BOPM Wacana

Kesawan, Hidup Segan Mati Tak Boleh

Dark Mode | Moda Gelap

Kota Medan memiliki sejumlah situs bersejarah yang menarik, unik, dan layak untuk dikunjungi oleh masyarakat baik dari kota Medan maupun luar kota Medan. Salah satunya adalah kawasan Kesawan. Kesawan menjadi bukti sejarah masa kolonial Belanda. Nama Kesawan di ambil dari bahasa Karo, dari akar kata kesawahen yang artinya kampung. Kesawan dahulunya merupakan cikal bakal berdirinya kota Medan yang wilayahnya terhubung dari Kesawan hingga Labuhan Deli.

Menurut saya, Kesawan sendiri merupakan kawasan tua yang terletak dipusat kota Medan dan merupakan bagian dari sejarah terbentuknya kota Medan. Kesawan memiliki nilai-nilai sejarah dan memiliki daya tarik tersendiri bagi kota medan. Melalui Kesawan kita dapat membayangkan seperti apakah suasana kota Medan tempo dulu.

Kesawan sendiri menyimpan banyak bangunan-bangunan tua dan situs-situs sejarah yang berharga. Misalnya, Gedung London Sumatera, rumah Tjong A Fie, Restoran Tip Top, Gereja Babtis Kesawan, dan lain-lain. Hampir seluruh bangunan yang berada di Kesawan menggunakan arsitektur bercorak Melayu, Cina, dan Eropa.

Rumah Tjong A Fie merupakan bangunan berarsitekur Cina berpadu Eropa yang selesai dibangun pada tahun 1900. Arsitektur rumah Tjong A Fie sampir serupa dengan rumah kerabatnya di Pulau Penang, Malaysia, bernama Cheong Fatt Tze.

Ada juga bangunan lain yang saya rasa cukup unik. Bangunan tersebut adalah Restoran Tip Top. Restoran Tip Top adalah restoran tertua di Medan. Restoran ini didirikan sekitar tahun 1929 dengan nama Jangkie, sesuai nama pemiliknya, di Jalan Pandu. Tahun 1934 pindah ke lokasi sekarang yang saat itu mulai ramai oleh bisnis dan berganti nama menjadi Tip Top. Tip-Top juga menjadi salah satu restoran tua di Indonesia.

Begitulah gambaran dari Kesawan, daerah yang memiliki segudang situs sejarah. Namun, saat ini Kesawan tampak berantakan dan saya merasa nilai-nilai sejarah dari Kesawan sendiri sudah semakin memudar.

Sebagai bukti, trotoar jalan disepanjang kawasan Kesawan yang seharusnya menjadi hak bagi pejalan kaki yang ingin menikmati keindahan situs-situs sejarah Medan, seakan-akan telah dijadikan sebagai areal perdagangan. Di beberapa ruas jalan tampak pemilik toko meletakkan barang dagangannya di trotoar jalan. Saya juga melihat banyak sampah di sekitar kawasan yang katanya bernilai sejarah ini.

Banyak situs sejarah yang berada di daerah Kesawan tersebut yang mulai rusak akibat proses pembangunan kota Medan sendiri. Lokasi yang tadinya telah menjadi pusat kota Medan pada masa Tjong A Fie dengan bentuk bangunan ruko dengan corak arsitektur Belanda, kini sudah berubah wajah menjadi bangunan-bangunan modern yang sudah kehilangan gaya Eropa klasiknya yang merupakan daya tarik dari bangunan di Kesawan pada umumnya.

Seiring berkembangnya zaman, berdirinya bangunan-bangunan baru tidak dapat dicegah lagi. Tidak dapat dipungkiri lagi, keberadaan bangunan-bangunan baru yang terdapat pada deretan bangunan-bangunan lama di Kesawan ternyata memiliki pengaruh negatif terhadap nilai sejarah. Jika keadaan seperti ini kita biarkan berlangsung terus-menerus, saya dapat pastikan Kesawan yang dahulunya dibangga-banggakan akan menghilang. Nilai-nilai sejarah yang terkandung di dalam Kesawan tersebut juga akan memudar.

Kita tentu tidak ingin hal itu terjadi terhadap kawasan yang kita cintai ini. Sudah saatnya kita melakukan tindakan nyata sebagai wujud kecintaan kita terhadap situs yang kaya akan nilai sejarah ini. Satu tindakan kecil dari kita sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup kota kita tercinta ini.

Saya sendiri sebagai mahasiswa Sejarah hampir tidak percaya ketika melihat langsung keadaan Kesawan saat ini. Berbagai pertanyaan muncul dibenak saya. Apakah benar dahulunya Kesawan ini menjadi ikon dan ciri khas kota Medan? Benarkah Kesawan ini dahulunya menjadi kawasan paling dibangga-banggakan di kota Medan? Jika memang seperti itu adanya, kemanakah hati nurani dan jiwa pemeliharaan yang seharusnya dimiliki setiap masyarakat kota Medan, terlepas dari Pemerintah Kota ataupun masyarakat sekitar melihat kondisi daerah yang melegenda itu?

Menurut saya, Pemerintah Kota Medan memiliki peranan yang sangat penting dalam proses penyelamatan dan pemeliharaan warisan sejarah kota kita ini. Pemerintah kita seharusnya lebih memperhatikan dan turut serta melestarikan semua situs-situs sejarah di semua kawasan Kesawan tersebut. Salah satu tindakan yang menurut saya perlu untuk dilakukan Pemko Medan adalah lebih menegakkan lagi proses hukum dalam izin pembangunan gedung-gedung baru di daerah-daerah yang memiliki nilai sejarah seperti Kesawan ini.

Institusi pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah juga dapat mengambil peran dalam proses penyelamatan dan pemeliharaan ini. Sebagaimana yang sama-sama kita ketahui, generasi penerus bangsa ini merupakan titik kunci keberlangsungan hidup kebudayaan yang kita ciptakan saat ini. Sudah saatnya kita mulai menanamkan rasa kecintaan akan situs budaya lokal kepada anak-anak generasi penerus bangsa ini. Sebagai contoh, pihak sekolah dapat membuat program-program kunjungan kedaerah-daerah bersejarah yang ada di sekitar wilayah kota Medan. Melalui program tersebut mudah-mudahan tertanam rasa cinta kebudayaan lokal di jiwa anak-anak bangsa ini.

Dari sini kita dapat mengetahui bahwa sebenarnya seluruh elemen masyarakat mampu  dan wajib melestarikan situs-situs sejarah yang masih tertinggal di Medan, khususnya Kesawan tersebut. Bagaimana pun juga, Kesawan tetap menjadi bagian penting kota Medan baik masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Jangan biarkan kota Medan semakin kehilangan seluruh situs-situs sejarahnya. Jangan pernah menjadi bangsa yang melupakan sejarahnya.

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4