai orang lain tanpa disuruh itu pun sudah ada. Intinya senior kita akui adanya tapi tindakan senioritas yang menuntut orang lain sesukanya itu perlu banget lah diubah. Karena sekarang orang terlalu banyak mengamini tindakan-tindakan senioritas dan kebanyakan orang baru kan takut memberikan pendapat atau bantahan karena tindakan senioritas tadi.
Cornella br. Tarigan – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2019
Setuju untuk konteks menghargai seperti panggilan abang dan kakak itu harus ada. Tapi tidak setuju semisal karena dia merasa senior, jadi apa-apa tuh berpusat sama dia. Seolah-olah karena dia lebih tua atau lebih dulu ada, merasa yang paling tahu isi dunia.
Senior itu terkadang seolah mempercayakan sesuatu sama junior, tapi di sisi lain rasa ragu untuk mempercayakan itu pada junior masih besar. Tapi tetap saja dibebankan tugas itu ke junior. Ketika menurutnya hasilnya kurang memuaskan, yang disalahkan lebih dulu itu juniornya. Bukan dirinya yang mungkin masih sangat kurang memberikan penjelasan atau pembelajaran tentang hal yang akan dibebankan itu. Terkadang dia ikut campur di ranah yang bukan ranahnya dengan embel-embel “Hormati kami dek” atau “Tanya kami dek”.
Sulastri Tiur Lestari Sihombing – Fakultas Ilmu Budaya 2020
Menurut saya perjalanan senioritas di kampus ini sering banget ada dalih pelatihan kedisiplinan dan penguatan mental. Sayangnya urusan mental nggak bisa disamaratakan, bahkan banyak faktor yang mungkin keliru dalam konsep “penguatan mental” yang kita pahami.
Banyak yang bilang kalau senioritas itu turun temurun. Awalnya nggak ada niatan, tapi terus aja berulang. Saking seringnya marah-marah, banyak yang jadi nggak peduli dan bodoh amat. Wah, gagal dong pendisiplinannya? Bahkan senioritas bisa awet banget. Nggak cuma tahun-tahun awal menghadapi mahasiswa baru, tapi sampai mau lulus pun masih begini, kan kacau. Tapi tetep aja ada sisi positifnya kok. Tentu mahasiswa baru kalau awal masuk perkuliahan masih gelagapan dan takutnya justru ‘salah jalan’.
Nurhadi Ahmad Juang – Fakultas Hukum 2019
Pada hakikatnya saya setuju. Selama itu dibuat di awal ketika masuk kampus, misalnya OSPEK. Karena menurut saya hal itu tergolong penting untuk menanamkan sopan santun dan tata krama antara senior dan junior. Karena nantinya, walaupun ada thread di awal harus ada senioritas, tapi seiring berjalannya waktu saya yakin mahasiswa itu sendiri nanti akan bisa lebih fleksibel menjalani kehidupan kampusnya.
Namun, dengan catatan mahasiswa yang terkena OSPEK dengan yang tidak itu pasti lebih terjaga kesopanan dan tata kramanya dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak OSPEK sama sekali. Karena hal ini juga sudah saya rasakan sendiri ketika saya menjadi kakak tingkat di kampus. Sangat aneh rasanya melihat adik-adik yang sebagian besar itu seperti tidak tahu meletakkan pembawaannya itu kepada rekan sesama stambuknya dengan kepada abang kelasnya.
Vencensius Hose Armando Sitohang – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2019
Menurut saya kalau senioritas dalam ranah konteks mengarahkan dan tidak menghalangi junior untuk lebih berani berekspresi, itu patut dipertahankan. Artinya, senioritas yang seharusnya terjadi kan adalah bentuk kepedulian terhadap junior bagaimana seharusnya mereka beritikad kepada orang yang lebih tua. Walau bagaimana pun, kita bisa lihat kalau yang lebih tua (secara umur/stambuk) pasti punya pengalaman dan pengetahuan tentang kampus yang lebih dari pada junior.
Tapi kan akhirnya konsep senioritas ini yang saya lihat dan rasakan menjadikan junior harus selalu searah dengan pandangan dan arahan seniornya. Konsep mengarahkan ke jalan yang ‘lebih baik’ malah menjadikan senior merasa superior dibanding juniornya. Tak hanya itu, apabila junior melenceng dari arahan senior, maka junior akan diasingkan, dikucilkan, tidak dipedulikan lagi dan ini yang membuat terciptanya lingkaran setan senioritas ini.
Baik tekanan secara fisik atau mental dari sisi pemaksaan gagasan dan ide-ide, menutup lingkar kompetitif, dan menjadikan junior selalu merasa terbelakang oleh seniornya. Dan senior selalu merasa juniornya di bawah kendali penuh.