BOPM Wacana

Barnum Effect di Dunia yang Masih Mendambakan Ramalan

Dark Mode | Moda Gelap
Illustrasi | Verusshka
Illustrasi | Verusshka

“Pantes aja kamu gak bisa diberi tanggung jawab, ternyata zodiaknya gemini toh!”

Apakah kalian pernah bertanya-tanya mengapa ramalan seperti horoskop, tarot, golongan darah sering mendekati kebenaran? Tak jarang, masyarakat sering menganggap bahwa apa yang dituliskan oleh ramalan tersebut mirip dengan karakter diri. Tanpa sadar, sebenarnya masyarakat telah dipermainkan pada sebuah ‘manipulasi’ psikologis yang kita kenal dengan istilah Barnum Effect.

Barnum Effect pertama kali dipopulerkan oleh Paul Meehl pada tahun 1956 dalam esainya, WANTED – A Good Cookbook. Penamaan Barnum Effect bemula dari seorang pemilik sirkus abad ke-19, yaitu P.T. Barnum yang sukses memanfaatkan deskripsi palsu yang ia karang untuk menarik pengunjung. Tokoh tersebut juga berhasil menjadi sosok inspirasi di balik film “The Greatest Showman”.

Mengutip melalui American Psychological Association (APA), Barnum Effect adalah kecenderungan untuk mempercayai prediksi yang tidak jelas (samar) atau deskripsi kepribadian umum tertuju secara khusus untuk diri sendiri.



Mengapa seseorang bisa mudah percaya dengan ramalan?

Walaupun pernyataan ramalan bersifat ambigu, namun seseorang dapat memanfaatkan ramalan sebagai angin segar untuk pemenuhan ego. Ramalan meyakini seseorang dengan memberi gambaran yang seolah tertuju pada individu tersebut secara personal dan tidak akan pernah berlaku untuk orang lain. Padahal, ramalan tersebut bersifat general dan ada kemungkinan dialami oleh orang lain.

Contohnya, zodiak Leo dideskripsikan sebagai sosok yang mudah marah jika tersinggung. Tentu saja sifat ini tidak hanya terkhusus kepada orang dengan zodiak Leo saja, namun secara umum, siapapun yang tersinggung akan mudah marah. Hal ini tentu tidak terlepas dari pengaruh sugesti subjektif.

Selanjutnya, ramalan menggunakan kata yang bersifat umum dan positif tanpa menyesuaian data dan fakta, sebab hal tersebut lebih mudah kita internalisasikan dan terima mentah-mentah. Pernyataan yang bermakna positif turut ‘diamini’, sebab manusia membutuhkan motivasi untuk hal baik. Apabila informasi yang disampaikan bermakna negatif, maka seseorang akan berusaha menepisnya, sebab hal tersebut tidak sesuai dengan intensi saat ia membaca ramalan.

Barnum effect juga berkaitan dengan validasi subjektif, dan kita cenderung melakukan cocoklogi peristiwa acak tersebut dengan aspek kepribadian. Ramalan memberikan kesan seolah diri kita berbeda, unik, dan tidak dapat disamakan dengan orang lain.

Fenomena ini juga membuat pengikutnya merasa memiliki keterikatan saat berhubungan sosial. Pada zaman sekarang, saat kita berinteraksi dengan teman sebaya, pasti kita sering mencocokkan karakter melalui basis kesamaan ramalan, dan seolah-olah kita merasa terhubung dengan mereka.



Lalu, bagaimana cara mencegah kesalahan berpikir dangkal ini?

Kuis tipe kepribadian yang bertebaran online hanya didasari oleh pengalaman pribadi penulis, bermodalkan karangan, dan selebihnya disetujui oleh Barnum Effect ini. Nyatanya, fenomena ini masih didambakan, dan terbukti melalui ramalan tiap hari yang naik di website. Agar kamu tidak terjebak dengan fenomena ini, maka kamu perlu melakukan beberapa hal :

Pertama, mencocokkan ulang dengan data dan realita. Artinya, apapun yang disampaikan melalui ramalan perlu dipertegas dengan eksistensi realita. Kedua, tidak percaya mentah akan sesuatu, coba lihat dari berbagai sisi, serta berpikir rasional. Terakhir, melihat relevansi informasi dengan keadaan pribadi

Bagaimana efek dari Barnum Effect ini?

Efek ini tentu dapat dimanfaatkan untuk menanamkan sugesti baik kepada orang lain, serta meyakini sifat baik yang ada. Di lain sisi, efek ini juga dapat berbahaya apabila seseorang berusaha keras untuk mencocokkan dirinya dengan ramalan yang tertuju padanya, agar terlihat sama dengan yang dideskripsikan, dan tentu akan mempengaruhi psikologisnya.

Pada akhirnya, jangan jadikan ramalan sebagai patokan kepribadian, sebab manusia memiliki kebebasan dan keunikan tersendiri, tanpa perlu diklasifikasikan atau dikaitkan atas sesuatu. Apabila kita sudah mengetahui masa depan, bukankah hal tersebut menjadi tidak berkesan lagi?

Komentar Facebook Anda

Veruszhka

Penulis adalah Mahasiswa Psikologi USU Stambuk 2021. Saat ini Veruszhka menjabat sebagai Staff Multimedia BOPM Wacana.

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4