
Oleh: Imelda Sari Manalu
Di ruang megah, palu diketuk
Bukan dengan keadilan, bukan dengan nurani
Hanya berupa bisikan samar dalam gelap
Menuliskan takdir di atas lembaran kertas
Di baris-baris yang telah diatur
Kata-kata berbisik tanpa suara
Seakan hukum adalah arus yang tunduk
Mengalir ke arah yang dikehendaki
Tak ada jeritan di balik dinding megah
Tak ada guncangan di kursi tinggi
Hanya riuh bisu dari langkah-langkah
Berlalu angkuh tanpa menoleh
Sementara jauh di luar sana
Ada harapan yang runtuh perlahan
Ada kebenaran yang kehilangan rumah
Ada tanya yang tak kunjung terjawab
Di tangan tamak janji terpendam
Berbalut dusta tanpa ketegasan
Di balik palu yang bungkam,
Siapa yang mendengar keadilan?