Oleh: Khairiah Mulia Rahma
Siapa yang tidak kenal Facebook sekarang ini. Facebook merupakan situs jejaring sosial yang laris manis dan banyak diminati pengguna internet, termasuk kalangan mahasiswa. Mungkin hanya segelintir mahasiswa yang tidak memiliki akun di facebook. Selebihnya pasti punya dan rutin meng-update facebook-nya. Memiliki akun di facebook seakan wajib bagi sebagian besar mahasiswa.
Facebook bukan hanya lahan yang dapat digunakan untuk mencari teman dan saling berbagi informasi di dunia maya. Facebook juga dapat berfungsi sebagai lahan promosi atau iklan dan sarana hiburan. Namun ternyata banyak orang yang menggunakan facebook untuk hal-hal bersifat negatif dan merugikan orang lain. Tak jarang kita mendengar keluhan dari teman atau orang disekitar kita yang merasa dirugikan akibat facebook ini. Salah satunya adalah ‘impersonation’.
Impersonation merupakan informasi-informasi yang salah atau palsu mengenai seorang atau sekelompok individu yang tersebar secara bebas di dunia maya. Biasanya korban impersonation tidak mengetahui bagaimana informasi yang salah tentang mereka tersebar dan tidak dapat ditarik kembali.
Sebagai pengguna facebook, kita sebaiknya lebih berhati-hati terhadap hal-hal buruk yang mungkin menimpa kita berkaitan dengan facebook. Bahayafacebook tidak hanya datang dari orang luar, facebook juga ternyata dapat mengakibatkan kecanduan. Seorang Psikolog bernama Dr. Michael Fenichel telah menemukan suatu kecanduan baru yang disebut dengan Facebook Addiction Disorder (FAD). FAD dideskripsikan sebagai situasi dimana penggunaan facebook dapat melupakan aktivitas sehari-hari yang seharusnya mereka kerjakan, seperti bangun pagi, makan, mengenakan pakaian dan lain-lain. Penelitian mengenai FAD sudah banyak dilakukan. Dan hasilnya memang membuktikan bahwa facebook memang dapat menyebabkan kecanduan dan masalah dalam lingkungan sosial bagi para penggunanya.
Memang tidak semua pengguna facebook rutin dapat dikatakan mengidap FAD. Seseorang dapat dikategorikan sebagai FAD jika memenuhi kriteria, diantaranya yaitu: membutuhkan banyak waktu yang terus meningkat tiap harinya untuk mengakses facebook, pengurangan penggunaan facebookyang menyebabkan timbulnya kecemasan, semakin berkurangnnya interaksi dengan orang lain selain di facebook, waktu tidur berkurang, serta mengabaikan pekerjaan dan pelajaran demi facebook. Seseorang sudah dapat dikatakan menderita FAD jika memenuhi nimimal 3 kriteria dari yang telah disebutkan di atas.
Saat ini FAD atau kecanduan facebook memang belum masuk ke dalam diagnosa medis, seperti yang dikatakan Elizabeth Cohen, koresponden medis CNN. Namun, beberapa terapis psikologi di US menemukan bahwa pengguna internet yang mengalami FAD akan memiliki disfungsi sosial yang berlebih. Hal ini seperti yang diklaim Facebook bahwa sebanyak 6 miliar menit telah dihabiskan untuk Facebook per harinya, di seluruh dunia.
Seseorang yang sudah menderita FAD tidak akan mempedulikan hal lain selain facebook-nya. Hal ini tentu sangat berpengaruh pada setiap aspek kehidupan dan tak jarang dapat merusak aspek kehidupannya tersebut, terutama dalam pergaulan sosial. Fungsi sosialnya secara otomatis akan berubah. Penderita FAD akan menganggap interaksi sosial secara langsung tidaklah meyenangkan dan tidak penting. Sensasi yang lebih akan mereka dapat jika berinteraksi lewat facebook.
Bagi mahasiswa yang menderita FAD, sudah pasti kuliahnya akan berantakan karena ia tidak dapat melakukan hal lain dengan sepenuh hati tanpa menghubungkannya dengan facebook. Dunia nyata seakan menjadi maya baginya dan dunia maya akan menjadi prioritasnya. Pikirannya akan dipenuhi dengan facebook jika ia sedang offline dan ia akan merasa sempurna jika sedang online. Dan tak jarang ia online walaupun sedang dalam rutinitas kuliah atau pekerjaan. Online seakan menjadi kebutuhan primer bagi penderita FAD dan mengalahkan hal-hal lain yang menjadi kebutuhan primer sebenarnya.
Apakah kita akan membiarkan diri kita terjebak dalam Facebook? Pertanyaan tersebut harus kita tanyakan dalam diri kita masing-masing. Sebagai seorang mahasiswa, kita memang harus selalu mengikuti perkembangan zaman dan terknologi yang semakin pesat. Jangan sampai kita dianggap ketinggalan zaman atau gaptek. Ikut dalam jejaring sosial untuk menambah teman dan informasi boleh-boleh saja dilakukan, malah disarankan untuk dilakukan. Namun, bukan berarti kita juga harus membiarkan diri kita terjebak didalamnya.
Jika kita sudah terkena FAD, kontrol kita terhadap diri sendiri akan hilang.Facebook lah yang akan mengatur kehidupan kita. Kita seakan tidak punya kendali terhadap diri sendiri. Kapan kita harus tidur, kapan kita harus makan, dan tak jarang kita melupakannya. Untuk mengatasi hal ini, terdapat beberapa cara yang dapat kita lakukan.
Pertama, kita harus mengakui bahwa kita menderita FAD. Jika kita ingin mengatasi suatu masalah, maka pertama kali kita harus mau mengakui bahwa kita memang memiliki masalah tersebut. Kedua, catat berapa lama waktu yang telah kita habiskan dalam sehari untuk facebook. Dengan mengetahui berapa lama waktunya, kita dapat mengatur berapa lama yang harus kita kurangi. Ketiga, buatlah jadwal kapan kita boleh masuk difacebook dan apa-apa saja yang harus kita selesaikan sebelum kita bolehfacebook-an. Dan yang paling penting, kita harus memiliki komitmen yang kuat untuk melawan kecanduan terhadap facebook. Kita harus memiliki kontrol yang kuat terhadap diri kita sendiri. Kecanduan terhadap facebookhanya akan berpengaruh buruk pada kehidupan penderitanya.
Perkembangan teknologi merupakan ciptaan manusia. Manusialah yang menciptakan setiap teknologi baru untuk mendukung dan mempermudah segala sesuatu dalam kehidupannya. Sesuatu yang merupakan ciptaan manusia tentu dapat dikontrol oleh manusia sendiri. Oleh karena itu, kita memiliki kontrol sepenuhnya terhadap perkembangan tersebut. Jangan sampai kita membiarkan diri kita melakukan hal yang sebaliknya, dikontrol oleh perkembangan teknologi yang kita buat sendiri.
*Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Psikologi USU