Oleh: Rati Handayani
Judul | : Kapan Kawin? |
Sutradara | : Ody C Harahap |
Skenario | : Monty Tiwa, Robert Ronny dan Ody C Harahap |
Pemain | : Reza Rahadian, Adinia Wirasti, Feby Febiola, Ellis Alisha |
Tahun | : 2015 |
Durasi | : 115 menit |
Monty Tiwa, Robert Ronny dan terlebih Ody C Harahap tahu betul bahwa apapun kualitas naskah, ia akan menghasilkan karya yang baik jika dieksekusi baik oleh pemeran utamanya. Sehingga pemeran utama harus punya kekuatan dan chemistry.
Bergenre sama dengan kebanyakan yang diangkat sineas Indonesia, Kapan Kawin? tetap punya perbedaan. Konflik yang diangkat memanglah sebuah konflik sederhana. Namun ia tak semerta-merta menjadikan film ini biasa saja. Melainkan jadi prestasi penggarapnya, tak semua sineas mampu menangkap fenomena biasa dalam kehidupan menjadi sebuah karya yang maknawi.
Kejelian mereka membaca fenomena patut diacungi jempol. Sekaligus dapat membuka mata bahwa konflik sederhana bukan tak bisa menjadi karya berkualitas jika dikemas sedemikian rupa dengan kekuatan karakter yang diperankan pemainnya.
Naskah yang ditulis Monty Tiwa, Robert Ronny, dan Ody C Harahap ini bercerita tentang Dinda (Adinia wirasti), seorang wanita karir yang pada hari ulang tahun ke-33 tahun diminta kedua orang tuanya untuk mengakhiri masa lajangnya.
Dinda tinggal terpisah dengan orang tuanya. Ia di Jakarta bekerja sebagai manajer hotel sedangkan orang tuanya di Jogjakarta. Ia merasa tertekan dengan permintaan orang tuanya. Sebab permintaan itu bukan kali pertama. Apalagi ia selalu dibanding-bandingkan dengan kakaknya, Nadia (Febi Febiola). Kakaknya telah menikah dengan laki-laki sukses sesuai kriteria orang tuanya dan telah memiliki anak.
Karena akan merayakan pernikahan, kedua orang tua Dinda pun meminta Dinda pulang dan memperkenalkan calon pasangannya. Atas saran temannya, Eva (Ellis alisha), Dinda yang belum memiliki pasangan menyewa aktor jalanan untuk jadi pacarnya. Dialah Satrio (Reza Rahadian). Walau dalam menjalankan tugasnya Satrio sering bertentangan dengan kemauan Dinda, namun rencana ini tetap berjalan hingga akhirnya Satrio betul-betul tak bisa mengingkari bahwa ia jatuh hati kepada Dinda.
Kredibilitas tiga penulis naskah mungkin bisa memberi gambaran seperti apa jadinya film ini. Walau tak begitu mengesankan dengan judulnya, namun Kapan Kawin? bukan film yang sekadar berisi lucu-lucuan dalam hubungan percintaan. Sebab memilih Adinia Wirasti, yang akrab dipanggil Asti, dan Reza Rahadian telah menjadikan film ini begitu berisi. Keduanya sama-sama peraih Piala Citra untuk pemeran utama terbaik di Festival Film Indonesia 2013.
Dalam menjalin cerita utama, plot cerita ini dibalut dengan berbagai konflik. Sebab inilah cerita utama seperti tertutupi, walau kadarnya sedikit. Mulai dari sentilan terhadap dunia seni peran negeri ini, gambaran hubungan anggota keluarga, perlakuan orang tua yang berimbas kepada bagaimana anak mengambil keputusan dalam hidup, hingga masalah kekerasan dalam rumah tangga yang datang tiba-tiba di bagian akhir cerita.
Sehingga, dalam membangun cerita utama terkesan cerita melebar dari awal hingga tengah menuju akhir film. Di dua per tiga durasi film, ritme film begitu lambat. Penonton hanya disajikan dengan lucu-lucuan bagaimana Dinda menawar Satrio jadi pacarnya, bagaimana drama komikal orang tua Dinda memintanya pulang untuk mengenalkan pacarnya, hingga pertengkaran-pertengkaran Satrio dan Dinda selama masa penyamaran Satrio.
Dengan penyajian yang demikian, konflik cerita begitu lama muncul sedangkan cerita telah melebar. Sehingga, untuk menyelesaikan cerita setelah konflik terjadi harus dengan ritme cepat. Ritme cepat ini terasa ketika di akhir, Reza menyanyi dan mengutarakan perasaannya kepada Dinda. Di sini, penonton tak diberi jeda untuk merasakan feel-nya, pun karakter lain tak diberi ruang untuk bereaksi wajar terhadap keadaan itu.
Atau, ketika tiba-tiba ada KDRT dalam keluarga Nadia. Konflik ini sebelumnya tak dibangun sempurna, ia muncul tiba-tiba tanpa peringatan. Pun, setelahnya tak ada penyelesaian.
Walau demikian, selama menjalin cerita, Ody sangat terbantu dengan Asti dan Reza. Keduanya punya kekuatan menutupi kekurangan-kekurangan tersebut. Mereka tetap bisa menggulirkan komedi dari awal hingga akhir. Mereka punya chemistry. Hingga film yang juga punya persentasi romantis ini pun dapat menyampaikan sisi romannya di akhir.
Reza dan Asti tetap punya acting yang kuat seperti sebelumnya. Reza pernah berperan antagonis dalam film Habibie dan Ainun dan Tenggalamnya Kapal Van Der Wijck. Reza lagi-lagi membuktikan dirinya yang bisa berperan apa saja, kini menjadi karakter komikal. Dan ia sukses memerankannya. Reza mampu menjadikan sentilan terhadap seni peran tadi tersampaikan dengan baik dan menyatu dengan plot cerita.
Sedangkan Asti, dari awal hingga akhir beradegan tak kalah menakjubkan. Ia lekat dengan karakternya. Berperan sebagai wanita karir, yang tak kental dengan sisi komikal. Ia dapat menyeimbangi Reza yang kuat dengan karakter komikal. Ia tak dapatkan dipisahkan dengan sisi komikal yang dihadirkan Reza. Asti membantu dalam hal ini. Karena Reza dan Astilah akhirnya kita memaafkan dan lupa dengan kekuarangan-kekurangan film ini.