
Oleh: Jennifer Smith L. Tobing
Di ujung ranjang lahir sebuah harap
Tangis pertama sunyi disambut doa
Anak sulung yang tanpa henti dipahat
Menjadi punggung saat langkah lain terlatih jua
Mimpinya digenggam tangan orang tua
Diusung tinggi ke langit yang tak selalu biru
la belajar menelan luka tanpa suara
Sebab katanya pantang bagi lelaki untuk mengadu
Setiap lelahnya ditafsir sebagai kuat
Setiap jatuhnya diberi harga latihan berdiri
Ia tak sempat bertanya “bolehkah aku penat?”
Saat dunia terus memintanya ‘tuk berlari.
Permata pratama, kilau yang tak selalu tampak
Diselimuti beban dan disumpal suara hati
Di balik punggung yang nyaris remuk
Tersimpan kisah yang tak pernah ia bagi