Oleh Yanti Nuraya Situmorang
Judul: Selamat Datang Cinta
Penulis: Odet Rahmawati
Penerbit: Gagasmedia
Tahun: 2013
Jumlah Halaman: 223
Sebuah cerita tentang kehilangan berentet.
Kisah ini bermula dari seorang gadis bernama Alona. Sejak ditinggal kedua orang tuanya, dia hidup sendiri dan menghidupi dirinya sendiri. Kerja keras Alona sebagai desainer butik terbayarkan. Sekarang Alona mempunyai sebuah toko butik lumayan besar, hingga pendapatannya dapat mencukupi hidupnya.
Dalam sebuah kehidupan pasti ada kisah percintaan. Alona bertemu dengan seorang desainer undangan bernama Galih Fauzan. Galih adalah sosok pria yang diidamkannya. Laki-laki kekar, punya semangat tinggi dan sangat menyayangi Alona. Alona merasa mempunyai sebuah keluarga dengan kehadiran Galih di kehidupannya. Semua kegiatannya dilakukan bersama Galih, hingga membantu Alona untuk mendesain baju untuk butik-butik Alona.
Cerita ini dibubuhi dengan beberapa masalah ketika Galih tiba-tiba meninggalkan Alona tanpa alasan yang jelas. Dalam situasi ini Alona merasa terpuruk, hingga dia bertemu lagi dengan sahabat lamanya dari Jakarta yaitu Bastian Anggara yang lari dari rumah dan mengasingkan diri ke Yogyakarta. Bastian adalah sahabat Alona sejak kecil.
Bastian kabur dari rumah karena tahu bahwa dia bukan anak kandung orang tuanya. Ia tidak suka cara ayahnya yang memperlakukan dan membandingkan Bastian dengan kakaknya, Reyno. Ayahnya menyuruh Bastian menjadi seorang pengusaha , namun itu bukan keinginan Bastian. Dia ingin jadi seorang pemain band.
Setelah tiga tahun berlalu. Saat Alona ingin melupakan Galih. Tiba-tiba Galih mengirimkan surat permintaan maaf karena meninggalkan Alona begitu saja. Dalam suratnya, Galih menjelaskan alasannya tiba-tiba menghilang. Bukan karena Larissa, orang ketiga di antara Galih dan Alona yang menjadi pengakhir hubungan mereka tapi karena Galih pulang ke rumah ayahnya di Jakarta. Dia harus mengurus bisnis ayahnya, karena belakangan ini kondisi ayahnya kurang baik dan bisnisnya hampir bangkrut karena ayah Galih tertipu. Hal itu membuat Galih mau tak mau harus menetap di Jakarta dan tidak dapat bertemu lagi dengan Alona.
Disisi lain, Bastian masih keras kepala, dia tidak mau kembali ke Jakarta. Dia bersembunyi menghilangkan jejaknya dari orang tua angkatnya dan tinggal di rumah Alona . Alona dapat mengerti keadaan Bastian. Tapi diam-diam Alona memberitahukan kepada ibu Bastian tentang keberadaan anak angkatnya. Ayah dan ibu Bastian datang tanpa sepengetahuan bastian untuk melihat keadaannya.
Bastian pun bertemu kedua orang tuanya di rumah Alona. Saat itu, yang tak terpikirkan oleh Bastian adalah sikap ayahnya yang sangat berbeda. Dimulai dari caranya menyapa Bastian dan mengajak Bastian untuk kembali ke rumahnya di Jakarta.
Dengan arahan dari Alona, Bastian pun mengerti alasan ayahnya bersikap keras kepadanya. Tujuannya adalah untuk mempertahankan kehidupan untuk masa depan seperti yang dilakukan Alona.
Tanpa disadari, Alona dan bastian merasakan satu hal yang sama. Ada rasa berbeda ketika mereka saling berpandangan. Bastian sudah merasakan hal ini sejak lama. Sejak Alona masih bersama Galih. Hanya saja, Alona tak jeli dengan perasaan Bastian.
Dan akhirnya Bastian berubah pikiran. Dia bertekat untuk melanjutkan bisnis ayahnya dan melanjutkan kuliah di Jakarta. Tentu saja berkat Alona, perempuan yang sangat dicintainya. Tak lama, Bastian pun menyatakan perasaanya kepada Alona.
“Kehilangan… membuatku menjadi jauh lebih kuat. Bukan terpuruk atas kehilangan Galih. Membuatku menyadari satu hal. Bahkan ternyata , orang yang menyayangi aku begitu dekat dengan diriku sendiri. Orang yang kubutuhkan tidak pernah jauh dari diriku sendiri,” ucap Alona
Layaknya novel lain yang bertema cinta, akhir cerita buku ini sudah dapat ditebak. Karena kebanyakan buku novel bertema percintaan. Bahkan pokok masalah dan latar belakang ceritanya hampir sama. Alur cerita yang terkesan datar menyebabkan pembaca kurang menikmati klimaks dari cerita tersebut. Selain itu, kisahnya hanya terfokus pada tokoh utamanya, kurang memadukan kurang tokoh-tokoh lainnya. Konflik yang dipaparkan dalam buku ini hilang-hilang begitu saja. Tidak ada konflik yang diselesaikan sampai ada ujung ceritanya.
Namun, Odet cukup bijak dalam mendeskripsikan suatu keadaan. Odet sukses membuat pembaca berimajinasi sendiri terhadap keadaan yang dipaparkan.