Oleh Aulia Adam
Judul: J Edgar
Sutradara: Clint Eastwood
Pemain: Leonardo DiCaprio, Naomi Watts, Armie Hammer
Produksi: Warner Bros
Genre: Drama
Rilis: November 11, 2011
Naskah: Dustin Lance Black
J Edgar adalah tokoh tahun 20-an di Amerika Serikat yang terkenal karena Federal Bureau of Investigation (FBI), Biro yang digagasnya. Tokohnya begitu perkasa dalam citra masyarakat Amerika selama 50 tahun dan delapan kali pergantian Presiden. Ia terlibat dalam berbagai kasus penting di negara itu, mulai dari kasus penculikan Lindbergh, hingga kasus selingkuhnya JFK dengan Marilyn Monre.
Seperti yang jelas tergambar di judulnya, karya Eastwood kali ini berporos pada satu tokoh dan kisah hidupnya. Eastwood memilih aktor kawakan Leonardo DiCaprio untuk memerankan J Edgar. Edgar muda sekaligus Edgar Tua. Tentu saja dibantu dengan tata rias sekelas Hollywood. Pemeran Jack dalam film Titanic itu berhasil menerjemahkan karakter Edgar yang antisosial.
Tidak banyak orang yang terlibat dalam hidup Edgar yang begitu fenomena dan penuh kontroversi. Hanya ada Helen Gandy (Naomi Watts), sekretarisnya, orang kepercayaannya Clyde Tolson (Ammie Harmer) dan Ibunya Lady Macbeth (Judi Dench). Hidupnya yang kaku hanya berkutat pada tiga orang itu. Pada Gandy, Edgar sempat jatuh cinta, namun ditolak. Tapi Gandy tetap dijadikannya orang kepercayaan. Begitu pula, Clyde Tolson yang membuatnya jatuh cinta sejak pandangan pertama. Tolson adalah rahasia terbesar Edgar: cinta sesama jenisnya. Dan Lady Macbeth, ibunya, adalah orang yang begitu dipuja Edgar. Ia selalu tunduk dan memprioritaskan sang Ibu. Hingga pada saat sang Ibu meninggal, Edgar jatuh pada titik terendah hidupnya.
Sayangnya, Eastwood menceritakan potongan-potongan kisah Edgar ke dalam adegan maju-mundur yang cukup membingungkan. Untuk separuh rol film yang diputar, Eastwood menggunakan monolog yang diceritakan sendiri oleh Edgar. Menjemukan. Dan hingga akhir cerita tak ada fokus yang terasa ditonjolkan Eastwood.
J Edgar adalah film kedua sutradara kawakan Clint Eastwood yang dianggap pasar gagal, setelah Hereafter. Tapi mungkin memang hal itulah yang ingin disampaikan Eastwood. Mungkin, film ini bukan sesuatu yang ingin diisi Eastwood dengan hal-hal komersial yang dibutuhkan pasar. Mungkin, hanya film yang dibuat untuk memuaskan hasratnya sebagai pematri film.
Bila dibandingkan dengan film serupa seperti Beautiful Mind, yang mengisahkan tentang peraih Nobel John Nash, karya Eastwood satu ini memang jauh panggang dari api. Dalam Beautiful Mind, sutradara peraih Oscar, Ron Howard mengambil satu fokus utama yang cukup jelas bagi para penontonnya. Sehingga tak hanya meraih oplah yang menguntungkan, namun berhasil meraih sejumlah piala Oscar lain untuk film yang sama. Termasuk Aktor Terbaik untuk Russell Crow, yang memerankan Ilmuwan Matematika John Nash dengan sangat brilian.
Untuk film keluaran tahun 2011, Eastwood juga tampak anteng bermain dengan sinematografi sederhana. Padahal, seluruh sutradara di Hollywood sedang berlomba-lomba menggunakan teknologi terbaik untuk merebut perhatian para pecinta film.
Tapi Eastwood tetaplah Eastwood. Aktor sekaligus Sutradara puluhan film ini tentu saja punya selera tersendiri dalam menyampaikan karyanya. Toh, ia telah berkecimpung di dunia film sejak 1953.