BOPM Wacana

Renstra dan RJP Termutakhir, Kereta Baru USU Kejar Ketertinggalan

Dark Mode | Moda Gelap

Oleh: Redaksi

‘Talenta Bintang’ jadi jargon USU sampai 25 tahun ke depan. Di dalamnya ada cita-cita setinggi langit, yang baru bisa terwujud kalau USU serius perbaiki diri lima tahun ke depan.

 

Ilustrasi: Arman Maulana
Ilustrasi: Arman Maulana

Masa pemerintahan Rektor Syahril Pasaribu kini tinggal menghitung bulan. Awal September kemarin, Senat Akademik (SA) USU yang baru telah membentuk panitia pemilihan anggota Majelis Wali Amanat periode 2014-2019. Tentu, salah satu tujuannya agar MWA segera membentuk panitia pemilihan rektor baru. Sesuai dengan amanat statuta baru USU yang keluar 28 Februari awal tahun ini.

Sebelum USU dimeriahkan sorak-sorai parade kampanye calon-calon rektor yang baru, telah diterbitkan lebih dulu Rencana Strategi (Renstra) 2015-2019 dan Rencana Jangka Panjang (RJP) USU 2015-2039.

Renstra, sederhananya, adalah pedoman bagi rektor baru nanti untuk memandu jalan universitas ini selama lima tahun mendatang. Sementara RJP adalah panduan sekaligus tujuan USU untuk 25 tahun ke depan. RJP sebelumnya melahirkan istilah University for Industry sebagai jargon USU yang masih kita pakai sampai beberapa bulan lalu. Sebelum akhirnya berganti menjadi Talenta Bintang, sekarang.

Jargon ini lahir bukan dari proses persalinan yang mudah. Prosesnya cukup panjang. Terhitung sejak 14 Februari, sejak Rektor Syahril mengeluarkan surat keputusan untuk membentuk panitia pembentukan Renstra dan RJP USU. Sejak saat itu, tiga belas elemen civitas akademika dipanggil panitia tersebut untuk dimintai tanggapannya tentang USU. Memaparkan masalah yang mereka rasa; sekaligus ditanyai solusi apa yang harusnya USU lakukan. Dari hasil perbincangan itulah Renstra dan RJP USU termutakhir ini dilahirkan.

Tiga belas elemen civitas akademika yang terlibat di antaranya: Majelis Wali Amanat, rektorat, Senat Akademik, Dewan Guru Besar, dekanat, perwakilan dosen, perwakilan tenaga kependidikan, pengurus pemerintahan mahasiswa dan wakil mahasiswa, alumni, pihak swasta, pemerintah, serta pakar pendidikan.

Dari mereka, panitia akhirnya menemukan target terdekat USU: akreditasi A pada 2017.

Sebuah cita-cita tinggi yang terlampir di Renstra 2015-2019. Indikator dan cara-caranya juga terlampir jelas di buku berukuran A5, setebal kira-kira setengah sentimeter, berwarna hijau tua itu. Salah satu cara meraihnya, tiap-tiap fakultas hingga ke departemen-departemennya juga harus buat Renstra demi menunjang mimpi USU perbaiki akreditasi.

Membaca dua buku hijau berjudul Renstra USU 2015-2019 dan RJP USU 2015-2039 seperti mendapat ceramah dari ulama. Rasanya teduh dan indah, bagi mereka yang lempang-lempang saja beragama. Tapi sebenarnya, sangat menggelisahkan dan penuh tanya bagi mereka yang berpikir penuh logika.

Meski jelas ada di sana, tapi solusi memperbaiki akreditasi USU dalam Renstra dan RJP terasa begitu ringan, namun hanya di angan-angan.

Misalnya pada poin pembuatan Renstra di masing-masing departemen, yang dianggap bisa mempercepat kenaikan akreditasi. Poin ini dipertegas, seolah-olah tak pernah dilakukan oleh fakultas.Seolah-olah, selama ini departemen tak melakukan apa-apa untuk perbaiki akreditasinya masing-masing. Padahal yang terjadi sebaliknya. Harus diakui, sudah ada usaha. Tapi keseriusan yang kurang.

Semua kata-kata indah dalam Renstra dan RJP termutakhir ini harusnya tak hanya dimaknai sebentar. Mahasiswa harus segera membacanya, mempelajarinya sebagai bekal mengawasi rektor baru nanti.

Di sini, mahasiswa adalah stakeholder. Pemantau. Bila semua cita-cita dalam Renstra saja, yang jarak keterwujudannya hanya dalam lima tahun ke depan, bisa kita kawal bersama, maka mimpi besar universitas ini di 2039 masih punya harapan. Tapi ingat! Kuncinya adalah: sama-sama memantau!

Presiden Mahasiswa terbaru Brilian Amial Rasyid untungnya punya pikiran sama tentang hal ini. Ia dan timnya akan segera menelaah dua buku hijau itu untuk dipelajari. Ia sadar kalau mahasiswa memang harus memantau dan besinergi untuk wujudkan mimpi-mimpi USU dalam buku-buku itu.

Semoga ini jadi kereta baru USU untuk kejar ketinggalannya. Sebagai mantan universitas PT- BHMN yang terakhir kali diangkat statutanya sebagai universitas PTN-BH, USU mau tak mau memang harus berakreditasi A dalam waktu dekat. Atau statuta terbaru ini akan dicabut.

Talenta Bintang adalah cita-cita setinggi langit yang bisa saja terwujud hanya jika serius dilaksanakan. USU memang harus sedikit lebih berlari dari biasanya jika memang bertujuan mengejar ketertinggalan. Sebab Talenta yang merupakan akronim dari Tropical Science and Medicine, Agroindustry, Local Wisdom, Energy (suistainable), Natural Resources (biodiversity, forest, marine, mine, tourism), Technology (appropriate) dan Arts (ethnic) adalah cita-cita setinggi langit yang ingin diwujudkan di 2039 nanti.

Agar bisa sampai ke sana, setidaknya USU harus serius dulu pada Renstra lima tahun ke depan.

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4

AYO DUKUNG BOPM WACANA!

 

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan media yang dikelola secara mandiri oleh mahasiswa USU.
Mari dukung independensi Pers Mahasiswa dengan berdonasi melalui cara pindai/tekan kode QR di atas!

*Mulai dengan minimal Rp10 ribu, Kamu telah berkontribusi pada gerakan kemandirian Pers Mahasiswa.

*Sekilas tentang BOPM Wacana dapat Kamu lihat pada laman "Tentang Kami" di situs ini.

*Seluruh donasi akan dimanfaatkan guna menunjang kerja-kerja jurnalisme publik BOPM Wacana.

#PersMahasiswaBukanHumasKampus