BOPM Wacana

The First Omen: Menyingkap Kelamnya Penyelewengan Agama di Abad 20

Dark Mode | Moda Gelap
Cover Film The First Omen | Sumber Istimewa
Cover Film The First Omen | Sumber Istimewa

Oleh: Jennifer Smith L. Tobing

Judul The First Omen
Sutradara  Arkasha Stevenson
Pemeran Nell Tiger Free, Ralph Ineson, Sonia Braga, Tawfeek Barhom,

Maria Caballero, Charles Dance, Bill Nighy, Ishtar Currie-Wilson,

Andrea Arcangeli, Guido Quaglione, Dora Romano, Michelangelo Dalisi,

Anton Alexander, Mia McGovern Zaini, Eugenia Delbue,

Charita Cecamore, Federica Santoro, Donatella Bartoli,

Marial Bajma-Riva, Mario Opinato, Rachel Hurd-Wood, Nicola Garofalo,

Marcello Paesano, Giacomo Henri Dossi, Sylvia Panacione, Daniela Barra,

Alessandra Fallucchi, Milena Bozic, Dobrila Stojnic, Alberto Tierrez, Ljiljana Zujic, Eva Ras

Durasi 119 Menit
Rilis 3 April 2024
Genre Horor
Tersedia di XXI, Cinepolis

Bergaya bangunan khas Roma, film ini tampil dengan adegan tanpa sensor yang menggelitik. Beri gambaran bagaimana penyelewengan dogma agama dalam konspirasi kelahiran titisan iblis.

Agama sering menjadi pilar utama dalam kehidupan banyak individu, memberikan panduan moral dan spiritual yang membantu dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Setiap individu melakukan ibadah melalui perantara petunjuk rumah ibadah yang diyakini. Rumah ibadah memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga dan mengembangkan praktik keagamaan serta hubungan sosial umat beragama. Lantas bagaimana jika rumah ibadah memiliki ‘dogma tersendiri’ yang bertolak belakang dengan ajaran agama yang diyakini?

The First Omen mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan cara yang menegangkan dan menguji nalar. Dramaturgi film ini menggabungkan elemen horor psikologis dengan alur penuh teka-teki. Setiap adegan dipenuhi dengan artefak simbolis dan dialog yang memicu refleksi tentang konsep agama dan dogma yang menyimpang.

Film ini dimulai dengan kehidupan Margaret yang ingin melanjutkan tugas mulia yaitu berbakti ke gereja. Margaret merupakan seorang yatim piatu yang diutus melakukan pelayanan gereja di Basilika Santo Petrus sebelum masa penahbisannya.

Perjalanannya disambut baik oleh sejumlah biarawati dan Kardinal Lawrence. Biarawati Silvia mengenalkan tiap sudut bangunan gereja hingga terhenti pada seorang gadis kecil bernama Carlita, yang dikurung dalam kamar kumuh dengan artefak mengerikan. Kejutan timbul dari jilatan Carlita di pipi Margaret dan tingkah anehnya. Alih-alih merangkul dan membantu Carlita sembuh, biarawati memilih mengurung dan mengikatnya.

Margaret memilih teguh pada tugasnya, menentang keputusan gereja tersebut dan mencoba mendekati Carlita, namun selalu diawasi oleh pihak gereja. Berbagai kejadian janggal mulai terjadi, termasuk ketika seorang biarawati yang bunuh diri dengan membakar dirinya sendiri setelah mencium Margaret, halusinasi mengerikan yang dialami oleh Margaret hingga penampakan kelahiran hewan dari tubuh seorang biarawati.

Rumah ibadah yang menjadi tempat berjalannya semua ajaran dalam suatu agama sudah selayaknya memiliki suasana damai dibanding dengan ketegangan tersebut. Sesungguhnya setiap agama maupun kepercayaan mengajarkan kasih dan kebaikan yang seimbang dengan rasional manusia. Seorang laki-laki akan menjadi ayah serta perempuan akan menjadi ibu yang melahirkan anak manusia bukan hewan sesuai dengan kodratnya.

