BOPM Wacana

Pak Aqua-Aqua, Obati Hati dengan Senyum dan Membaca

Dark Mode | Moda Gelap

Oleh: Widiya Hastuti

Hafiz jajakan air mineral di Fakultas Keperawatan, Jumat (14/7). | Widiya Hastuti

Tidak peduli pada siapa, di mana, dan kapan pun, senyum baginya suatu keharusan. Baginya senyum kesaktian untuk menenangkan hati sendiri dan orang lain.

Pertama kali bertemu dengannya saat saya mengelilingi kampus menjual tabloid SUARA USU. Senyum ramah di bibirnya terus terkulum, menyapa setiap mahasiswa yang lewat. Keringat menghiasi pipinya yang melengkung karena tertawa. “Beli satu dong tabloidnya, Dek,” ujarnya dengan mata yang memancarkan binar.

Hafiz, begitu nama lengkapnya. Namun orang hanya mengenalnya dengan sebutan bapak Aqua, Aqua. Memang Pak Hafiz seorang penjual air mineral di USU. Ia menjual dengan berjalan kaki mengelilingi setiap fakultas di USU. Suaranya yang khas sedikit cedal nyaring menyapa setiap orang yang lewat. “Aqua, Aqua. Haus, Dek?” ujarnya promosi.

Hari ini ketika saya bertemu dengan Pak Hafiz, ia sedang berjalan mengapit kardus sisa air mineral di ketiaknya. Seperti biasa senyumnya terkulum pada bibirnya. Saya memanggilnya untuk berbincang. Kami duduk di bawah pohon rindang di belakang Auditorium USU.

Awalnya saya menebak umur Pak Hafiz sekitar 40 tahun. Namun, Pak Hafiz meluruskan bahwa umurnya telah memasuki 55 tahun. Lima tahun terakhir ini, Pak Hafiz mencari nafkah dengan berjualan air mineral di USU.

Awalnya Pak Hafiz adalah penjual lem dan alat jahit tangan di Pajak Melati. Pak Hafiz memiliki dua orang anak yang duduk di bangku SMA. Banyak perjalanan yang telah dilalui Pak Hafiz dengan merantau hingga ke Manado.

Kini Pak Hafiz tinggal di Amaliun, Medan. Setiap pagi dengan menggunakan angkutan kota dia membawa air mineral ke USU. Ia menjajakan minumanya mulai dari Fakultas Kedokteran hingga keliling USU. Pada sore hari Pak Hafiz akan berjualan di sekitar Auditorium USU. “Banyak yang lari sore, jadi laku di sini,” katanya.

Sehari keuntungan Pak Hafiz dapat mencapai Rp100.000 jika cuaca mendukung. Namun, sering pula jualannya tidak laku karena cuaca yang tidak bersahabat. “Saya gak pernah merasa rugi ya namanya juga rezeki, Allah itu adil,” ucapnya lagi diselingi tawa.

Pak Hafiz juga menjual air mineral kejujuran di Masjid Fakultas Keperawatan. Ia menaruh air mineral dengan tulisan Rp3000 dan kotak tempat uang di sampingnya. Mahasiswa yang ingin membeli dapat mengambil sendiri air mineral kejujuran ini dan memasukkan uang ke dalam kotak di sampingnya.

Menurut Pak Hafiz semua mahasiswa USU jujur, tidak pernah ia rugi akibat berjualan air mineral kejujuran ini. Jika hilang satu atau dua botol menurut Pak Hafiz merupakan sesuatu yang biasa, mungkin yang mengambil sangat membutuhkan tapi tidak berani untuk meminta.

Pak Hafiz memang hanya seorang pedagang kaki lima. Namun, ia tidak seperti kebanyakan pedagang lainya. Senyum ramah selalu terkulum di bibirnya. Sapaannya selalu terlontar pada siapa saja yang berpapasan denganya. “Mungkin sudah watak saya, enggak perlu juga kita nunjukin kesedihan sama orang lain. Saya juga enggak pernah merasa sedih,” ujarnya. Menurut Pak Hafiz tersenyum juga membuatnya awet muda “Banyak orang yang berpikir saya masih umur 40 tahun, kaya kamu (Penulis –Red)” kata Pak Hafiz.

Bagi Pak Hafiz tersenyum dapat mengobati hati. Semua kisah kehidupan sudah ditakdirkan Allah, kita hanya perlu menjalaninya. Menurut Pak Hafiz tidak perlu memikirkan hal yang tidak menyenangkan. Itu hanya akan menambah kesedihan tapi tidak menyelesaikan masalah. “Kalau adek punya masalah di kampus senyum aja, nanti kerasa masalahnya ringan,” ujarnya.

Sekalipun ia sering tersenyum dan ramah, menurutnya banyak mahasiswa yang memandangnya aneh atau tidak mengacuhkannya. “Ya mungkin dia lagi banyak tugas, dimarahi dosen,” ujar Pak Hafiz. Namun tidak sedikit pula mahasiswa yang mengenalnya dan menghargainya sebagai orang tua yang ramah.

Pak Hafiz bercerita ada mahasiswa yang memberikannya bingkisan saat menjelang Idul Fitri, atau mengajaknya makan saat bertemu di luar kampus. Atau alumni yang berpapasan dengannya di kampus menyapanya dengan ramah. “Pak Rektor juga pernah saya salami di Masjid Ekonomi. “’Amankan, Pak, di USU?’ kata Pak Rektor gitu sama saya,” ujarnya dengan mata yang memicing karena tertawa.

Selain ramah dan murah senyum, Pak Hafiz juga suka membaca. Ia membaca buku apa saja. Salah satunya Tabloid SUARA USU yang kerap dia beli setiap kali terbit. Menurut Pak Hafiz membaca menyenangkan. Dengan membaca dia tidak sadar waktu sudah berlalu. Buku kesukaannya tentang agama dan ilmu pengetahuan alam.

Saat tidak berjualan Pak Hafiz hanya menghabiskan waktunya dengan membaca. “kalau jualan begini saya gak membaca, nanti saya bisa keenakan dan lupa jualan,” ujarnya. Menurut Pak Hafiz minat membaca mahasiwa USU rendah. Kebanyakan dari mahasiswa lebih suka memainkan handphone.

Setelah lama berbincang, Pak Hafiz pamit untuk salat Zuhur. Ia berharap mahasiswa USU terus mengingatnya dan ramah. Juga memberikan senyuman pada semua orang. “Berkah juga senyum itu,” ujarnya sambil membalas jabatan tangan saya

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4

AYO DUKUNG BOPM WACANA!

 

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan media yang dikelola secara mandiri oleh mahasiswa USU.
Mari dukung independensi Pers Mahasiswa dengan berdonasi melalui cara pindai/tekan kode QR di atas!

*Mulai dengan minimal Rp10 ribu, Kamu telah berkontribusi pada gerakan kemandirian Pers Mahasiswa.

*Sekilas tentang BOPM Wacana dapat Kamu lihat pada laman "Tentang Kami" di situs ini.

*Seluruh donasi akan dimanfaatkan guna menunjang kerja-kerja jurnalisme publik BOPM Wacana.

#PersMahasiswaBukanHumasKampus