BOPM Wacana

Pergeseran Makna Aesthetic

Dark Mode | Moda Gelap
Ilustrasi: Aulia Sabrini Saragih

 

Wah catatannya aesthetic banget; warna-warna pastel itu aesthetic loh; muka mbaknya aesthetic kali gak kuat; nanti pilih template PPT yang aesthetic ya!

Sepertinya orang-orang sangat sering melontarkan kata aesthetic sampai-sampai template PPT untuk presentasi di depan dosen pun harus memakai yang katanya ‘aesthetic’. Memuji rupa seseorang pun bukan cantik atau ganteng lagi sebutannya, tetapi aesthetic. Bahkan foto ngeblur yang hanya menampilkan gambar kurang jelas pun dibilang aesthetic.

Semua-semua harus aesthetic. Memangnya benar begitu ya, aesthetic itu?

Aesthetic pada awalnya digunakan dalam bentuk kata benda dan kata sifat bila dikutip melalui Kamus Oxford. Aesthetic ketika mengacu dalam kata sifat mengartikan suatu hal yang berkaitan dengan hal yang indah atau bentuk apresiasi terhadap suatu keindahan. Dan Aesthetic bila mengacu dalam kata kerja adalah kata yang mendasari seorang seniman untuk membuat suatu karya seni.

Melihat dari kutipan tersebut, aesthetic sangat erat hubungannya dengan seni dan merupakan kata yang seharusnya familiar di kalangan seniman, bukan di masyarakat awam. Namun, mengapa saat ini kata aesthetic menjadi kata yang terkesan gampangan? Berbagai jenis lapisan orang dapat mengucapkannya secara gamblang.

Dr. Priscilla T. Cruz seorang pakar linguistik menyatakan fenomena pergeseran makna aesthetic yang pada awalnya digunakan sebagai kata sifat dan kata benda hingga akhirnya berubah menjadi kata yang mendefinisikan gaya dan penampilan seseorang. Hal tersebut tidak terjadi dalam waktu semalam melainkan terjadi dalam beberapa generasi.



Cruz juga menyebutkan media sosial memiliki pengaruh besar dalam pergeseran ini, dan Generasi Z merupakan generasi yang paling banyak menggunakan sosial media. Bisa dilihat berdasarkan statistik usia pengguna media sosial di Indonesia dari riset yang dilakukan yang dilakukan oleh Statista. Jumlah pengguna media sosial di pimpin oleh Generasi Z, dimana mereka merupakan generasi yang lahir di rentang tahun 1996-2015.

Menurut Cruz, Generasi Z adalah generasi yang sangat berkeinginan untuk mengukir identitas yang setara dengan semua orang. Pada kasus ini mereka sangat ingin disamakan dengan orang-orang seni dan sangat ingin dicap untuk memiliki sense of art yang baik.

Cruz juga mengatakan awalnya penilaian aesthetic ini ditentukan oleh seorang kritikus seni terhadap seorang seniman. Namun bila dibandingkan dengan saat ini, mudah sekali semua orang melabeli sesuatu dengan kata aesthetic.

Pergeseran makna ini tentunya sangat merugikan bagi para pembuat seni karena kata aesthetic di dalam lingkungan seniman adalah bentuk apresiasi besar-besaran terhadap suatu karya yang diberikan oleh kritikus seni. Namun, pada saat ini orang dengan mudah mengucapkannya kepada orang yang hanya memiliki selera, sikap, dan penampilan yang bagus.

“Bagaimana bisa sebuah barang yang memiliki warna pastel disebut aesthetic?,” begitulah yang saya rasa orang-orang seni pikirkan saat ini terhadap pergeseran makna aesthetic sejauh lebih dari 90 derajat ini.

Gamboa yang merupakan seorang desainer grafis, dikutip melalui wawancara yang dilakukannya dengan Colzette menyatakan betapa Ia sangat miris dan merasa rapuh ketika orang-orang menggunakan kata aesthetic yang bukan pada tempatnya.

Rasa eklusif kata aesthetic harus dikembalikan pada keadaan semula, biarkan mereka yang pantas dan mengerti penggunaan kata ini yang memakainya. Saya tidak mempermasalahkan apabila kata-kata ini menjadi familiar, tetapi yang saya sayangkan kata ini mengalami pergeseran makna secara besar-besaran dan tidak digunakan pada tempatnya.

Aesthetic merupakan kata yang sangat ekslusif dan sangat disayangkan menjadi bentuk apresiasi terhadap penampilan visual yang dangkal seperti dilakukan oleh orang-orang saat ini. Kita masih memiliki banyak padanan kata untuk mengapesiasi suatu hal atau—jika mau terlihat keren—ada banyak padanan kata asing lainnya yang bisa digunakan untuk mengapresiasi. Contohnya kamu bisa menggunakan lit, gorgeous, comely untuk memuji suatu hal yang indah, bagus, atau mengesankan.

Berhenti menggunakan kata aesthetic untuk mengapresiasi suatu hal yang tidak sekelas dengan mahakarya. Kecuali, kamu seorang kritikus seni.

Komentar Facebook Anda

Aulia Sabrini Saragih

Penulis adalah Mahasiswa Kimia FMIPA USU Stambuk 2020. Saat ini Aulia menjabat sebagai Pemimpin Redaksi BOPM Wacana.

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4

AYO DUKUNG BOPM WACANA!

 

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan media yang dikelola secara mandiri oleh mahasiswa USU.
Mari dukung independensi Pers Mahasiswa dengan berdonasi melalui cara pindai/tekan kode QR di atas!

*Mulai dengan minimal Rp10 ribu, Kamu telah berkontribusi pada gerakan kemandirian Pers Mahasiswa.

*Sekilas tentang BOPM Wacana dapat Kamu lihat pada laman "Tentang Kami" di situs ini.

*Seluruh donasi akan dimanfaatkan guna menunjang kerja-kerja jurnalisme publik BOPM Wacana.

#PersMahasiswaBukanHumasKampus