Oleh: Amelia Ramadhani
BOPM WACANA | Departemen Sastra Jepang sedang usahakan rekrut native speaker. Sebab native speaker sangat dibutuhkan mahasiswa sebagai penunjang proses belajar bahasa Jepang. “Dialek mereka pasti lebih pas dibandingkan dengan kita,” ujar Eman Kusdiyana, Ketua Departemen Sastra Jepang, Selasa (21/4).
Eman bilang sudah empat tahun Sastra Jepang tak memiliki native speaker, terakhir 2010 lalu. Ia menjelaskan, tahun ini Sastra Jepang sedang mencari peluang bagaimana cara menghadirkan native speaker kembali seperti tahun 2010. Kehadiran native speaker memberi semangat belajar yang tinggi terhadap mahasiswa, sebab saat berkomunikasi mahasiswa harus benar-benar menggunakan bahasa Jepang. Rencananya Sastra Jepang akan bekerja sama dengan Japan Foundation untuk pengadaan native speaker.
Helena K Butarbutar, Mahasiswa Sastra Jepang 2012 sambut baik rencana kerja sama dengan Japan Foundation untuk pengadaan native speaker. Menurutnya, native speaker memang sangat dibutuhkan oleh mahasiswa. Mahasiswa bisa meniru bagaimana cara pengucapan bahasa Jepang oleh orang Jepang sendiri. “Semoga sudah ada, tahun inilah ada,” ujarnya.
Walau begitu, Eman tak bisa pastikan ada native speaker untuk tahun ini. Sebab Japan Foundation sedang fokus pada pengajaran bahasa Jepang tingkat sekolah menengah atas. “Kalau tidak dari Japan Foundation, kita usahakan dari universitas di Jepang,” ujarnya. Universitas di Jepang seperti Universitas Nagoya dan Universitas Tahoku. Sebelumnya, Sastra Jepang pernah mendapatkan native speaker volunteers yang diutus langsung dari pemerintahan Jepang.