BOPM Wacana

Mengapa “Anda”?

Dark Mode | Moda Gelap

Oleh: Lazuardi Pratama

Di jejaring sosial Facebook atau pun Twitter, saya banyak menemukan pertanyaan “Mengapa ‘Anda’?”. Mudah-mudahan ini mampu menjelaskannya untukmu.

Ilustrasi: Lazuardi Pratama
Ilustrasi: Lazuardi Pratama

Ada seorang teman Facebook saya bertanya di grup kepenulisan, kira-kira dengan pertanyaan yang sama. Inti pertanyaan tersebut, mengapa kata “Anda” harus diawali dengan huruf kapital. Padahal, ia adalah kata ganti orang kedua yang berteman dengan “kau” dan “engkau”, dan dua kata terakhir itu tidak diawali dengan huruf kapital. Dari mana rupanya asal kata tersebut? Ini dua pertanyaan yang berbeda,.

Mengawali artikel ini, kiranya pertanyaan untuk asal usul bisa kita usahakan untuk dijawab terlebih dahulu. Adalah Ajip Rosidi, sastrawan dalam tulisannya Kegagalan “Anda” di rubrik Stilistika di surat kabar Pikiran Rakyat. Ajip mengatakan kata ini tercipta pada tahun 1958 oleh Rosihan Anwar, tokoh pers Indonesia yang pada waktu itu memimpin surat kabar Pedoman. Rosihan mengundang pembacanya untuk menyumbang kata sebagai kata ganti orang kedua yang dapat dipakai untuk semua orang, seperti “you” dalam bahasa Inggris.

Akhmad Bukhari Saleh (ABS) menceritakan ini di Milis Bahtera (Bahasa dan Terjemahan Indonesia)—semacam forum diskusi mengenai bahasa Indonesia yang berisi penerjemah profesional dari berbagai negara. ABS mengenal Rosihan secara pribadi dan mengikuti proses kemunculan “Anda” di surat kabar Pedoman.

Rosihan awalnya menimbang beberapa kata, seperti “Bung”, “Bapak”, sampai dengan kata “Tuan”. “Bung” tak dipilih Rosihan sebab awal mulanya dipakai untuk menyamaratakan kedudukan di antara pejuang kemerdekaan. Kata “Bapak” dengan awal kapital atau tidak juga disisihkan Rosihan sebab pada zaman tersebut, kata tersebut adalah derogasi atau pengecualian. “Bisa-bisa Bung Karno ‘menyemprot’: ‘Memangnya saya kawin sama ibu kamu?!’, kalau seseorang menyapa beliau dengan “Bapak Presiden” di jaman (zaman—red) itu,” tulis ABS.

Ada juga kata “Tuan”, ogah dipakai Rosihan sebab masih kental dengan ke-Belanda-Belanda-an. Pada zaman itu, orang-orang agak sentimental dengan yang berbau Belanda.

Oleh sebab itulah Rosihan mulai mencari kata baru. Informasi soal asal usul kata “Anda” ini simpang siur, belum ada fakta autentik. Ajib mengatakan kata tersebut diusulkan oleh seorang tentara penerbang dari Palembang dan berasal dari nama seorang penyanyi. Sementara ABS menyangkalnya dengan mengatakan bahwa Rosihan dan staf redaksinya menciptakannya sendiri dari kata “andika” yang juga berarti “Tuanku” yang merupakan sapaan hormat orang kedua. “Anda” diciptakan dari kata itu agar terkesan Indonesia. Kedua sumber informasi sepakat “andika” merupakan asal muasalnya.

Untuk pertanyaan kedua, Ivan Lanin, seorang wikipediawan menjawabnya. Asal usul huruf kapital pada kata “Anda” adalah terkait dengan pembedaan T-V. R Brown dan A Gilman dengan makalahnya The Pronouns of Power and Solidarity (1960) mencetuskan ini. Ini merujuk pada ada fenomena pembedaan kata ganti orang kedua informal dan orang kedua formal dalam beberapa bahasa Eropa. Informal T untuk bahasa Latin tu dan formal V untuk bahasa Latin vos. Awalnya bahasa Latin hanya mengenal tu (tunggal) sebagai kata ganti orang kedua, baru penggunaan vos (jamak) dimulai sejak abad ke-4 untuk memanggil kaisar Romawi. Ivan membaginya dalam dua asumsi, pertama, ada dua kaisar Romawi, Kekaisaran Romawi Barat dan Timur. Kedua adalah metafora kekuasaan. “Kaisar merupakan perwujudan seluruh rakyatnya dan dapat berbicara mewakili mereka,” tulis Ivan.

Pengaruh ini meluas pada bahasa lain di Eropa, seperti Belanda (jij/je/jou) dan u/U), Jerman (du dan Ihr/Sie), Italia (tu dan Lei), Prancis (tu dan vous), dan Spanyol (tú dan vos/usted) . Ivan mengatakan beberapa bahasa seperti Belanda dan Jerman mengawali kata kedua formal mereka dengan huruf kapital. Makalah Brown-Gilman tidak menjawab ini. Maka Ivan kembali menduga ini adalah kesepakatan bersama atau konsensus bahasa, bisa juga atas dasar formalitas. Nah, karena bahasa Indonesia banyak terpengaruh bahasa Belanda, Ivan menduga kata “Anda” mengikuti pola pembedaan T-V ini.

ABS mengatakannya mirip-mirip. Rosihan awalnya mencari kata yang bermaksud menghormati, seperti pola formal V pada pembedaan T-V. Di zaman itu pula, belum ada kata ganti orang kedua yang berperan sama seperti yang Belanda punya.

Alasan untuk huruf kapital pada “Anda” ini memang perlu lebih banyak fakta yang mendukung, namun setidaknya kita punya penjelasan ilmiah bila ditanya soal ini.

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4