BOPM Wacana

Perjalanan Mengenali Perasaan dalam Film “Aku Jati, Aku Asperger”

Dark Mode | Moda Gelap
Salah satu adegan dalam film Aku Jati, Aku Asperger. | Sumber Istimewa
Salah satu adegan dalam film Aku Jati, Aku Asperger. | Sumber Istimewa

Oleh: Winny Stefanie

Judul

Aku Jati, Aku Asperger

Sutradara

Fajar Bastomi

Pemeran

Jefri Nichol, Pradikta Wicaksono, Hanggini, Carissa Perusset

Durasi

80 menit

Rilis

31 Oktober 2024

Genre

Drama

Tersedia di

Cinema XXI, CGV, dan Netflix

 

Ada banyak perasaan yang dirasakan olehnya, hanya saja dia tidak tahu cara menunjukkannya pada orang lain

Asperger merupakan kelainan neurologis yang membuat seseorang dengan kondisi ini, mengalami kesulitan memahami orang lain dalam hubungan sosial. Hal itulah yang dirasakan oleh seorang pria bernama Jati. Dalam petualangan mencari pengganti pasangan kakaknya, membawa Jati untuk belajar mempelajari lebih jauh tentang perasaannya dan orang lain.

Jati merupakan anak bungsu dari dua bersaudara, dia memiliki satu saudara laki-laki, yaitu Daru. Kisah ini bermula saat Jati dan Daru memutuskan untuk pindah dari rumah orang tua mereka ke tempat yang lebih tenang. Pasalnya, Jati tidak bisa menerima lingkungan yang terlalu berisik. Setelah itu, Daru juga mengajak pacarnya, Kiara, untuk tinggal di rumah tersebut. Mereka pun akhirnya tinggal bertiga di satu atap.

Jati ditunjukkan sebagai penyuka kereta api. Ia senang mengkoleksi figur lokomotif, bahkan hampir semua furnitur di rumahnya berhubungan dengan kereta api, seperti ranjangnya yang berbentuk lokomotif. Karena hal itu pula, ia sangat hafal rute kereta api.

Hari-hari berjalan sangat monoton, bagi Daru dan Kiara. Disebabkan oleh Jati yang sangat sulit menerima ketidakteraturan. Segala hal harus terjadwal, seperti waktu bangun, mandi, makan, hingga berangkat kerja. Tidak boleh lewat ataupun terlalu cepat. Hingga daftar makanan di tiap harinya juga telah ditentukan oleh Jati, berdasarkan kesepakatan bersama.

Masalah mulai terjadi ketika Kiara tidak memasak sarapan sesuai dengan jadwal menu yang telah ditetapkan. Hal ini membuat Jati terganggu secara emosional, ia memaksakan makanan masuk ke mulutnya. Daru pun marah, ia mengatakan bahwa Jati memiliki kebutuhan khusus.

Di sisi lain, Kiara merasa benar-benar tidak dianggap oleh Daru. Lantaran semua yang dilakukan Jati harus dimaklumi. Kiara memilih pergi dari rumah tersebut dan pulang ke rumah miliknya sendiri. Kejadian ini menjadi titik balik terhadap dalam diri Jati.

Kecocokan tidak selalu bermula pada suatu kesamaan

Tidak semua harapan akan terpenuhi, inilah yang harus dirasakan Jati di masa mencari pengganti pasangan untuk kakaknya. Hari-hari berlalu dengan wawancara kecil yang dilakukan Jati guna menemukan kriteria yang tepat. Foto-foto dan informasi diberikan kepada Daru, namun tidak ada yang cocok. Daru dengan sabar menjelaskan bahwa kecocokan tidak selalu harus dengan sesuatu yang sama. Seperti halnya dua keping puzzle, hubungan kesaudaraan mereka, hal-hal itu tidak harus memiliki kesamaan untuk bersama.

