BOPM Wacana

Pendidikan Seks Masuk Kurikulum?

Dark Mode | Moda Gelap

Oleh: Febri Rahmania

Seks masih menjadi hal tabu untuk diperbincangkan di Indonesia. Terutama pada anak-anak. Wacana memasukkan pendidikan seks dalam kurikulum sendiri sudah ada sejak lama. Namun masih menjadi perdebatan. Kebanyakan bilang tidak perlu sebab, itu tadi: tabu.

Pro-kontra terus bergulir. Sejak peristiwa pelecehan seksual yang memakan banyak korban siswa Taman Kanak-kanak (TK) Jakarta International School (JIS), urgensi dimasukkannya pendidikan seks ke dalam kurikulum menjadi berbeda. Banyak pihak yang menganggap pendidikan seks mesti segera dimasukkan kedalam kurikulum pendidikan,

Sebab kasus JIS dianggap sebagai fenomena gunung es, yakni yang tampak di permukaan hanya sebagian saja, yang terjadi sesungguhnya—kasus yang tidak muncul ke permukaan—bisa jadi lebih banyak. Berikut komentar mahasiswa USU menanggapi hal ini.

Jenny Saragih – Fakultas Kesehatan Masyarakat 2011

Jenny SaragihKalau pendidikan seks masuk kurikulum pendidikan, yang perlu diperhatikan itu cara penyampaian oleh pendidik atau gurunya. Apalagi anak-anak yang notabene masih polos, jadi mereka enggak salah pengertian tentang seks.

Yang penting, gimana waktu disampaikan pengetahuan seks itu mereka ngerti. Pendidikan seks perlu diajarkan sejak dini, supaya anak-anak belajar hati-hati menjaga alat vitalnya. Pendidikan seks juga akan mempengaruhi cara anak-anak berpakaian, berbicara dan berperilaku. Mereka bisa kendalikan perilaku seksnya karena mereka sudah tahu.

 

 

 

 

 

Tivani Togatoro – Fakultas Teknik 2012

Tivani TogatoroPendidikan seks belum cocok diajarkan pada anak-anak. Di Indonesia seks itu masih sesuatu yang tabu untuk dibahas. Sehingga masih ada hambatan untuk berdialog tentang seks. Pun ketidaktahuan orangtua untuk memulai dialog, rasa malu dan canggung membahas seks. Kualitas tenaga pengajar di Indonesia juga belum banyak yang kompeten. Salah-salah, semakin diberi pendidikan seks malah semakin seks itu jadi suatu hal biasa di kalangan anak-anak. Mereka enggak ragu lagi bereksperimen tentang seks sebab sudah tahu dan mengerti apa itu seks, bagaimana seks dan apa yang didapatkan dari seks.

 

 

 

 

 

 

Johannes – Fakultas Pertanian 2011

JohannesKalau melihat kejadian yang menimpa anak TK di JIS, saya jadi yakin kalau pendidikan seks itu penting sekali. Maka anak-anak harus diajarkan dari awal. Tapi ya, ada porsinya. Seperti lebih ke bagaimana mereka bersikap terhadap seks. Anak-anak memang perlu tahu seks, tapi dari hal-hal yang mendasar dulu. Semacam, bagian mana saja di dirinya yang tidak boleh disentuh orang lain. Kalau ada orang yang memperlakukan dia atau menyentuh dia dengan cara tidak wajar, dia harus mengadu ke orang lain, gitu. Jadi ya enggak apa-apa pendidikan seks dimasukkan ke kurikulum pendidikan. Tapi sesuai pemahaman dan kebutuhan usia anak-anak yang akan menerimanya.

 

 

 

 

 

 

Agustina – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 2009

AgustinaSaya setuju pendidikan seks masuk kurikulum pendidikan. Anak-anak dan remaja harus tahu bagaimana mengendalikan pubertas di era informasi seperti saat ini. Anak-anak bebas mengakses informasi apa pun yang mereka ingin tahu, tak terkecuali tentang seks. Kalau mereka sudah tahu positif negatifnya seks, dengan begitu mereka jadi tahu apa akibat-akibat  bila mereka melakukan seks bebas. Kasus pelecehan seksual terhadap siswa JIS jadi contoh bahwa ketidaktahuan anak-anak terhadap seks justru membuat mereka jadi korban.

 

 

 

 

 

 

Yunita Sahara – Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2011

Yunita SaharaPendidikan seks belum cocok masuk kurikulum pendidikan. Kalau untuk anak kelas empat, lima dan enam SD dan SMP mungkin sudah bisa memahaminya. Tapi anak-anak kelas satu, dua dan tiga belum akan bisa menerima pendidikan seks, Sebab masih banyak hal lain yang belum mereka pahami, apalagi seks. Soal mereka bisa jadi korban pelecehan seksual, ya tanggung jawab orangtuanyalah. Disosialisasikan ke anaknya gimana menjaga diri. Jangan dekat-dekat orang yang enggak dikenal.

 

 

 

 

 

 

Indah Permata Sari – Fakultas Pertanian 2013

Indah Permata SariSaya enggak setuju pendidikan seks masuk kurikulum pendidikan. Hal-hal yang sifatnya pribadi begitu ya wilayahnya orangtua. Orangtua yang bertanggung jawab sepenuhnya atas pendidikan seks untuk anaknya. Ajarkan anaknya di rumah bagaimana menjaga diri, bagaimana menjaga organ-organ vitalnya. Bagaimana bersikap yang baik terkait pengetahuan seks, semisal tidak boleh duduk mengangkang, tidak boleh melihat atau memegang alat kelamin sendiri ataupun milik temannya. Di sekolah cukup pendidikan umum saja.

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4