Oleh Renti Rosmalis
Karo, wacana.org/arsip — Pasca terjadinya Erupsi kedua Gunung Api Sinabung di Kabupaten Karo, Selasa (17/09) lalu. Telah tercatat 13.084 pengungsi memenuhi 25 posko diberbagai titik di Kabupaten Karo. Jumlah ini merupakan salah satu jumlah terbesar pengungsi letusan gunung api yang pernah terjadi di dunia menurut Staf Ahli Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Surono.
Selain itu, jumlah ini juga jauh lebih banyak dari pada jumlah pengungsi saat Gunung Api Sinabung meletus tahun 2010 lalu. Padahal jika dibandingkan letusan dan kedalaman gempanya, letusan tahun 2010 lebih hebat dari tahun ini.
Menurut Surono, untuk letusan yang terjadi di Sinabung saat ini, seharusnya masyarakat tidak perlu mengungsi sampai sebanyak itu. Sinabung hanya berbahaya untuk kawasan yang berada dalam radius 3 km dari puncaknya. “Warga harusnya lebih memahami dan beradaptasi dengan Sinabung,” ujar Surono.
Surono juga menghimbau agar warga Karo tidak terlalu panik karena erupsi Gunung Api Sinabung tidak menyebabkan gempa dan hanya mengeluarkan debu dan partikel kecil. “Tak ada material pijar, hanya debu yang jatuh di jarak 1 km saja,” kata Surono. Sejak awal, warga yang berjarak lebih dari 3 KM dari Gunung Sinabung bisa melakukan aktivitas seperti biasa, namun harus menggunakan masker.
Andika, Komandan Korem Sibolga yang bertanggung jawab atas posko tanggap darurat bencana Sinabung langsung mengumumkan perihal kondisi Sinabung pada setiap perwakilan posko pengungsian. Warga yang berada lebih dari 3 km sudah bisa kembali ke desa masing-masing. Namun, khusus warga yang bertempat tinggal di desa Simacem, Bekerah, Sigarang-garang, Kuta Gugung, Mardinding, dan Suka Meriah belum boleh kembali ke rumah. “Untuk yang masih trauma bisa tetap di pengungsian hingga status gunung api turun menjadi waspada,” kata Andika.