Oleh: Fredick Broven Ekayanta Ginting
BOPM WACANA — Dosen Filsafat Universitas Indonesia Rocky Gerung mengatakan saat ini bangsa Indonesia membutuhkan sebuah revolusi mental untuk memperbaiki negara. Mental feodal adalah warisan Orde Baru yang belum sepenuhnya hilang sehingga banyak agenda reformasi yang belum terselesaikan. “Kita baru keluar dari rumah yang namanya Orde Baru, tapi belum berani masuk ke rumah baru yang namanya rumah reformasi,” ucapnya dalam kegiatan “Peta Kaum Muda Indonesia” yang diselenggarakan Tempo Institute di Aula Fakultas Teknik, Senin (30/11).
Rocky tambahkan, bangsa Indonesia ibaratnya masih mondar-mandir di halaman kedua rumah tersebut. Sementara itu ada upaya untuk mencegah dan menggoda bangsa Indonesia agar kembali ke rumah yang lama. Ia mencontohkan dosen di perguruan tinggi yang kerap merasa lebih tahu segala-galanya ketimbang mahasiswanya. Artinya dalam diri dosen tersebut yang lebih kuat bekerja adalah mental feodal, bukan mental profesional. “Inilah gejala dalam masyarakat kita. Dimana-mana ada hirarki,” lanjutnya. Padahal menurutnya demokrasi mengenal hirarki yang bertujuan mengefektifkan manajemen, bukan menghalangi pemikiran.
Oleh karena itu harus ada gerakan revolusi mental untuk membawa perubahan masyarakat secara kualitatif. Sistem demokrasi harus diubah dari bersifat hirarkis menjadi egaliter atau sederajat. “Reformasi tidak menghasilkan perubahan total, padahal harusnya mental berubah secara total,” tambah Rocky.
Martin Samosir, salah satu peserta kegiatan mengatakan perilaku feodal di pemerintahan juga masih sangat kuat. Jenjang atasan dan bawahan masih sangat kentara dirasakan. Sistem demikian menurutnya justru membuat sumber daya manusia yang ada menjadi koruptif. “Orang-orang tua yang punya power sekarang adalah produk masa lalu yang terbelakang, sehingga memang perlu revolusi mental,” pungkasnya.