BOPM Wacana

Mimpi Buruk Malam Pesta Prom

Dark Mode | Moda Gelap

Oleh Hadissa Primanda

Foto: Aulia Adam
Foto: Aulia Adam

Judul: Pesta Prom dari Neraka (Prom Nights from The Hell)

Pengarang: Stephanie Meyer, Meg Cabot, Michelle Jaffe, Kim Harrison, Lauren Myracle

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit: 2012

Jumlah halaman: 308 halaman

Lupakan sejenak tentang indahnya pesta prom yang ditunggu-ditunggu seluruh siswa. Buku ini memporakporandakan mimpi indah tentang malam pesta prom dengan menghadirkan ‘makhluk lain’ yang tidak akan terbayangkan oleh siapa pun.

Apa yang Anda pikirkan saat mendengar kata pesta prom? Dekorasi ruangan bertema, gaun mewah warna warni, high heels, dandanan total ala ratu pesta, undangan untuk menjadi pasangan kencan, dansa, musik pengiring, mungkin adalah sebagian kecil hal yang dapat terpikirkan untuk satu malam indah yang tidak akan terlupakan itu. Namun kelima penulis bukubestseller ini membuang semua khayalan tentang indahnya pesta prom tersebut dengan ‘mengundang’ vampir, malaikat pencabut nyawa, iblis, dan kawan-kawannya untuk ikut berpesta bersama.

Meg Cabot misalnya, mengundang Mary, putri seorang pemburu vampir untuk menjadikan pesta prom sebagai ajang balas dendamnya kepada Sebastian, putra vampir yang telah mengubah ibunya menjadi kaum mereka. Ia tak sengaja bertemu Adam, teman sekelasnya yang akhirnya tahu semua rahasianya. Adam pun kemudian menjadi teman kencannya dan membantu Mary membunuh Sebastian.

Ada lagi Madison Avery, yang berulang tahun ke-17 pada malam pestaprom, namun punya pasangan kencan pilihan ayahnya yang baginya menyebalkan. Ia bertemu dengan pasangan kencan lain yang jauh lebih baik pada malam itu, namun siapa sangka pasangan kencannya itu adalah seorang malaikat pencabut nyawa.

Tak mau kalah, Stepahanie Meyer yang masyhur lewat The Twilight Saga-nya mengundang iblis sekaligus malaikat dalam cerita pestapromnya. Sheba, si iblis cantik yang berniat menghancurkan setiap kebahagiaan manusia malam itu harus menghentikan aksinya saat dia ternyata jatuh cinta dengan Gabe, manusia setengah malaikat yang membuat kekuatannya lumpuh.

Layaknya sebuah kumpulan cerita dengan ragam rasa pengarang yang berbeda-beda, tidak semua cerita dalam buku ini menarik untuk dibaca.Madison Avery dan Malaikat Maut dari Kim Harrison dan Pengakuan dari Michelle Jaffe adalah yang paling membosankan. Kedua cerita ini adalah cerita dengan porsi paling banyak dalam buku ini sehingga terasa bertele-tele dan tidak lugas dalam penyampaian ceritanya.

Kim Harrison sebenarnya punya ide cerita yang menarik. Tokoh yang hadir serta konflik yang ditawarkan cukup rumit, karena ada beberapa malaikat lain yang muncul yaitu Malaikat Baik dan Malaikat Jahat, dan ternyata kematian Madison lebih cepat setahun dari yang seharusnya. Namun penyelesaian ceritanya tidak begitu jelas sehingga setelah membaca bab-bab buku ini dengan begitu lama, pembaca tidak terpuaskan dengan akhir ceritanya.

Pun dengan Pengakuan dari Michelle Jaffe dengan cerita paling buruk menurut saya. Cerita tentang Miranda, seorang gadis dengan kemampuan pendengaran yang tajam dan kekuatan fisik yang disembunyikan dari teman-temannya, enggan pergi ke pesta prom dan malah memlilih bekerja sebagai supir taksi. Ia pun terlibat dalam aksi penyelamatan penumpangnya Sibby yang ternyata adalah seorang nabi hidup yang dapat membaca masa depan. Sibby ini jadi buronan Deputi Reynolds, kenalan Miranda.

Kejadian pertemuan Miranda dan Sibby hingga akhirnya mereka mengalahkan Deputi Reynolds hanya memakan waktu delapan jam, dan cerita selama delapan jam itulah yang dibahas dalam 105 halaman buku ini. Bukan mengenai detail kejadian yang mereka lalui, lebih kepada cerita pergulatan batin Miranda dan kisah-kisah masa lalunya yang tidak terlalu ada relasinya dengan cerita sebenarnya. Ide ceritanya pun yang paling sederhana namun sayangnya benar-benar membosankan.

Korsase adalah cerita paling baik dalam buku ini menurut saya. Lauren Myracle mengisahkan tentang Frankie, seorang gadis yang begitu terobsesi dengan pesta prom bahkan rela pergi ke peramal untuk tahu nasibnya, malah terjebak dengan korsase yang dimintanya secara paksa dari si peramal. Korsase tersebut dapat mengabulkan tiga permintaan, dan cerita ini hanya tentang permintaan-permintaan Frankie yang tidak masuk akal serta dampak yang timbul akibat obsesinya.

Berada dalam satu alur dengan konflik yang mendebarkan, ditutup dengan penyelesaian sederhana namun cukup memuaskan. Berbeda dengan cerita lain yang mengambil latar pesta prom, cerita ini hanya mengambil latar rumah Frankie, dengan malam pesta prom sebagai waktunya.

Ini adalah cerita dengan halaman paling sedikit di buku ini, sehingga apa yang ingin disampaikan penulis tidak berbelit-belit dan langsung pada pokok tujuannya.

Secara keseluruhan, buku ini memang punya benang merah yang menarik untuk dibaca, terutama bagi pencinta cerita fantasi. Karena cukup rumit untuk berimajinasi mengingat ada lima cerita dengan tokoh fantasi yang berbeda, pembaca yang jarang membaca buku-buku seperti ini harus membuang jauh-jauh akal sehatnya untuk bisa menggambarkan setiap tokoh yang muncul.

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4