Dengan visual yang tanpa sensor, film ini sukses menggabungkan ketakutan dan pemikiran kritis dalam satu paket. Sinematografi yang gelap dan audio yang mendukung menambah intensitas gelisah yang dirasakan.

Selama masa novisiat, Margaret tinggal bersama dengan Luz, rekan novis yang berjiwa bebas. Luz mendorong Margaret untuk menikmati dunia malam, bertentangan dengan peran mereka sebagai calon biarawati. Gelap dan terang tentu tidak bisa bersatu. Hal ini tentu menjadi kekeliruan bagaimana mungkin seorang calon postulant menjadi gadis pesta di malam hari dan biarawati di siang hari.

Saat berusaha mengulik setiap peristiwa aneh tersebut, Margaret didekati oleh Pastor Brennan yang menjelaskan bahwa terdapat sekelompok pemuja setan di dalam gereja yang skemanya mendorong lahirnya Antikristus.

Perjanjian yang mencakup para ulama tingkat tinggi dari “gereja gelap” yang haus kekuasaan – yang bertanggung jawab atas Perang Salib dan Inkuisisi. Tentu saja hal ini tidak bisa disamakan dengan “gereja terang” yang mencintai Injil, yang merupakan tempat ia dan Margaret berada.

Khawatir dengan kenyataan bahwa manusia akan berbondong-bondong meninggalkan bangku gereja dan lepas dari kendali mereka, para pendeta tersebut memutuskan untuk menggantikan rasa takut dengan iman bahwa manusia akan kembali beribadah kepada Tuhan jika membiarkan Lucifer berinkarnasi untuk sementara waktu.

Salah satu scene dalam Film The First Omen | Sumber Istimewa

“The First Omen” bukan hanya sebuah film horor yang menakutkan, tetapi juga sebuah eksplorasi mendalam tentang kekuatan kepercayaan dan bagaimana ia bisa diselewengkan. Film ini mengajak penonton untuk merenungkan konsekuensi dari fanatisme dan ekstremisme dalam dogma sebuah agama. Selain itu, film ini berhasil mengungkap Margaret sebagai gadis terpilih untuk ‘hubungan gelap dengan iblis’ tanpa tergesa-gesa.

Penting bagi individu untuk menganalisis dan memahami ajaran agama secara kritis dan rasional, bukan hanya menerima dogma tanpa pertimbangan. Menurut saya, film ini mampu mengingatkan kita bahwa kekuasaan yang disalahgunakan dalam konteks keagamaan dapat menimbulkan konsekuensi yang mengerikan. Melalui pengalaman Margaret, kita diajak untuk menyadari pentingnya menjaga kemurnian ajaran agama dari penyelewengan dan memastikan bahwa praktik keagamaan selalu dilandasi oleh kasih dan kebaikan.

Secara keseluruhan, meskipun dibalut dengan berbagai adegan vulgar, film ini berhasil membuka pemikiran bahwa manusia bisa saja keliru apabila tidak menelaah dengan tepat dogma sebuah agama.. “The First Omen” layak ditonton dengan pikiran terbuka, menyadari bahwa kepercayaan dan dogma bisa menjadi pedang bermata dua dalam kehidupan manusia.

Komentar Facebook Anda

Jennifer Smith L. Tobing

Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Administrasi Publik FISIP USU Stambuk 2023. Saat ini Jennifer menjabat sebagai Staf PSDM BOPM Wacana.

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4

AYO DUKUNG BOPM WACANA!

 

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan media yang dikelola secara mandiri oleh mahasiswa USU.
Mari dukung independensi Pers Mahasiswa dengan berdonasi melalui cara pindai/tekan kode QR di atas!

*Mulai dengan minimal Rp10 ribu, Kamu telah berkontribusi pada gerakan kemandirian Pers Mahasiswa.

*Sekilas tentang BOPM Wacana dapat Kamu lihat pada laman "Tentang Kami" di situs ini.

*Seluruh donasi akan dimanfaatkan guna menunjang kerja-kerja jurnalisme publik BOPM Wacana.

#PersMahasiswaBukanHumasKampus