BOPM Wacana

Sebuah Salam Rindu dari Karo

Dark Mode | Moda Gelap
Sumber Istimewa

 

 

Judul Jandi La Surong
Sutradara Ori Semloko
Pemeran Femila Sinukaba, Arjuna Ginting
Rilis 23 Februari
Genre Romance

 

Penampilan cerita roman berlatarkan adat, dikemas dengan kemalu-maluan. Membuat penonton film ini bersuit merasakan cinta.

Jandi La Surong, sebuah film lokal berbahasa Karo garapan Ori Semloko disuguhkan dengan adat Karo yang sarat. Film ini diangkat dari novel Karya M. Tempel Tarigan. Mengisahkan pemuda Karo bernama Tempel (Arjuna Ginting) yang menyukai gadis dari desa lain bernama Beru Bere (Femilia Sinukaban). Film berjalan lambat menceritakan dua insan ini jatuh cinta dan menjalin janji. Bagaimana Tempel berusaha mendapatkan hati gadis dari desa tetangga tersebut. Perjalanan cinta berlanjut hingga Tempel harus berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah. Kisah berakhir pada kebimbangan.

Dengan latar pada era 60-70 an, Ori berhasil menyuguhkan film seperti pada zamannya. Tempat yang dipilih menggambarkan bagaimana kondisi Karo pada masa itu. Detail kecil tak luput ia sajikan. Misalnya rumah adat Karo dengan kesan tua dan sederhana sebagai rumah tempel. Pakaian, jalan tanpa sandal, hingga sarung yang terus melingkar pada bahu para tokoh laki-laki. Beberapa tokoh pendukung juga menonjolkan kekhasan Karo dengan makan sirih dan sugi yang besar bertengger pada bibir, seperti kebanyakan masyarakat Karo pada masa itu.

Penyuguhan budaya Karo sendiri yang membuat film ini kian menarik. Ori banyak memasukan musik Karo sepanjang film. Sisipan adat Karo tampak menyatu dengan film. Misalnya pertunjukan ndikar atau  silat Karo. Pertunjukan gendang guro-guro aron,  tarian khas karo yang dilakukan berpasang-pasangan untuk mendapatkan jodoh juga disajikan.

Ada Pula adat erpangir yaitu memandikan seseorang pada air mengalir dengan mengucapkan doa-doa dan beberapa ritual lainya. Erpangir dilakukan saat Tempel akan pergi kuliah ke Jakarta. Pun, duduk di empat sudut tikar saat membicarakan gadis memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Karo. Saat berbicara dengan menduduki posisi ini agar tidak ada lagi yang dapat masuk ke hati sang perempuan. Jandi La Surong sendiri merupakan bahasa Karo yang memiliki arti ingkar janji.

Cara berbicara tokoh juga menunjang keapikan film. Percakapan kerap diselingi pantun. Sikap kemalu-maluan yang disuguhkan membuat penonton gemas melihatnya. Antar tokoh juga jarang melakukan kontak mata,  mengikuti adat berpacaran zaman 60-an yang menunjukan rasa sungkan.

Meski Jandi La Surong merupakan film perdana Femilia dan Arjuna. Namun, keduanya sangat cakap memerankan tokoh Beru Bere dan Tempel. Latar belakang suku Karo membuat keduanya menyatu dengan tokoh. Tak tampak mereka memerankan karakter lain. Kemahiran bahasa Karo keduanya juga menunjang film terasa nyata. Kecocokan keduanya juga tampak pada film.

Latar belakang Ori yang asli Karo membuat film dekat dengan masyarakat Karo. Tidak butuh waktu lama untuk Ori mendalami tiap adat yang disuguhkan. Meski beberapa kebudayaan tidak tumbuh subur lagi di tengah masyarakat karo.  Delapan bulan digarap jandi La Surong tayang pada Februari Lalu.

Ori memang menyuguhkan film ini untuk mengenalkan adat Karo. Terlebih film digarap bersama Kementerian Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karo. Masyarakat Karo juga antusias menyambut film ini. Terbukti ketika penayangan perdana di  Gedung Star Teater Hotel Mikie Holiday, Berastagi, Kabupaten Karo, film ini ditonton sekitar 1.800 penonton. Jumlah diluar target penyelenggara yang menyediakan kursi sebanyak 1.300. Rencananya film ini akan ditayangkan di 25 kota di Indonesia hingga Agustus mendatang.

Sebagai film lokal pertama di Karo, Jandi La Surong wajib diacungi jempol. Jandi La Surong menyajikan alur dengan lembut dibalut dengan sedikit komedi membuatnya menjadi pas. Film ini dapat disandingkan dengan film-film pemenang festival film Indonesia. Kamu wajib menonton film ini.Terlebih bagi penikmat budaya.

Komentar Facebook Anda

Widiya Hastuti

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4