Oleh: Aulia Adam
Dahulu kala, kata ibuku, miliaran tahun sebelum manusia ada, bahkan jutaan tahun sebelum dinosaurus pertama lahir di dunia, dan sekitar dua ribu tahun sebelum jagat raya ini terbentuk, Tuhan lebih dulu menciptakan sesosok makhluk yang kini masih ada, tapi tak lagi bisa kaulihat bentuknya.
Kala itu, malaikat dan iblis masih hidup di surga bersama-sama. Tapi makhluk ini diasingkan Tuhan dari tanah surga. Ia tak mau malaikat dan iblis menganggu makhluk-makhluk yang ia beri nama Bath ini.
Sebabnya sederhana. Makhluk ini sangat rapuh. Mereka diciptakan dari zat ringan semacam asap bernama Bath. Zat ini hanya bisa kautemukan di atas sebuah sungai cahaya di tanah surga tingkat empat. Mereka sengaja diciptakan Tuhan untuk mengisi sebuah bejana bernama Dunja. Bejana ini letaknya sangat jauh dari surga, kira-kira delapan ratus triliun kali kau mengelilingi setiap inci Bumi.
Kelak, bejana bernama Dunja ini yang akan jadi cikal-bakal jagat raya yang sekarang kautinggali.
Di Dunja, Bath pertama diciptakan Tuhan. Bentuknya seperti ameba yang kaukenal sekarang, namun tidak hijau dan tidak sekecil itu. Ia menggeliat-liat di udara Dunja. Lebih tepatnya melayang. Bath tak punya mata, telinga, atau organ lainnya seperti yang kau dan makhluk lain miliki. Ukuran Bath hanya sebesar jantungmu. Sementara besar Dunja hanya sebesar kepala Spinx di Mesir.
Meskipun kecil, ternyata Dunja terasa sangat luas bagi Bath pertama. Sehingga ia berdialog dengan Tuhan. Jangan tanya bagaimana, karena Tuhan punya cara-cara berdialog yang otak manusia tak bisa jangkau caranya. Jadi, percaya sajalah.
Bath pertama cerita pada Tuhan, bahwa ia merasa benar-benar kesepian hidup sendiri di Bejana Dunja. Kerjanya hanya makan dan melayang seharian di Dunja, sendirian.
Ah ya, aku lupa bilang, kalau Bath bisa makan meski ia tak punya mulut. Tentu kau sudah tahu, meskipun aku belum bilang, kan?
Seperti malaikat yang membutuhkan asupan cahaya setiap hari, serta kasih Tuhan yang jadi makanan utamanya tiap hari, atau iblis yang membutuhkan amarah, dengki, dan kebencian sebagai santapannya, Bath juga butuh makan.
Dan semua makanan malaikat-iblis adalah makanan Bath.
Sebenarnya, kesepian yang dirasakan Bath pertama adalah hasil dari makanannya. Semua yang ia makan menjalari tubuhnya dan berubah jadi bermacam keinginan. Hal inilah yang kemudian, saat manusia sudah menemukan bahasa, disebut sebagai hasrat. Sesuatu yang kelak akan sangat dielu-elukan manusia, sesuatu yang akhirnya dikejar semua manusia untuk diwujudkan. Karena hasrat adalah apa yang dikejar manusia seumur hidupnya.
Malaikat dan iblis tentu saja tak memiliki hasrat, sebab yang ia makan tidak sebanyak yang Bath makan.
Sehingga malaikat dan iblis memang tak banyak minta pada Tuhan. Seperti Bath pertama yang akhirnya meminta satu lagi Bath diciptakan Tuhan untuk menemaninya di Bejana Dunja.
Tuhan yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang tentu saja mengabulkan permohonan Bath pertama.
Namun, karena sudah ada dua Bath di dalam Bejana Dunja, maka Tuhan memberikan mereka nama. Supaya masing-masing Bath punya identitas. Bath pertama diberi nama Jiwa. Sedangkan Bath kedua diberi nama Roh. Pemberian nama ini ternyata asal mula terjadinya perdebatan tentang pembeda-bedaan di dunia kita sekarang. Inilah cikal-bakal dari kata rasis, nantinya.
Berjuta-juta tahun berlalu. Kehadiran Roh ternyata membuat Jiwa begitu gembira. Hidupnya di Bejana Dunja jadi lebih bersemangat. Roh juga merasakan hal yang sama atas eksistensi Jiwa. Kedekatan keduanya kemudian menimbulkan elemen baru yang kelak dikenal sebagai cinta. Cinta inilah yang kemudian merubah warna kedua Bath ini menjadi lebih terang. Kalau sebelumnya mereka lebih terlihat seperti asap, karena cinta, tubuh mereka lebih mengilat sekaligus lebih transparan. Mirip-mirip cahaya.
