Oleh: Lazuardi Pratama
Judul | : Aksara Amananunna |
Penulis | : Rio Johan |
Penerbit | : Kepustakaan Populer Gramedia |
Tahun terbit | : 2014 |
Jumlah halaman | : VII + 240 halaman |
Rio Johan memasukkan cukup banyak unsur gender dan seks; enam dari total dua belas cerpen. Beberapa di antaranya jadi blunder, sedangkan sisanya penuh dengan ide liar tapi menarik.
Cerpen berjudul Komunitas, Kevalier D’Orange, Ginekopolis, Riwayat Benjamin, Robbie Jobbie, dan Susanna, Susanna! ialah keenamnya. Kevalier D’Orange dan Ginekopolis cukup sampai di gender, sementara empat sisanya erotika.
Separuh dari total judul cerpen dalam kumpulan cerpen ini memiliki persamaan yang seragam. Ini menjadi poin penting bagi pembaca untuk setidaknya mengambil kilasan sekejap soal buku ini. Seks mau tidak mau, menjadi tema penting yang Rio Johan tawarkan. Walaupun, Rio Johan mengaku cerpen Komunitas dan Robbie Jobbie, yang mirip tapi beda ini, mengurangi kepercayaandirinya. “Kalau gak mau dibilang mengecewakan (tapi editorku suka),” jawabnya lewat media sosial ask.fm.
Komunitas berkisah soal tokoh Aku yang terjebak dalam pekerjaan mencekam dunia metropolitan. Pekerjaan itu menawarkannya kenikmatan duniawi, sebagai gantinya, moral harus disimpan rapat-rapat dalam lemari selama-lamanya. Pekerjaannya sederhana, si Aku bekerja sebagai ‘pelacur’. Tapi bukan yang konvensional, tapi menyiksa orang-orang sadomasokis (menikmati seks dengan brutal).
Si Aku dihadapkan pada pilihan moral. Tapi Rio Johan tak ingin sandiwara itu. Si Aku menikmati setiap fasilitas yang ditawarkan agensi yang menaungi—atau menjebak—nya. Sebab sebelumnya Si Aku katanya tak punya pilihan setelah putus asa ditolak agensi model lain. Di agensinya sekarang ini, Si Aku berontak. Ia kabur. Tapi semua itu hanya sementara. Pembaca dan Si Aku dihadapkan pada nasib yang muram.
Sedangkan Robbie Jobbie, tak jauh beda. Keduanya sama-sama BDSM (aktivitas seksual dengan peran; melibatkan unsur sadis, sadomasokis dengan peran majikan-budak). Namun cerpen yang terinspirasi dari forum BDSM di internet ini mengambil sisi gulat homoerotik, gulat yang dilakukan lelaki, khusus untuk dipertontonkan. Tokoh utama dalam kedua cerpen ini juga bernasib sama: sama-sama dihadapkan pada jebakan kontrak pekerjaan, pilihan mengesampingkan moral, dan tekanan ekonomi.
Kedua cerpen lain, Riwayat Benjamin dan Susanna, Susanna! juga kurang lebih berkisar pada kelainan seks. Sementara itu, Kevalier D’Orange dan Ginekopolis (dan juga Susanna, Susanna!) lebih kepada konflik besar dari adanya penyimpangan jenis kelamin.
Rio tak malu-malu dalam sebagian besar erotikanya. Aktivitas seksual—yang hampir semuanya kelainan—dijelaskan cepat dan ringkas. Rio, dalam narasinya bukan ingin memancing kebutuhan biologis pembaca, namun membuatnya seterbuka mungkin; seperti ingin memberi tahu. Pada cerpen Susanna, Susanna!, ia menjelaskan tokoh utama—perempuan—yang berhubungan seksual dengan tokoh lain yang juga perempuan menggunakan alat kelamin artifisial dari babi jantan.
Narasi yang sedikit lebih lunak terdapat dalam Komunitas dan Riwayat Benjamin. Rio lebih berhati-hati pada kesempatan itu. Sebab mudah disadari, kedua cerpen ini unggul dari kualitas fokus cerita ketimbang Robbie Jobbie dan Susanna, Sussana!. Walaupun dengan berat hati untuk dikatakan, Susanna, Susanna!, cerpen sepanjang 72 halaman ini jadi berkurang ‘derajat’-nya sebab narasi-narasi aktivitas seksualnya repetitif dan berlebihan. Padahal Rio mengakui cerpen inilah yang membutuhkan riset paling mendalam dibanding cerpen lainnya.
Sebenarnya tak hanya melulu erotika saja yang ditampilkan Rio. Sisa judul cerpen yang belum disebutkan tadi memiliki nilai erotika yang minimal. Tapi tetap saja, cerpen-cerpen tersebut juga berangkat dari ide liar dan kadang sinting.
Aksara Amanannunna, cerpen yang jadi judul kumpulan cerpen ini berkisah tentang Amananunna yang terasing akibat tak mampu hidup dengan bahasa masyarakat ketika itu. Lelah karena tak mampu jua, ia akhirnya memutuskan untuk menciptakan bahasa sendiri. Siapa mengira lukisan di dinding gua zaman purba adalah salah satu dari bahasa-bahasa yang gugur? Lalu juga cerpen Ketika Mubi Bermimpi Menjadi Tuhan yang Melayang di Angkasa, Undang-undang Antibunuhdiri, Pisang Tidak Tumbuh di Atas Salju, Tidak Ada Air untuk Mikhail, dan “Apa Iya Hitler Kongkalikong dengan Alien?”. Semua sama-sama dibangun atas ide yang sulit dipikirkan.