Oleh: Ika Putri A Saragih
Judul | : Kukila |
Penulis | : M Aan Mansyur |
Penerbit | : PT Gramedia Pustaka Utama |
Tahun terbit | : 2016 (Cetakan Keempat) |
Jumlah halaman | : 192 hlm |
Harga | : Rp 49.500 |
Kumpulan cerita cinta sederhana. Disampaikan secara singkat namun kaya majas, sudut pandang dan sedikit nakal.
Kukila nyaris dibunuh sepi. Tiada yang menemani kala masa senja menyapanya. Ia dikutuk sebab dosanya di masa muda. Rasa bersalah mengerdilkan dirinya pada sepucuk surat yang ia kirimkan pada tiga buah hatinya. Meski demikian, Kukila tidak pernah menyesal. Ia memahami betul perempuan ditakdirkan menjaga tungku sepi agar tetap menyala.
Pascakepergian Rusdi, Kukila membiarkan dirinya dianiaya keadaan. Mulutnya kelu untuk menjelaskan apa yang ia rasakan pada anak-anaknya. Kukila lantas berandai-andai jika anak-anaknya pernah mendengar sebuah dongeng turun temurun yang diceritakan dari kakeknya. Dongeng pilu tentang kisah cinta segitiga antara Kukila, Pilang, dan Tumbra. Nama Kukila memang diambil dari tokoh perempuan di dongeng itu.
Dalam dongeng itu, Kukila dan Pilang adalah sepasang kekasih. Namun ia harus menikahi seorang anak pemangku adat Tumbra. Akhirnya Kukila menikah dengan janji Pilang tetap jadi kekasihnya. Kukila meminta dibangunkan sebuah rumah panggung dengan dua jendela di sisi kirinya. Jendela belakang bercahaya lebih redup dibanding yang di depan. Di jendela redup itulah setiap malam Kukila dengan rambut terurai memandang ke arah pohon tempat Pilang selalu berada tiap malam. Di jendela depan duduk seorang lelaki yang juga memandang ke arah sama. Sungguh pemandangan aneh. Setiap malam seperti itu hingga larut.
Hingga akhirnya dinding perasaan itu dihancurkan Kukila dengan berlari menuju Pilang di bawah pohon pada suatu malam. Disusul suaminya yang berhambur dalam reuni nestapa itu. Mereka lantas saling mengakui perasaan dan sepakat menggantung diri di cabang pohon setelah saling mencium satu sama lain. Pengakuan cinta yang jujur ini dilalui tanpa sikap saling berselisih. Sayangnya akhir dongeng tanpa perselisihan itu tak terjadi pada kehidupan nyata Kukila meski ramalan kisahnya hampir sama telak. Ia tetap sendiri bersama bayangannya.
Kisah Kukila ini dituliskan cukup rumit oleh Aan melalui surat-surat acak yang ditandai menggunakan nomor. Surat-surat itu berasal dari Kukila, Rusdi, Pilang dan ketiga anaknya Aurora, Nawa dan Janu. Rangkaian surat itu menjalin sebuah cerita yang mengalami kompleksitas dan transendental, sukar ditebak, dalam tiap tulisannya.
Selain itu ada kisah-kisah yang juga benar-benar transedental, seperti Kebun Kelapa di Kepalaku, Setengah Lusin Ciuman Pertama dan Lima Pertanyaan Perihal Bakso. Aan menggoda pembaca dengan membiarkan mereka mengartikan maksud tulisannya dalam ketiga judul di atas.
Cukup sulit menebak alur dan maksud Aan dalam beberapa kisah meski disampaikan secara sederhana. Beberapa kisah malah menyajikan kisah yang pelak menjungkirbalikkan realitas yang biasanya diharapkan masyarakat urban. Dalam kisah rumah tangga, Aan selalu berfokus pada perselingkuhan yang dilakukan suami maupun istri. Ia melukiskannya dengan satir dan gamblang seakan pengkhianatan adalah hal lumrah dalam romansa manusia.
Pemilihan karya M Aan Mansyur merupakan upaya memuaskan rasa penasaran saya terhadap penyair yang namanya sedang mahsyur berkat puisinya dibacakan Rangga dalam film Ada Apa Dengan Cinta 2. Dan ketika selesai membaca buku ini saya tahu mengapa ia menjadi kandidat yang diperhitungkan di dunia kesusastraan Indonesia. Pemilihan idenya liar dan tidak terduga. Kemapanannya merangkai kata menyeret pembaca sampai akhir.
“…di sana-sini muncul jalinan kata-kata bernapaskan puisi yang tidak jarang membuat bahasa ceritanya lebih berbunyi,” demikian dikatakan Joko Pinurbo dalam review-nya atas buku ini.
Buku ini telah mengalami cetak ulang sebanyak empat kali setelah dicetak pada 2012 silam. Di awal buku ini beredar bahkan telah mengalami cetak kedua dua bulan setelah resmi diluncurkan. Sebagai seorang penyair, tentunya Aan menyelipkan rangkaian puisi pada salah satu kisahnya, Sajak buat Istri yang Buta dari Suaminya yang Tuli.
Di kepalamu ada bando berhias bunga, kau merasakannya tetapi mungkin tidak tahu bunga-bunga itu adalah melati putih…
Aku lihat, orang-orang datang dan tersenyum. Mereka berbincang-bincang sambil menyantap makanan. Tapi aku tak mendengarkan apa yang mereka bincangkan. Maukah kau mengatakannya padaku, Sayang?