Hingga pada suatu momen, ia bertemu dengan Jenar, seorang wanita yang memiliki kepribadian ceria. Pada mulanya, Jati tidak menyukai Jenar karena dia sangat berisik dan pernah merobek gambar Jati secara tidak sengaja, Walalupun begitu, perlahan mereka menjadi dekat. Pada situasi ini, Jati sangat senang karena ia merasa telah menemukan seseorang yang tepat untuk kakaknya.

Pertemuan Jati dengan Jenar perlahan membawa sedikit perubahan pada Jati. Ia yang semula serba tepat waktu, dipaksa untuk tidak mengikuti jadwal. Seperti ketika mereka menaiki bukit, Jenar memaksa untuk memakan bekal padahal itu belum waktunya untuk makan. Jati yang semula kaku perlahan menjadi sedikit tenang dengan perubahan kecil itu.

Tetapi, penelusuran ini membuat Jati lupa waktu. Daru yang tidak kunjung mendapat informasi tentang keberadan Jati hingga malam hari, membuatnya semakin cemas. Puncak konflik terjadi ketika akhirnya Jati pulang membawa kabar bahwa Daru harus bertemu dengan Jenar untuk berkencan. Hal ini membuat Daru tidak bisa menahan emosinya lagi dan pergi meninggalkan Jati.

Dari kejadian itu, Jati pun merasa sedikit frustrasi dan tantrum. Satu-satunya orang yang memahaminya kini pergi meninggalkannya. Kebiasaan buruknya muncul kembali, yaitu menggigit tangannya ketika dia panik. Ia bingung menghadapi perasaan yang muncul tersebut.

Secara tidak langsung, film ini seolah juga berkata pada kita tentang sesuatu yang tidak selalu berjalan sesuai harapan. Sekeras apapun kita mencoba untuk mewujudkan suatu hal, jika itu bukan takdirnya maka tidak akan mungkin. Film ini juga mengajarkan kepedulian terhadap mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Sangat tepat jika penonton ingin mengetahui bagaimana seseorang yang memiliki sindrom asperger, menghadapi dunia sosial dan lingkungan mereka.

Penggambaran tokoh asperger yang diperankan oleh Jefri Nichol cukup menggambarkan kondisi mental seorang asperger. Diliputi rasa cemas jika sesuatu tidak berjalan sesuai rencana ataupun sesuatu yang berubah dari kebiasaan yang telah ada. Perkembangan tokoh tersebut digambarkan dengan cukup baik, hingga pada akhirnya tokoh Jati bisa bersosialisasi dengan orang di sekelilingnya.

Jati mulai menerima banyak hal yang tidak berjalan sesuai kemauannya. Karena memang seperti itulah menjalani hidup, kita akan selalu bersisian dengan perasaan orang lain. Setelah melalui konflik dan memahami sebuah ketidaksamaan, ia mulai terbuka pada apa yang dirasakannya. Jati kini mengerti, segala hal tidak selalu harus berjalan dengan rencana dan itu bukanlah sesuatu yang buruk.

 

Komentar Facebook Anda

Winny Stefanie

Penulis adalah Mahasiswa Sastra Indonesia FIB USU Stambuk 2023. Saat ini Winny menjabat sebagai Staf PSDM BOPM Wacana.

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4

AYO DUKUNG BOPM WACANA!

 

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan media yang dikelola secara mandiri oleh mahasiswa USU.
Mari dukung independensi Pers Mahasiswa dengan berdonasi melalui cara pindai/tekan kode QR di atas!

*Mulai dengan minimal Rp10 ribu, Kamu telah berkontribusi pada gerakan kemandirian Pers Mahasiswa.

*Sekilas tentang BOPM Wacana dapat Kamu lihat pada laman "Tentang Kami" di situs ini.

*Seluruh donasi akan dimanfaatkan guna menunjang kerja-kerja jurnalisme publik BOPM Wacana.

#PersMahasiswaBukanHumasKampus