Oleh Renti Rosmalis
BOPM WACANA — Pers dikuasai oleh pemodal-pemodal kuat hingga merusak independensi pers itu sendiri. Ini terlihat jumlah pers yang independen di Indonesia dari hari ke hari semakin berkurang. Media massa sudah banyak dikuasai oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan politik dan menjadikan pers sebagai alat pencitraan. Hal ini disampaikan oleh Sofyan Tan, seorang politikus dalam acara Gebyar Jurnalistik Pers Mahasiswa Kreatif Unimed, Selasa (07/05).
Masih kata Sofyan, media yang dikuasai oleh orang yang memiliki kepentingan politik memengaruhi isi berita yang disajikan suatu media. Isi pemberitaan cenderung hanya mengangkat sisi baik, atau mengangkat citra seorang tokoh atau kelompok yang menguasai media tersebut. Hal ini bisa kita jumpai dalam perhelatan pemilihan kepala daerah atau negara selalu berhubungan dengan pers. Pers dijadikan alat untuk mengangkat citra dan kampanye calon-calon kepala daerah.
Aulia Andri, Dosen Unimed yang juga sebagi pembicara dalam Gebyar Jurnalistik ini mengungkapkan, sebuah media tak harus netral. Sebuah media harus independen dan berpihak pada kebenaran, bukan pada pemilik media. Menurutnya media pers yang ada sekarang bukan idealis murni, yang ada idealis kharismatik. Yaitu idealis hanya untuk menjadi beda dari media-media lainnya. “ sekarang media sudah menjadi industri kapitalis yang menggiurkan,” pungkas Aulia.
Lutfiana Damayanti, Mahasiswa Universitas Sriwijaya yang juga merupakan peserta Gebyar Jurnalistik Unimed berpendapat, intervensi pemilik media bukan lagi rahasia umum, semua terlihat jelas di media-media Indonesia. “Media sudah dibaluti oleh kepentingan politik,” kata Lutfi.