Karena cinta pula, Jiwa dan Roh akhirnya beranak-pinak.
Dalam berjuta-juta tahun itu, Bejana Dunja jadi sempit karena kelahiran ribuan Bath lainnya. Tubuh Bath yang terjebak dalam keabadian menjadi alasan penuhnya Bejana Dunja.
Akibat penuhnya Bejana Dunja ini, Jiwa akhirnya kembali mohon kepada Tuhan untuk membinasakan Bath-Bath lainnya. Ia minta Tuhan untuk membuat Bejana Dunja kembali kosong, seperti sedia kala, saat ia hanya hidup berdua dengan Roh.
Permohonan ini diketahui oleh Bath lainnya, termasuk Roh. Meski sangat mencintai Jiwa, tapi Roh tak ingin kehilangan anak-cucunya. Untuk dua ribu tahun selama permohonan Jiwa belum dikabulkan Tuhan, Bejana Dunja jadi tempat paling rusuh. Semua Bath yang memakan kebencian, amarah, dan makanan iblis lebih banyak ketimbang makanan malaikat, mengamuk dahsyat. Akibat kerusuhan ini, di suatu ketika Bejana Dunja pecah.
Ia berantakan jadi sebuah keadaan hampa berwarna hitam. Keadaan ini yang kemudian kita kenal sebagai jagat raya. Tapi waktu pertama kali ada, jagat raya masih kosong tanpa bintang ataupun planet. Yang ada hanya Bath-Bath yang tersesat. Termasuk Jiwa dan Roh.
Selama ribuan tahun, mereka terpisah. Di jagat raya yang begitu luas, kemungkinan satu Bath bertemu dengan Bath lainnya hanya satu berbanding satu juta cahaya. Sehingga Jiwa kembali merasa sepi. Dan ia akhirnya kembali memohon pada Tuhan, kali ini ia tak lupa menambahkan kata “segera” dalam dialognya pada Tuhan. Ia ingin sesegera mungkin dipertemukan kembali dengan Roh.
Sambil menunggu permintaannya dikabulkan, Jiwa mulai mendengar tentang keberadaan surga. Selama ini Jiwa pikir, hanya Bath-lah makhluk yang diciptakan Tuhan. Sambil menunggu bertemu dengan Roh, Jiwa melayang-layang menjauhi jagat raya dan mencari keberadaan surga.
Saat ia tiba di surga, saat itulah permintaan itu dikabulkan Tuhan. Jiwa kembali bertemu dengan Roh. Mereka berdua adalah Bath pertama yang akhirnya bisa sampai ke surga.
Di surga, Jiwa memang tak lagi sendiri. Ada banyak sekali malaikat yang cantik-cantik, juga iblis-iblis buruk rupa yang menyeimbangkan luasnya tanah surga. Tapi Jiwa cemburu. Malaikat dan iblis punya bentuk tubuh yang lebih lengkap daripada ia yang hanya terlihat seperti asap. Oleh karenanya, Jiwa meminta Tuhan menciptakan makhluk yang lebih sempurna bentuknya daripada malaikat dan iblis. Kali ini, Tuhan tak lama-lama mengabulkan permintaan Jiwa. Sebab di saat bersamaan, Tuhan sedang mempersiapkan Bumi, tempat tinggal baru untuk Jiwa dan Roh, makhluk kesayangannya.
Bentuk Bumi yang tak terlalu jauh berbeda dengan surga, memang akan jadi tantangan berat bagi bentuk tubuh Jiwa dan Roh. Sehingga Jiwa dan Roh ditiupkan ke sebuah tubuh yang kemudian dipanggil Adam.
Dalam tubuh itu, Jiwa dan Roh hidup saling melengkapi. Tapi bentuk baru tubuh mereka tak bisa lagi hanya memakan apa yang biasanya mereka makan. Kini, daging dan darah di tubuh itu perlu air dan daging buah serta daging hewan untuk tetap bisa bertahan. Tapi tubuh Adam, yang sebenarnya adalah Bath tetap membutuhkan asupan harapan, kebencian, amarah, kasih, cahaya serta kegelapan untuk tetap hidup.
Itulah mengapa manusia, butuh mengisi batin—nama lain Bath di masa kini—mereka. Sebab kebutuhan asli manusia adalah apa yang dibutuhkan batinnya. Di sanalah letak asal-mula segalanya yang ada di dunia ini. Bumi hanya menyediakan apa yang batin manusia minta.
“Alia!” ibu berteriak dari lantai bawah memanggilku.
“Ya, Bu?”
“Sudahkah kau memberi makan batinmu, Alia?”