Oleh: Surya Dua Artha Simanjuntak
BOPM WACANA – Ketua Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Komisariat Fakultas Ilmu Budaya Jaya Sinaga mengatakan diskriminasi terhadap perempuan sangat banyak terjadi. Hal tersebut ia sampaikan dalam orasi peringatan Hari Perempuan Internasional yang dilakukan Gerakan Perjuangan Demokrasi Kampus USU (GPDK-USU) di Pintu 1 USU, Jumat (8/3).
Menurut Jaya, perempuan selalu dianggap lebih lemah dari laki-laki hingga perempuan selalu diposisikan di kelas nomor dua. “Akhirnya kita terstigma bahwa perempuan tak dapat menggantikan posisi laki-laki,” ujarnya.
Jaya mengatakan seharusnya sebagai mahasiswa dapat memberi pencerahan kepada orang sekitar tentang konsep feminisme agar kedepannya diskriminasi terhadap perempuan dapat berkurang.
Ia berharap Hari Perempuan Internasional dapat menjadi momentum. Pun, gerakan-gerakan mahasiswa seperti yang dilakukan GPDK-USU dapat menjadi pelopor pembaruan budaya patriarki yang sudah berakar di Indonesia.
“Intinya, perempuan dan laki-laki itu sama-sama punya akal, kita tak perlu muluk-muluk membedakan laki-laki dan perempuan,” tutupnya.
Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 2015 Sahala Sihombing berpendapat kini diskriminasi terhadap perempuan tak separah dahulu. Namun, kedepannya ia berharap perempuan Indonesia dapat lebih menonjolkan diri.
“Semoga perempuan semakin banyak yang menjadi pemimpin, seperti menteri yang langsung dibawahi presiden,” harapnya.