Oleh: Redaksi
Bukannya tak diperhatikan. Hanya belum disiplin menerapkan formula yang, sebenarnya, sudah ditemukan. Membuat maling ngeri-ngeri sedap nyuri di kampus ini.
Pagi itu ia datang sekitar pukul 07.30 pagi. Seperti biasa, ia parkirkan sepeda motornya di lapangan parkir Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Ada kuliah pukul delapan yang ia kejar. Tak ada perasaan apa pun saat memarkirkan kendaraannya yang bermerek Yamaha Vixion. Ia langsung tinggalkan sepeda motor itu, tanpa memasang kunci ganda.
Ia adalah Guntur Kustia, mahasiswa Administrasi Negara 2014. Guntur memang terbiasa tak mengunci-gandakan sepeda motornya. Maklum, ia mahasiswa baru. Ia pikir aman-aman saja, lagipula di parkiran FISIP ada satuan pengamanan (satpam) yang menjaga. Pun tak ada imbauan tegas untuk mengunci-gandakan kendaraan. Tapi, saat ia memarkirkan kendaraannya, memang belum ada satpam di sana.
Sekitar pukul 08.05, Masriadi, satpam jaga di FISIP baru datang. Ia juga tak punya perasaan apa-apa. Tak ada yang aneh, selain bahwa rekan kerjanya yang kena jaga malam di FISIP sudah tak ada. “Mungkin pulang duluan,” kata Masriadi. Ia pikir hal ini biasa. Padahal seharusnya rekan Masriadi itu baru bisa pulang kalau Masriadi sudah datang, lagi pula shift jaga malam baru habis pukul 08.00 pagi, yang dimulai dari pukul 08.00 malam.
Selesai kuliah, sekitar pukul 10.15, Guntur kembali ke parkiran. Niatnya ambil kendaraan. Tapi tempat ia parkir sepeda motor tadi sudah diisi motor lain. Guntur panik. Sepeda motornya lenyap.
Dia mengadu pada Masriadi. Tapi satpam yang sudah bekerja untuk USU sejak 2007 itu bilang kalau sejak ia datang, sepeda motor yang parkir di tempat parkir itu sudah ada. Guntur makin panik, tapi sedikit pun ia tak ada niat untuk melaporkan kehilangannya ke dekanat. “Kata orang-orang pasti enggak ditangani,” ungkapnya.
Hari sial itu terjadi 14 Oktober lalu.
Kasus hilangnya motor Guntur ialah kasus kehilangan sepeda motor teranyar di USU. Ia termasuk dari 118 kasus pencurian sepeda motor di USU selama Januari sampai Oktober 2014. Itu menurut catatan di Polsekta Medan Kota.
Angka ini meningkat. Padahal USU sebenarnya bukan tak pikirkan masalah ini dengan serius. Satpam terus ditambah. Sekarang, setidaknya paling sedikit tiap fakultas punya dua satpam yang jaga siang-malam. Total satpam di USU kini mencapai 182 orang. Jauh meningkat dari sebelum-sebelumnya. Ini pertanda baik, karena USU ternyata anggap serius masalah keamanan ini. Tapi, dari sini kita bisa lihat kalau yang terjadi tak berbanding lurus.
Makin banyaknya jumlah personel keamanan tak membuat maling-maling di USU ciut nyalinya.
Lantas apa yang salah? Tiap malam mobil patroli USU sudah keliling. Beberapa penjaga juga ditempatkan di jalur-jalur masuk USU seperti di pintu Kampung Susuk dan Sumber, tiap malam. Mencegah geng motor masuk USU dan buat onar.
Tapi kasus kehilangan justru meningkat? Ya, suatu anomali yang ironis.
Sejauh pantauan SUARA USU, formula yang dipakai Keamanan USU sebenarnya sudah baik. Tapi penerapannya yang tak baik. Misalnya, penerapan pemeriksaan STNK saat keluar dari parkiran di FISIP. Di awal-awal saat parkiran FISIP diperluas, satpam di sana pakai sistem ini. Tapi hanya bertahan beberapa hari. Lepas itu, sepeda motor keluar-masuk bebas, tak perlu lagi tunjukkan STNK saat keluar.
Masriadi akui hal ini. Ia bilang kendalanya, mahasiswa sering pinjam sepeda motor temannya. Sehingga tak bisa tunjukkan STNK. “Sering juga mahasiswa enggak bawa STNK-nya,” kata Masriadi. Hal inilah yang buat satpam jadi enggan pakai sistem ini.
Di Fakultas Ekonomi dan Bisnis dulu juga pakai sistem kartu parkir yang memperketat keamanan parkiran di sana. Jadi semua mahasiswa punya kartu parkir, wajib dibawa bila ingin parkir di parkiran kampus. Pengganti STNK.
Tapi, penggunaannya juga berhenti. Setelah punya parkiran baru, sepeda motor bebas keluar-masuk.
Formula ini sebenarnya sangat baik. Diterapkan baik pula oleh keamanan perpustakaan USU. Sampai sekarang, semua orang harus menunjukkan STNK-nya bila parkir di sana. Tak ada keluhan. Kehilangan tak terjadi.
Lagi, 182 personel sebenarnya bukan angka yang sedikit. Meski tak bisa dibilang banyak bila dibandingkan dengan jumlah parkiran yang ada di USU. Tapi seharusnya angka ini bisa lebih efektif bila sanksi tegas diberikan pada satpam yang tak jalankan tugasnya dengan baik. Hal ini pula yang dilihat Kepala Unit Reserse Kriminal Polsekta Medan Kota Oscar Stefanus Setjo. Ia menilai, kerja Keamanan USU belum maksimal. Ia sarankan sanksi pengurangan gaji bila terjadi pencurian kendaraan terhadap satpam yang berjaga. Sekaligus USU pasang kamera pengawas atau CCTV.
Sehingga, para satpam takut melalaikan pekerjaannya. Pun, bila satpam-satpam di USU lebih tegas dalam berkinerja, rasa kepercayaan masyarakat USU terhadap keamanan kampus ini akan meningkat.
Tak ada lagi yang ragu melapor pada keamanan ataupun dekanat, seperti Guntur. Akan lebih hebat, karena kenyamanan akan membuat nyali maling-maling itu ciut. Para maling tak akan lagi berpikir ngeri-ngeri sedap saat mencuri. Ngeri karena ada 182 satpam yang bisa saja menangkapnya, tapi sedap saja karena sistem keamanan kampus ini masih mudah dikelabui.