BOPM Wacana

Kaubaca atau Kau Baca, yang Benar?

Dark Mode | Moda Gelap

Oleh: Aulia Adam

Pernah temukan kata ‘kau’ yang disambung kata kerja di depannya seperti judul di atas? Misalnya saat Anda membaca novel terbitan Kompas Gramedia? Majalah Tempo? Atau baru melihatnya pertama kali di artikel ini? Maka, ada baiknya kaubacalah tulisan ini sampai habis.

Foto: Aulia Adam
Foto: Aulia Adam

Kata ‘kau’ sendiri adalah kata ganti orang atas ‘engkau’. Sekali lagi,  ia adalah bentuk ringkas dari kata ‘engkau’. Bentuk ringkas begini biasa disebut klitik dalam Bahasa Indonesia.

Di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) revisi termutakhir, klitik berdefinisi: bentuk yang terikat secara fonologis, tetapi berstatus kata karena dapat mengisi gatra pada tingkat frasa atau klausa, misal bentuk {-nya} dalam bukunya.

Contoh klitik ini yang paling sering kita temui adalah ‘ku’ atau ‘nya’. Tapi tak banyak yang tahu kalau ‘kau’ juga merupakan kawanan dari mereka.

Hal ini wajar, karena dalam KBBI sendiri kata ‘ku’ punya makna yang jelas. ‘Ku’ dalam KBBI berdefinisi: bentuk ringkas dari pronomina persona pertama;  bentuk klitik aku sebagai penunjuk pelaku, pemilik, tujuan: kuambil; rumahku; memukulku. Begitu pula dengan ‘nya’, yang meski tak berdiri sebagai kata tunggal di KBBI, tapi sudah jelas keberadaannya sebagai klitik.

‘Kau’ dalam KBBI hanya berarti: pronomina engkau (umumnya digunakan sebagai bentuk terikat di depan kata lain).  Perhatikan kata ‘umumnya’! Posisi kata ‘kau’ yang tak dijelaskan sebagai bentuk klitik semakin dibuyarkan oleh kata umumnya di kalimat tersebut. Kasihan sekali, ya.

Sebenarnya, penggunaan kata ‘umumnya’ di kalimat tersebut tak salah-salah amat.

Sebab sejatinya, ‘kau’ memang tak bisa asal disambungkan dengan kalimat di depan atau di belakangnya seperti kata-kata yang termasuk klitik lainnya.

Prinsipnya sama dengan penggunaan kata ‘ku’. Klitik ‘ku’ dan ‘kau’ harus digunakan dalam kalimat pasif.

Misalnya saja klitik ‘ku’ yang bisa disambung dengan kata kerja: baca, tulis. Jadi ‘kubaca’ atau ‘kutulis’. Tidak tepat jika dituliskan seperti ‘kumembacakan’ atau ‘kumenuliskan’. Perhatikan jika mereka diletakkan dalam sebuah kalimat: yang benar adalah novel itu sudah kubaca dua belas kali, bukan sudah dua belas kali kumembacakan novel itu untuknya.

Mengapa demikian?

Sebab ‘ku’ dalam kalimat novel itu sudah kubaca dua belas kali, berbentuk pasif: aku baca (dibaca oleh aku). Sementara dalam kalimat sudah dua belas kali kumembacakan novel itu, ‘ku’ bersifat aktif. Lagi pula ‘ku’ tidaklah bisa berdiri sendiri. Ia harus diikuti atau mengikuti kata lain. Sebab dalam KBBI, termasuk buku Tesaurus Bahasa Indonesia, tidak ada kata ‘ku’ sebagai sinonim dari ‘aku’, yang bersinonim: ‘aku’, ‘saya’, ‘hamba’, ‘awak’, ‘beta’, ‘ana’, dan ‘gue’.

Berbeda dengan ‘kau’ yang bersinonim dengan ‘sampean’, ‘kamu’, ‘anda’, ‘engkau’, dan ‘saudara’. Maka ia bisa berdiri sendiri sebagai sebuah kata.

Namun, sebagai klitik, ‘kau’ hanya bisa mengikuti kata lain. Misalnya berubah mejadi ‘kaubaca’ bila bertemu kata ‘baca’ seperti dalam kalimat: novel itu sudah kaubaca dua belas kali. Tentu dengan prinsip sama dengan klitik ‘ku’, yakni harus digunakan dalam kalimat pasif.

Klitik sendiri punya dua jenis. Pertama disebut proklitik. Kedua disebut enklitik. Proklitik adalah sebutan klitik yang letaknya di depan sebuah kata kerja, semisal: kubaca, atau kaubaca tadi. Sementara, enklitik adalah klitik yang letaknya di belakang sebuah kata, seperti: jawabku, atau kilahnya.

Dengan kata lain, klitik ‘ku’ punya bentuk luas karena bisa digunakan sebagai proklitik dan enklitik. Berbeda dengan klitik ‘kau’ yang hanya bisa digunakan sebagai proklitik.

Lantas, sekarang mana yang benar? ‘Kaubaca’ atau ‘kau baca’? ‘Kaupikir’ atau ‘kau pikir’?

Ternyata semuanya benar. ‘Kau’ bisa digunakan sesuka hati. ‘Kaubaca’ dan ‘kaupikir’ benar karena ‘kau’ di dalam mereka merupakan klitik dari kata ‘engkau’. Pun benar dalam ‘kau baca’ dan ‘kau pikir’ karena ‘kau’ di dalamnya bersinonim dengan engkau ataupun kamu ataupun dan sebagainya.

Jadi, sekarang kau pilih mau tulis ‘kaubaca’ atau ‘kau baca’?

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4