Oleh: Fredick BE Ginting
Tensi gejala politik internasional saat ini sedang meninggi. Konflik, perang saudara, hingga invasi terjadi di beberapa negara. Dunia seolah-olah hanya untuk segelintir saja, bukan untuk semua umat. Namun, semoga Piala Dunia meredakannya.
Agama apa pun mengajarkan umatnya untuk saling menghargai. Agama pun mengajarkan umatnya untuk merawat dan menjaga dunia ini sebagai pemberi hidup itu sendiri. Manusia sejatinya diciptakan hidup berdampingan bersama manusia lainnya, dan diperintahkan untuk saling bekerja sama dalam memanfaatkan apa yang disediakan dunia.
Ketentuan spiritual tersebut tampaknya sedang diabaikan oleh segelintir manusia di berbagai belahan dunia. Tak ada penghargaan atas manusia, tak ada kesadaran untuk merawat dunia, dan tak ada kesadaran akan pentingnya kerja sama untuk dunia.
Kelompok bernama Boko Haram secara membabi-buta membunuh ratusan warga Nigeria dalam rentang beberapa minggu kemarin. Korbannya termasuk anak-anak dan kaum perempuan. Tentara Rusia menginvasi wilayah Crimea yang merupakan kedaulatan milik Ukraina. Tiongkok dan Vietnam kini sedang bersitegang karena persoalan wilayah di Laut Tiongkok Selatan. Di Suriah, perang saudara yang telah menelan ribuan korban nyawa dan ratusan ribu pengungsi belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Thailand pun tak luput dari konflik nasional.
Belum lagi konflik abadi antara Palestina dan Israel. Berbagai cara dan perundingan telah gagal menemukan titik temu untuk mendamaikan keduanya. Cara paling mutakhir beberapa hari lalu dilakukan oleh pemimpin tertinggi umat Katolik dunia, Paus Fransiskus II, yang mengajak kedua pemimpin negara untuk berdoa bersama.
Di tengah ‘kegaduhan’ dunia tersebut, ajang empat tahunan turnamen sepak bola tengah berlangsung pada 12 Juni hingga 13 Juli ini. Yaitu Piala Dunia 2014 di Brazil. Diprediksi setidaknya lebih dari satu miliar pasang mata akan tertuju ke negara terbesar di Amerika Selatan tersebut. Dan sekitar 600 ribu turis dari berbagai negara akan menginjakkan kakinya di negara tropis terbesar itu. Puluhan kepala dan petinggi negara pun dijadwalkan akan ikut menyaksikan.
Piala Dunia menjadi alat pereda sesaat bagi berbagai ketegangan, kegaduhan, dan perselisihan yang terjadi. Piala Dunia menjadi ajang bertemunya berbagai manusia, termasuk mereka yang berkonflik. Piala Dunia akan mengalihkan perhatian dunia. Untuk itulah FIFA, federasi sepakbola internasional, membawa slogan football for hope.
Pesan tersebut bukan sekadar slogan. Tapi ia menjadi cita-cita yang menginginkan lepasnya dunia dari berbagai pertikaian. Sepakbola diharap menjadi ajang untuk menjaga perdamaian dunia. Untuk itu pula, meski merupakan kompetisi dan persaingan, Piala Dunia mengutamakan sportivitas. Inilah pesan FIFA yang lain melalui Piala Dunia: fair play.
Say no to racism menjadi pesan berikutnya. Artinya Piala Dunia tidak mengenal perbedaan. Piala Dunia untuk seluruh umat manusia. Ini sebenarnya ditujukan untuk mereka yang tak menghargai manusia lain dan menjaga dunia.
Dan pesan paling utama yang disampaikan Piala Dunia kali adalah melalui theme song yang berjudul The World is Ours. Lagu resmi persembahan Coca Cola ini dibawa oleh David Correy, Patricia Cantu, dan grup perkusi asal Brazil, Monobloco. Lagu tersebut bahkan telah diperluas menggunakan puluhan bahasa lain. Termasuk Dunia Kita yang dibawakan dalam Bahasa Indonesia oleh penyanyi keturunan Jerman, Millane Fernandez. Piala Dunia meneruskan pesan-pesan spiritual diatas, bahwa dunia ini merupakan milik semua manusia.
Piala Dunia, seperti ungkapan Sindhunata di Kompas (11/6), mengikat manusia dalam persatuan, bukan hanya persatuan di satu negara melainkan juga kesatuan yang mengglobal dan mendunia. Piala Dunia disaksikan oleh semua manusia dari berbagai latar, dari desa paling terpencil hingga kota besar paling glamor, disaksikan mulai dari pengemis hingga para miliarder, dan ia juga menembus waktu. Malam yang diciptakan sebagai waktu beristirahat tak menghalangi niatan para penontonnya.
Di Bangladesh masyarakatnya melupakan sejenak kesulitan ekonomi mereka khusus menyambut Piala Dunia. Bendera Brazil dan Argentina, yang mereka favoritkan juara, banyak dikibarkan saat ini. Sehingga presiden mereka mempertanyakan nasionalismenya. Walaupun pada akhirnya ia paham substansinya bukan masalah nasionalisme. Sementara junta militer di Thailand mengumumkan akan menyiarkan secara gratis pertandingan Piala Dunia bagi rakyatnya, dan disambut suka cita di tengah-tengah gejolak politik nasional mereka.
Harapannya Piala Dunia benar-benar mencerahkan makna dunia kita bagi semua manusia di dunia ini, khususnya untuk mereka yang ‘rakus’. Penghargaan atas manusia lain dan kerja sama menjaga dunia menjadi cita-cita kita semua. Dan semoga Piala Dunia membantu mewujudkannya.