Oleh: Guster CP Sihombing
USU,wacana.org/arsip — Masyarakat Indonesia sekarang terkena sindrom rendah diri pada bahasa Indonesia. Hal ini mengakibatkan masyarakat lebih percaya diri gunakan bahasa asing daripada bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan gengsi masyarakat Indonesia. Buktinya penamaan tempat lebih memilih bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. “Contohnya Cilandak Town Square dan Casablanca East Residence,atau laundry and dry cleaning,” kata Fikarwin Zuska, Dosen Antropologi dalam Seminar Bahasa Indonesia bertema Bahasa Indonesia: Terabaikankah? di Ruang Serba Guna Fakultas Ilmu Budaya (FIB) siang tadi.
Ia menambahkan, sikap rendah diri ini membuat negara asing merajalela. Banyak perusahaan asing pekerjakan orang Indonesia minta ajari bahasa Indonesia demi kuasai kekayaan Indonesia. “Seharusnya kita juga bisa menjadi superior di mata asing,” katanya.
Hal senada disampaikan Prof Badaruddin, Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu politik. Ia bilang masyarakat mengabaikan Bahasa Indonesia. “Tulisan welcome di gapura jalan lebih besar ukurannya daripada tulisan selamat datang,” ujarnya. Padahal, ia bilang, Bahasa Indonesia yang seharusnya ditonjolkan seperti yang dituangkan UUD 1945 Pasar 36.
Acara ini diadakan melihat fenomena masyarakat yang lebih senang gunakan bahasa asing. Pun meninjau dari sisi sosiologis, jurnasitik, dan antropologi sejauh apa bahasa Indonesia terabaikan.